GORONTALO – GP– Demi membiayai kebutuhan keluarga seperti membeli beras dan menyekolahkan anak, para pejuang rupiah, buruh kontrak angkut pasir rela bangun pagi.
Pantauan Gorontalo Post, di sungai yang airnya masih jernih, para lelaki paruh baya itu dengan senangnya menyekop pasir sambil tersenyum dengan keringat yang menetes, kepada Wartawan koran yang menghampiri mereka, sesekali mereka bertanya-tanya ada apa gerangan lelaki tak dikenal datang menghampiri mereka.
Seketika mereka menatap dan saling lempar pertanyaan dan jawaban, karena telah akrab mereka menyampaikan, untuk saat ini lulusan SD/SMP hanya bisa menjadi kuli, sehingga mau dan tidak mau pekerjaan ini harus mereka kerjakan, bayaran yang mereka terima, menurut para lelaki paruh baya itu cukup untuk membeli beras dan menyekolahkan anak.
Contohnya Irvan Monoarfa (40) lelaki asal Desa Pilohayanga Kecamatan Talaga, Kabupaten Gorontalo, dirinya menuturkan, tak banyak rupiah yang mereka terima, namun cukup untuk membiayai 2 anaknya yang saat ini sementara bersekolah di SDN 7 Telaga.
“Sangat saya syukuri karena masih Tuhan berikan pekerjaan. Hitungannya boleh menurut saya, dalam satu kali muatan pasir untuk mobil pick-up saya mendapatkan upah Rp. 50 Ribu dan untuk angkutan mobil Track Rp. 150.Ribu,” ungkapnya.
Sementara itu lanjut Irvan, mereka menunggu angkutan pasir dari sopir tak hanya pada pagi hari saja, tetapi sampai sore hari.
“Saya biasanya sudah bawa bekal yang istri saya buat untuk persiapan sampe sore hari. Biasanya setelah selesai muatan pasir kami duduk dibawah jembatan Sungai Pilohayanga, sembari berdoa dan berhapa ada pesanan pasir yang bisa kami sekop dan dimuat di mobil pick up atau truck, dan kalaupun banyak pesanan biasanya kami mendapatkan Rp. 200 Ribu sampai Rp. 300Ribu perhari,” terangnya.(Tr-72)











Discussion about this post