Gorontalopost.co.id, GORONTALO — Tradisi malam qunut di Batudaa, Kabupaten Gorontalo, menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat Gorontalo di bulan suci ramadan. Setiap tahun pelaksanaannya selalu ramai, bahkan warga yang berkunjung berdempet-dempetan.
Malam tadi, Rabu (12/3) hari pertama rangkaian gebyar qunut di Batudaa, masih terpantau sepi. Hal ini turut dipengaruhi dengan kondisi lapangan yang becek lantaran baru saja diguyur hujan.
Pantauan wartawan Gorontalo Post, di lokasi pelaksanaan Gebyar Qunut di Lapangan Porbat, setelah salat tarawih atusias masyarakat mengunjungi lokasi gebyar qunut masih kurang. Puncak malam qunut biasanya digelar di hari ke 15 ramadan.
Ratna Pakaya,warga Desa Dunggala, Kecamatan Batudaan, yang merupakan salah satu pedagang pisang dan kacang, turut merasakan sepinya pengunjung di malam pertama tradisi yang identik dengan makan kacang dan pisang itu.
“Sekarang sunyi dan banyak lapak yang kosong, apalagi lapangan penuh genangan air dan becek, sehingga yang datang harus berjalan dengan ekstra hati – hati,” terang Ratna.
Ia juga menyebut, sepi pelaksanaan gebyar qunut di lapangan Porbat itu juga lantaran pelaksanaannya sudah berlangsung di dua titik. Ketua panitia Gebyar Qunut lapangan Porbat, Naki Kotulus manyampaikan, sejak dulu tradisi malam qunut hanya berlangsung di lapangan Porbat.
“Tapi kalau ada tempat lain yang melaksanakanitu tergantung masyarakatnya,”ujarnya. “Berhubung situasi dan cuaca buruk akhir – akhir ini, pengunjung dan lapak sangat kurang apalagi kondisi lapangan di penuhi genangan air dan becek,”tambahnya. Ia optimis, dua malam kedepan atau sampai puncak malam qunut pada 15 ramadan nanti, pengunjung akan semakin ramai. (tha)











Discussion about this post