Gorontalopost.id – Masyarakat kini mulai nyaman menggunakan elpiji bersubsidi 3 kg untuk kebutuhan memasak setelah dialihkan dari minyak tanah. Kini muncul kabar pemerintah kembali akan mengalihkan anggaran subsidi elpiji 3 kg ke program percepatan penambahan kompor induksi atau listrik rumah tangga.
Artinya, kedepan masyarakat perlahan lahan akan menggunakan kompor listrik untuk kebutuhan memasak sehari hari.
Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM Tutuka Ariadji mengatakan rencana pengalihan anggaran subsidi elpiji 3 kg ke program pembelian kompor induksi atau listrik dilakukan untuk mengurangi volume dan nilai impor elpiji di tengah disrupsi pasokan energi hingga pertengahan tahun ini.
“Itu langkahnya perlu untuk mengurangi impor elpiji, pada prinsipnya seperti itu,” kata Tutuka saat ditemui di Kementerian ESDM, sebagaimana dilansir bisnis.com, Senin (20/6).
Di sisi lain, dia mengatakan, pengadaan elpiji 3 kg dan kompor induksi itu bakal berjalan secara paralel di masing-masing daerah. Nantinya pengalihan subsidi untuk kompor listrik bakal diprioritaskan untuk daerah yang minim pasokan elpiji 3 kg. “Jadi jangan ditumpuk-tumpuk, jalan masing-masing kalau ada sumber gas kita pakai gas kalau tidak ada sumber gas di kota-kota ya kita pakai listrik,” tuturnya.
Dirut PLN Darmawan Prasodjo mengatakan langkah itu diambil untuk menekan beban subsidi elpiji 3 kg yang makin lebar akibat fluktuasi harga minyak mentah dunia hingga pertengahan tahun ini. Adapun harga keekonomian dari gas melon subsidi itu sudah terpaut Rp15.359 per kg dari harga jual eceran (HJE) yang ditetapkan sebesar Rp4.250 per kg pada tahun ini. “Kami sedang godok program dengan pemerintah bagaimana subsidi untuk elpiji bisa dialokasikan untuk mempercepat penggunaan kompor induksi untuk pembelian kompor listrik bantuan dari pemerintah sehingga ada pergeseran dari elpiji impor yang harganya sudah Rp18.000 per kilogram,” kata Darmawan saat Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VI Ihwal usulan PMN Tahun Anggaran 2023, Rabu (15/6).
Di sisi lain, Darmawan mengatakan, harga keekonomian dari pengadaan kompor listrik hanya sekitar Rp10.350 ekuivalen dengan 1 kg elpiji. Artinya, kata dia, potensi penghematan anggaran negara dari pengalihan subsidi elpiji 3 kg itu untuk program kompor listrik relatif besar di tengah fluktuasi harga minyak mentah dunia.
“Kami akan memberikan program matching per kilogram listrik ekuivalen dengan LPG sekitar Rp7.000 ini sedang kita godok dengan pemerintah, mengalokasikan subsidi LPG 3 kilogram saat ini yang Rp18.000 ke Rp11.000, ini kami matching tadinya subsidi Rp11.000 sekarang jadi Rp3.000,” kata dia.
Sementara itu, di Gorontalo, sosialisasi pengalihan penggunaan elpiji ke kompor induksi (listrik) sudah dilakukan sejak 2020 lalu oleh PLN. “Sebagai bentuk dukungan, kami di daerah membuka tambah daya dan pasar baru listrik mulai dari 450 Watt hingga semaksimal mungkin,” kata Manager PLN UP3 Gorontalo, Supriyadi melalui Analys Account Executive Rahmawatie Datau, saat diwawancarai Gorontalo Post, kemarin (20/6).
Ia mengungkapkan di Gorontalo sejumlah rumah makan menengah ke atas telah menggunakan kompor listrik dan penggunaan kompor listrik juga sudah dimulai di lingkungan karyawan PLN Gorontalo. “Kita juga sebagian besar sudah memakai kompor listrik, pengalaman saya, untuk penggunaan yang sama, lebih hemat menggunakan listrik, untuk rincinya itu ada hitungannya sendiri,” tuturnya.
Ia menjelaskan, untuk bisa menggunakan kompor listrik, daya listrik di rumah warga minimal 1.300 watt. “Daya 1.300 watt itu bisa, tetapi saat memakai kompor listrik tidak bersamaan dengan barang elektronik lainnya,” ujarnya.
Di sisi lain, saat ini, kebutuhan elpiji di Gorontalo masih cukup tinggi. Data PT Pertamina Patra Niaga Regional Sulawesi, kebutuhan elpiji 3 kg di Gorontalo setiap hari sebanyak 141 metrik ton atau 141 ribu kg/47 ribu tabung.
Terkait rencana pengalihan elpiji 3 kg ke kompor listrik, Area Manager Communication, Relations & CSR PT Pertamina Patra Niaga Regional Sulawesi, Laode Syarifuddin Mursali mengatakan bahwa pihaknya selalu akan mengikuti kebijakan pemerintah. “Karena elpiji dulu juga arahan pemerintah,” katanya kepada Gorontalo Post, kemarin.(dan/bisnis)












Discussion about this post