GORONTALO – GP – Kondisi pandemi mengharuskan pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM) untuk inovatif, agar bisa bertahan dan bahkan mengembangkan usaha mereka. Hanya saja, banyak UMKM yang terkendala regulasi pemerintah, misalnya terkait perizinan. Hal itu disampaikan para pelaku UMKM dalam pelatihan online single submission (OSS) dan kelas bisnis, yang digelar Dinas Koperasi UMKM Perindustrian dan Perdagangan (Diskumperindag) Provinsi Gorontalo, di rander it room, Kabila, Senin (29/3). Pelatihan itu diikuti 50 pelaku UMKM se Gorontalo.
Seperti yang disampaikan salah satu pelaku UMKM sablon kaos asal Wonosari, dihadapan Kadis ia menyampaikan ribetnya mendapatkan surat izin usaha perdagangan. Padahal legalitas itu sangat diperlukan untuk pengembangan usahanya. Hal serupa disampaikan sejumlah peserta pelatihan yang rata-rata pelaku UKM dari kalangan genarasi muda.
Kepala Diskumperindag Provinsi Gorontalo Risjon Sunge, kepada Gorontalo Post mengatakan, para pelaku UMKM berharap Pemda kabupaten/kota agar meringankan perizinan. “Mereka ini anak-anak muda, baru start, tapi urus izin saja harus bayar. Saran saya, agar Pemda selamatkan mereka ini, bebaskan dulu perizinanya,”kata Risjon.
Misalnya kata Risjon, ada UMKM yang hendak bermitra dengan swalayan untuk drop produk UMKM, tapi pihak swalayan mengharuskan ada izin PIRT (perizinan produksi industri rumah tangga). “Mau urus PIRT mereka diharuskan ada IMB dapur produksi, sementara mereka baru mau jualan di swalayan. Mereka ini UMKM bukan industri besar, modalnya terbatas tapi semangatnya luar biasa. Kalau seperti ini, produk mereka tak akan tembus swalayan, padahal itu pasar terbuka,”terang Risjon.
Ia menambahkan, kondisi pandemi seperti saat ini, UMKM yang menjadi penolong penggerak roda ekonomi, bahkan kata dia, banyak pekerja yang dirumahkan, kini banting setir menjadi pelaku UMKM. “Tapi banyak juga UMKM yang tidak mampu berkembang, alasanya tadi, persoalan perizinan, dan tidak menyesuaikan diri, saat ini kondisinya serba online,”jelasnya. Makanya, lanjut Risjon pihaknya melakukan pelatihan OSS dan kelas bisnis, agar para pelaku UMKM paham apa yang harus dilakukan dalam mengembangkan usahanya. “Misalnya dilatih menghitung biaya produksi.
Jangan produksi terus, jaul, laku, tapi ternyata uangnya hanya menutupi biaya produksi itu. Tidak punya untung, nah kita ajarkan agar bagaimana mereka bisa mengelola usaha,”katanya. Memang, lanjut Risjon banyak persoalan yang dihadapi UMKM, tapi kata dia, semangat menyelesaikan persoalan itu harus lebih besar, sehingga usaha akan tetap berjalan. (tro)
Comment