Gorontalopost.co.id, GORONTALO — Desa Huntu Utara, Kecamatan Bulango Selatan, Bone Bolango, kini menjadi sorotan dengan adanya kerajinan kain khas Gorontalo yang disulam tangan menjadi motif Karawo. Kerajinan ini telah dikenal hingga mancanegara dan menjadi simbol kebudayaan daerah.
Amina Lamadilao (56) seorang pengrajin sekaligus pemilik Industri Kecil Menengah (IKM) Cahaya Minalika yang bergerak di bidang kerajinan Karawo sejak tahun 2012 menyampaikan, untuk menjaga kelestarian kerajinan ini, dirinya membuka lapak di Hotel Grand Q sejak Oktober 2024.
Pihak hotel menyediakan fasilitas secara gratis dengan syarat bahwa kerajinan sulam Karawo harus diproduksi langsung di tempat. Hal ini memungkinkan pengunjung hotel untuk melihat dan bertanya langsung tentang proses penyulaman serta membeli produk tersebut. Hingga para turis yang menginap di hotel pernah membeli Karawo dalam jumlah yang cukup banyak.
“Dari harga mulai Rp 150 ribu hingga Rp 800 ribu, kami bisa menghasilkan pendapatan untuk bulan pertama dengan jumlah Rp 250 ribu. Namun, dalam bulan-bulan berikutnya, pendapatan meningkat pesat, mencapai Rp 10 juta di Desember,” ungkap Amina.
Meski ada penurunan di bulan Januari dan Februari, ia tetap optimis dengan prospek kerajinan ini. Pengunjung dapat memesan warna dan motif sesuai keinginan, bahkan ada yang memesan dan mengirim ke Makassar, Kalimantan, dan Jakarta. Dengan inovasi ini, Amina berharap kerajinan Karawo tidak hanya tetap terkenal, tetapi juga mampu bersaing di pasar internasional.
“Dengan semangat dan dedikasi, kami berupaya untuk terus melestarikan tradisi sulam Karawo, menjadikannya bukan hanya sebagai kerajinan, tetapi juga sebagai bagian dari identitas budaya Gorontalo,” pungkasnya.(Tha)









