Gorontalopost.co.id, GORONTALO – Keterbelakangan dalam kualitas pendidikan tinggi, kesenjangan akses antarwilayah, hingga lambannya adaptasi terhadap perkembangan teknologi digital kini menjadi alarm keras bagi dunia pendidikan tinggi di Indonesia.
Tantangan tersebut tidak hanya menghambat daya saing perguruan tinggi, tetapi juga berpotensi memperlebar jurang kualitas sumber daya manusia di Tanah Air.
Melihat situasi ini, perguruan tinggi disebut tidak bisa lagi berjalan sendiri. Dibutuhkan sinergi lintas sektor yang kuat mulai dari pemerintah pusat dan daerah, dunia industri, komunitas global, hingga lembaga riset internasional untuk mendorong percepatan transformasi pendidikan tinggi.
Ketua Majelis Rektor Perguruan Tinggi Negeri Indonesia (MRPTNI), Prof. Dr. Ir. Eduart Wolok, S.T., M.T., menegaskan bahwa kolaborasi harus menjadi fondasi utama dalam memperbaiki kualitas pendidikan nasional.
Ia mengingatkan bahwa tantangan pendidikan tinggi saat ini terlalu kompleks untuk diselesaikan secara parsial atau hanya mengandalkan kemampuan internal kampus.
“Kolaborasi bukan lagi pilihan. Kita menghadapi perubahan teknologi, globalisasi, dan tantangan sosial yang menuntut perguruan tinggi bergerak lebih cepat. Tanpa jejaring kuat, pendidikan tinggi Indonesia akan tertinggal,” tegasnya.
Menurut Eduart, salah satu langkah strategis adalah memperkuat kemitraan dengan dunia industri. Hal ini diperlukan agar kurikulum dan proses pembelajaran tetap relevan dengan kebutuhan pasar kerja yang terus berubah.
Selain itu, ia menilai pentingnya memperluas jejaring internasional agar mahasiswa dapat mengakses pengalaman lintas budaya, peluang mobilitas global, serta pertukaran pengetahuan dengan universitas internasional.
Di sisi lain, Eduart menekankan bahwa peran industri tidak boleh dipahami sekadar sebagai penyedia dana atau dukungan riset. “Kolaborasi itu bukan hanya MoU di atas kertas.
Perguruan tinggi harus terhubung langsung dengan ekosistem industri melalui magang, proyek kolaboratif, hingga pengembangan teknologi bersama. Ini yang akan membuat mahasiswa lebih siap menghadapi dunia kerja,” jelasnya.
Ia juga menyoroti kesenjangan kualitas antarperguruan tinggi negeri yang masih cukup lebar. Melalui MRPTNI yang menaungi 146 PTN, kolaborasi antarkampus diyakini dapat mempercepat pemerataan kualitas, terutama dalam penguatan penelitian, pengembangan inovasi, peningkatan kapasitas dosen, serta transformasi digital.
Lebih jauh, Eduart menilai bahwa perguruan tinggi harus mengambil peran lebih besar dalam mencetak global citizen lulusan yang mampu bersaing pada level internasional dan adaptif terhadap perkembangan global yang semakin cepat. “Perguruan tinggi harus mampu mencetak warga global yang siap menghadapi dunia yang saling terhubung,” pungkasnya. (Tr-76)













Discussion about this post