Gorontalopost.id – Keberadaan Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) tidak selamanya menjadi momok menakutkan bagi narapidana atau warga binaan. Di Lapas Kelas IIA Gorontalo terdapat seorang pria bertato di sekujur tubuh yang menjadi menjadi guru ngaji untuk warga binaan lainnya.
Pagi sekira pukul 09.00 Wita, satu persatu para warga binaan Lapas Kelas IIA Gorontalo menunggu giliran dipanggil guru ngaji untuk belajar membaca Iqro (buku belajar cepat membaca Al-Quran). Guru ngajinya ternyata bukan seorang ustad atau pengajar yang didatangkan dari luar untuk mengajari para warga binaan belajar mengaji. Guru ngaji tersebut adalah warga binaan Lapas Kelas IIA Gorontalo itu sendiri.
Namannya Yayan Una (45) pria yang memiliki tato di sekujur tubuh ini merupakan narapidana yang mendapat hukuman 12 tahun penjara. Pria asal Sulawesi Utara ia terbukti bersalah atas kasus pembunuhan.
Selama menjalani hukumannya, Yayan menjalani sisa hidup menjadi warga binaan di sel tahanan Lapas Kelas IIA Gorontalo. Namun, hukuman ini tidak lantas membuat dirinya terpuruk dan frustrasi.
Yayan aktif belajar dan perlahan menemukan jalan hidupnya untuk memperdalam agama melalui program pembinaan di Lapas Gorontalo. Kini, yayan menjadi pengajar bagi WBP lainnya untuk program pengenalan baca tulis Iq’ro sekaligus juga sebagai marbot di Masjid At-Taubah Lapas Kelas IIA Gorontalo.
Awalnya Yayan memulai dengan menjadi marbot yang membantu membersihkan masjid, lalu menjadi muazin atau pengumandang azan di setiap shalat fardhu. Seiring berjalannya waktu, Yayan kemudian menjadi pengajar membaca Iq’ro dan Alquran bagi santri WBP di Masjid At-Taubah yang rutin diprogramkan setiap Senin-Kamis.
Di sela melakukan monotoring dan evaluasi pembelajaran baca Iqro dan Al-quran di Masjid At-Taubah, Fery Utiarahman selaku Ketua Umum Ta’mirul Masjid At-Taubah Lapas Kelas IIA Gorontalo terfokus pandangannya pada sosok Yayan yang sedang mengajar Iqro.
Fery mengungkapkan, bahwa hukuman yang dijalani beliau tak menyurutkan bagi dia untuk terus tersenyum dan bahagia serta berbagi ilmu pengetahuan pada warga binaan lainnya. “Pesan saya teruslah menebar kebaikan dan berbagi Ilmu pengetahuan bagi WBP lainnya dalam rangka peningkatan kemampuan diri sehingga menjadi sosok yang lebih baik lagi ketika kelak bebas nanti,” tutur Fery.
Diantara 13 tenaga pengajar lainnya, program pembelajaran Iqro dan Al-quran yang merupakan
Program pembinaan mental spiritual di lapas Gorontalo, Fery mengakui bahwa Yayan rutin dan tekun mengajar kepada WBP. “Kami sangat apresiasi para pengajar yang kesemuanya adalah WBP, karena mereka secara tidak langsung sudah turut serta membantu program program kerja ta’mirul masjid dan program Lapas Gorontalo,”tandas Fery. (*)
ROY TILAMEO – Gorontalo











Discussion about this post