Gorontalopost.co.id, GORONTALO — Pimpinan Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Gorontalo melakukan kunjungan ke Graha Pena Gorontalo, kantor redaksi Harian Gorontalo Post, Kamis,(27/11) kemarin. Kunjungan itu sebagai bentuk silaturahmi, dan penguatan kemitraan antar kedua lembaga.
Datang bersama tim, Plt Kepala BPS Provinsi Gorontalo Dwi Alwi Astuti diterima langsung oleh Direktur Utama Gorontalo Post Mohammad Sirham, dan Pemimpin Redaksi Gorontalo Post Jitro Paputungan.
Pertemuan yang berlangsung penuh keakraban tersebut banyak membahas terkait isu-isu terkini mengenai perkembangan pertumbuhan ekonomi daerah Gorontalo serta berbagai komoditi yang dihasilkan oleh perdagangan, perikanan, pertanian maupun perkebunan diantaranya kopra, jagung, beras juga cabe rawit atau rica.
Dwi Alwi menyebut, jika kondisi ekonomi Gorontalo sedang membaik, pada triwulan tiga 2025 pertumbuhan ekonomi mencapai 5,49 persen, berada di-atas rata-rata nasional.
Pun begitu dengan inflasi, masih sangat terjaga. Ia menyebut komiditas yang kerap mengganggu inflasi adalah rica atau cabai rawit, kencenderungan orang Gorontalo yang gemar mengkonsumsi rica, kerap membuat inflasi tinggi jika harga rica sedang naik.
“Sekarang inflasi bagus, harga rica juga di pasar murah,”katanya. Pada Maret 2025, rica menjadi komoditi penyumbang inflasi terbesar di Gorontalo, mencapai 0,48 persen.
“Penyebab inflasi karena tingginya harga rica ini dipengaruhi banyaknya acara atau momentum lainnya, dan harga rica sekarang ini lagi murah di Rp18 ribu perkilogram, kemungkinan harga rica ini akan kembali naik karena banyaknya permintaan ke Manado di Desember menjelang Nataru,”ujar Dirut Gorontalo Post Mohammad Sirham.
Plt Kepala BPS Provinsi Gorontalo Dwi Alwi Astuti menyebut, pihaknya setiap bulan menghitung sebanyak 343 komoditas yang mencatatkan kondisi perekonomian Gorontalo saat ini sedang bagus. “Untuk pertumbuhan ekonomi Gorontalo di triwulan tiga 2025 tumbuh sebesar 5,49 persen (yoy),”ujar Dwi Alwi.
Fenomena warung kopi juga menjadi salah satu trend nongkrong baru dimalam hari yang juga menggambarkan geliat ekonomi mikro yang didominasi anak muda.
“Fenomena ini menggambarkan perubahan perilaku masyarakat yang semakin hari semakin bergeser. Seperti toko-toko pakaian atau Mall-mall sepi yang hanya didominasi oleh kelompok atau orang yang diplesetkan namanya sebagai Rojali (rombongan jarang beli) atau Rohana (rombongan hanya nanya).
Sebenarnya sepinya toko atau mall jangan dijadikan indikator melemahnya perekenomian. Umumnya omzetnya tidak turun, tapi mereka melakukan penjualan melalui e-Commerce atau menjual produk atau jasa secara online melalui internet,”urai Dwi Alwi.
Dia menegaskan, ditahun 2026 mendatang BPS kembali menggelar kegiatan Sensus Ekonomi. Menurutnya Sensus Ekonomi 2026 akan menyasar seluruh pelaku usaha di Indonesia.
“Setiap tahun berakhiran nol kami melaksanakan sensus penduduk dan setiap tahun berakhiran 3 itu sensus pertanian dimana pada tahun 2023 lalu kami baru melaksanakan sensus pertanianian. Di tahun 2026 yang akan datang atau tahun berakhiran 6 kami melaksanakan sensus ekonomi,”jelas Dwi Alwi.
Pihaknya mengakui, Media massa juga menjadi salah satu cakupan sensus ekonomi. Peran serta media massa salah satunya Gorontalo Post sangat penting memberikan edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat terkait peran BPS.
“Kami berharap kolaborasi dengan Gorontalo Post akan tetap terjalin baik iklan maupun pemberitaan terkait suksesnya Sensus ekonomi 2026 mendatang,”harapnya. .
Dirut Gorontalo Post, Mohamad Sirham mendukung semua kegiatan BPS, ia menyebut angka-angka yang disajikan BPS merupakan fakta yang harus disikapi pemerintah atau pemegang kebijakan.
“Kalau angkanya bagus biasanya pamernya gencar, coba kalau angkanya tidak bagus. Misalnya angka kemiskinan yang naik, itu kasak kusuk. Padahal temuan BPS itu harus dijadikan pijakan untuk segera dibenahi,”tandas Sirham. (Lyd)












Discussion about this post