Gorontalopost.id – Kurang lebih selama enam bulan, 18 mahasiswa, jurusan Bahasa Indonesia, Fakultas Sastra dan Budaya (FSB) UNG, menyudahi program magang jurnalistik Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM), di surat kabar Harian Gorontalo Post (GP), Kamis (30/7). Penarikan mahasiswa magang yang berlangsung di ruang redaksi Gorontalo Post, Graha Pena lantai IV, dihadiri langsung Dekan FSB, Prof. Dra. Nonny Basalama, M.A., Ph.D, Direktur Utama Gorontalo Post, Mohamad Sirham, Wakil Dekan III FSB, Jafar Lantowa, S.Pd, M.A., Ketua Jurusan Bahasa Indonesia, Dr.Herman Didipu,S.Pd, M.Pd, Sekretaris Jurusan, Eka Sartika S.Pd, M.Pd., dosen pembimbing DR. Herson Kadir, dan pemimpin redaksi Gorontalo Post, Jitro Paputungan.
“Atas nama pak Rektor, Fakultas, saya menyampaikan terimakasih kepada jajaran Gorontalo Post, yang bersedia membimbing adik-adik mahasiswa dalam program magang MBKM,”ujar Prof. Nonny Basalama. Tentunya, lanjut dia, banyak pengalaman yang diperoleh mahasiswa selama program magang berlangsung. Pengalaman itu, merupakan bekal berharga karena tidak bisa dinilai dengan uang. “Apa yang diperoleh di kampus (materi) tentang jurnalistik, dipraktekan di Gorontalo Post,”katanya. Bidang jurnalistik sendiri merupakan bidang ilmu yang diajarkan dan dipelajari di perguruang tinggi.
Dengan penerapan MBKM, program magang jurnalistik dilaksakanan untuk memberikan kesempatan kepada mahasiswa dalam mengembangkan skill dan kompetensi mereka. Ketua Jurusan Bahasa Indonesia, FSB, DR. Herman Didipu, program magang jurnalistik kali ini lebih istimewa, lantaran mengandung 20 sistem kredit semester (SKS). Selain bidang jurnalistik, sejumlah matakuliah juga digabung dalam magang jurnalistik tahun ini. “Biasa hanya empat SKS, tapi kali ini 20 SKS, ada yang koversi dan wajib,”ujarnya.
Ia bersyukur, dari hasil evaluasi dan monitoring yang dilakukan selama proses magang, pelaksanaan magang jurnalistik di Gorontalo Post, berlangsung sesuai harapan. Pihaknya juga mendapat laporan perkembangan mahasiswa setiap saat. “Kami berharap kerja sama untuk menempatkan mahasiswa magang di Gorontalo Post, dapat terus berlangsung dimasa-masa yang akan datang,”terangnya. Dalam kesempatan itu, Direktur Utama Gorontalo Post, Moh. Sirham, mengatakan, sebagai media terbesar di Gorontalo, pihaknya membuka ruang bagi siapa saja untuk belajar jurnalistik, terutama dari kalangan mahasiswa.
“Memang namanya mahasiswa, baiknya prakteknya yang lebih banyak. Materinya didapat di kampus, prakteknya langsung ke media, kalau untuk jurnalistik,”ujarnya. “Kami sangat senang FSB mengirim mahasiswa untuk belajar bersama di Gorontalo Post,”tambahnya. Dalam penerapan program magang, ia sepenuhnya menyerahkan ke divisi redaksi. Oleh redaksi Gorontalo Post, mahasiswa magang ditempatkan sebagai jurnalis Gorontalo Post, yang bertugas meliput, menulis, mengedit, dan mempublikasikan berita.
“Mereka layaknya wartawan Gorontalo Post, diberi ID Card, dan diberi honor setiap berita yang tayang,”tambah Pemimpin Redaksi Gorontalo Post. “Secara keseluruhan program magang ini berlangsung baik, para mahasiswa juga aktif, termasuk ketika ada penugasan-penugasan khusus dari redaksi,”tambahnya.
TIGA TEBAIK
Dalam acara penarikan mahasiswa magang jurnalistik di Gorontalo Post, pihak manajemen Gorontalo Post, memberikan reward bagi peserta yang nilai atau perolehan beritanya mendominasi. Tiga mahasiswa itu, yaini Dianti Niode, Syahrin Ayahu, dan Ardiyansah Kadoli. “Semua tercatat, dan hasil ini yang menentukan adalah teman-teman mahasiswa sendiri. Reward, diharapkan menjadi motivasi, agar kedepan bisa terus menulis,”kata Jitro Paputungan.
Syahrin Ayahu, sebagai mahasiswa peraih poin berita tertinggi kedua, mengaku jika program magang di Gorontalo Post, telah memberi pengalaman baru baginya. Materi yang ia dapatkan di kampus, benar-benar terealisasi di lapangan saat program magang.
“Apresiasi dari Gorontalo Post, itu memberikan semangat tersendiri bagi kami. Kami dilatih kedisiplinan dalam mencari berita, serta lebih banyak lagi belajar tentang menulis berita, lebih memperhatikan penggunaan dan penulisan bahasa Indonesia yang baku,”katannya. Lebih dari itu, setiap mahasiswa juga ditekankan tentang tanggungjawab sebuah berita yang diterbitkan.
“Setiap berita punya tanggungjawabnya yang besar, sebab sebagai wartawan kita memberitakan ke publik. Tanggungjawabnya adalah berita itu benar-benar berita, bukan berita keliru apalagi sampai berita bohong,”tambahnya.
Selama menjadi ‘wartawan’ Gorontalo Post, ia mendapat pengalaman yang sangat baik, bertemu dengan banyak tokoh, termasuk menambah relasi. Misalnya berinteraksi dengan DPRD, hakim, kepala dinas, pejabat kepolisian, hingga para pedagang. “Kalau tidak magang di Gorontalo, belum tentu saya bisa berinteraksi dengan mereka. Dan itu pengalaman yang sangat berharga,”ujarnya. “Kedepan Gorontalo Post kami harapkan terus menjadi media terkemuka di Gorontalo, dan tetap menjadi tempat belajar mahasiswa,”tutupnya. (mg10)











Discussion about this post