Gorontalopost.co.id, GORONTALO — Setiap tahun populasi Gelandangan dan Pengemis (Gepeng) di Kota Gorontalo justru kian menjamur. Bahkan tahun 2025 ini para gepeng yang biasannya mangkal di setiap simpang empat Traffic Light dan emperan toko. Kali ini mereka sudah mangkal di emperan jalan hinggga emperan bangunan yang sudah tidak digunakan.
Pantauan Gorontalo Post, para Gepeng ini beragam, ada yang mangkal di trotoar jalan dan di sampingnya terdapat gerobak dorong yang biasa digunakan untuk mengangkut dus dan kaleng bekas.
Beberapa Gepeng model seperti ini saat diwaancarai mengaku mereka mangkal di tempat itu setiap malam hari setelah capek keliling kota untuk mengumpulkan dus bekas serta botol mineral bekas. Mereka bersyukur saat mangkal istirahat ada beberapa pengendara kendaraan singgah untuk memberikan sedekah uang maupun makanan.
Keesokan paginnya barang bekas yang mereka kumpul dijual kepada penampung untuk membeli kebutuhan hidup mereka seperti beras ikan dan rempah-rempah. Aktivitas seperti ini dilakukan setiap hari dan sudah berlangsung sejak beberapa tahun kemarin.
Ada juga Gepeng model lain yang kerjannya hanya tiduran melulu di emperan bangunan yang sudah tidak dimanfaatkan sejak pagi hingga malam hari. Namun, jika larut malam mereka kembali ke kampung mereka yang ada di Kabupaten Bone Bolango.
“Kalau so tengah malam torang pulang naik bentor ke kampung di Bone Bolango. Anak saya yang laki-laki bekerja sebagai tukang parkir. Dia tulang punggung keluarga. Kalau kami sudah tidak kuat lagi untuk mencari, kami duduk-duduk disini menunggu belas kasihan dari para dermawan,”kata gepeng yang mangkal di kompleks simpang empat traffic light Masjid Jami Baiturahim Kota Gorontalo tersebut.
Ada juga Gepeng yang mengaku sudah berjualan air mineral setelah dikasih uang oleh seorang dermawan untuk modal berjualan air mineral di emperan jalan.
“Ada bapak-bapak itu datang ke saya dan ke nenek pengemis di sebelah saya. Bapak itu memberikan uang untuk membeli air mineral dua tiga karton yang ukuran gelas dan ukuran botol 600 mil dan 1.600 mil. Begitu juga nenek di sebelah saya dikasih uang dengan jumalah yang sama. Sungguh baik hati bapak itu sangat dermawan,”kata ibu yang enggan namannya dikorankan tersebut.
Semua gepeng yang ditemui wartawan koran ini satu persatu mengakui pula bahwa mereka setiap hari jumat malam setelah Magrib diberikan nasi kotak oleh Yayasan Al Yasiir Gorontalo Berkah semenjak hampir dua tahun terakhir.
Kepala Dinas Sosial Kota Gorontalo Irwansyah D Taha Ketika dikonfrimasi terkait hal ini mengatakan, dirinnya akan memerintahkan staf untuk melakukan penjangkawan terhadap para Gepeng ini.
“Ya, nanti setelah Penjangkawan, bisa diketahui apakah mereka ini masyarakat Kota Gorontalo atau bukan, dan jika mereka masyarakat kota, maka kita akan pastikan apakah mereka sudah tersentuh program bansos atau belum,”kata Irwansyah.
Lebih lanjut ditegaskan Irwansyah, jika para Gepeng belum tercatat sebagai penerima bansos, maka pihaknya akan cek lagi apakah mereka sudah terdaftar dalam data Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS).
Jika belum, maka akan di upayakan untuk dapat didaftarkan dalam data DTKS sebagai salah satu persyaratan sebagai penerima bansos. Jika mereka berasal dari luar kota, maka kewenangannya ada pada dinas Satpol PP untuk melakukan penertiban.
“Kami siap menampung di UPT Rumah Singgah kami untuk kita lakukan asesment lebih lanjut dan kami kembalikan ke keluarga mereka sesuai alamat masing-masing melalui dinas Sosial daerahnya. Banyak kasus juga seperti ini, mereka lebih suka menjadi pengemis sebab lebih ringan dan lebih banyak penghasilannya dibanding menjadi pekerja mencari nafkah atau sekedar berharap bansos. Mereka rasa tidak punya kelebihan, sehingga terkadang setelah dilakukan penertiban serta ditangani oleh dinas sosial,tetapi kembali lagi mereka melakukan aktifitas mereka seperti ini,”tandas Irwnsyah. (roy)










