Demo Geram di Pabrik Gula Gorontalo Salah Alamat

Gorontalopost.co.id, GORONTALO — Setelah aksi unjuk rasa jilid I di PT Pabrik Gula Gorontalo bubar tanpa hasil karena tuntutan massa aksi dianggap tidak jelas, Kamis (12/12/2024) lalu.

Kali ini massa yang mengatasnamakan Aliansi Gerakan Mahasiswa dan Rakyat Kapitalisme (GERAM) Provinsi Gorontalo itu kembali melakukan aksi yang sama, jilid II, Rabu (15/1/2024). Namun, aksi tersebut kembali gagal karena dianggap salah alamat.

Pantauan Gorontalo Post, massa aksi GERAM yang dipimpin langsung Hamzah Kaiko selaku Koordinator Lapangan (Korlap) tiba sekitar pukul 10.00 Wita di PT PG Gorontalo.

Diujung pengeras suarannya, Hamzah Kaiko menyampaikan sejumlah tuntutan ke pihak perusahan. Sedikitnya ada sejumlah tuntutan yang disampaikan Hamzah yakni, Meminta pihak PT. PG Gorontalo mengembalikan Lahan yang diambil dari warga.

Namun, Hamzah tidak bisa menunjukan bukti seritifkat kepemilikan tanah dari warga tersebut dihadapan pihak perusahaan. Hamzah juga meminta Kepala ATR/BPN untuk tidak lagi memperpanjang izin HGU PT. PG Gorontalo.

Meminta Kepala ATR/BPN untuk menyelesaikan sengketa Lahan/Tanah Masyarakat dengan pihak PT. PG Gorontalo. Meminta Kapolres Boalemo menyelidik terkait maraknya kematian hewan ternak Sapi milik Masyarakat yang mati secara mendadak atau tidak wajar, dan diduga diracuni. Meminta Kapolres Boalemo menindak tegas pelaku yang meracuni ternak sapi Masyarakat.

Meminta ganti rugi kepada pihak pelaku yang diduga meracuni ternak sapi Masyarakat. Meminta Kepala Dinas Peternakan untuk menunjukan atau mempercepat pemeriksaan sampel orang tubuh sapi yang mati diracuni.

Semua tuntutan Hamzah ini langsung mendapat tanggapan pihak perusahaan yang diwakili oleh karyawannya. Sejumlah karyawan yang juga telah menyipakan sound sytem tandingan berorasi melalui ujung pengeras suara bahwa tuntutan tersebut dianggap salah alamat.

Pihak karyawan perusahaan meminta agar tuntutan itu disampaikan langsung kepada pihak terkait yang punya weweanang untuk itu. Misalnya terkait masalah sengketa tanah, maka massa aksi diminta untuk menuntutnya ke BPN (Badan Pertanahan Nasional) bukan ke pabrik gula.

“Tuntutannya minta Kepala ATR/BPN untuk menyelesaikan sengketa Lahan/Tanah Masyarakat dengan pihak PT. PG Gorontalo. Kenapa demo kesini, harusnya demo ke BPN sana, bukan disini tempatnya, salah alamt bos,”teriak Marjun Saba salah seorang karyawan diujung mikrofonnya.

Begitupula terkait sapi mati mendadak yang diduga diracuni, diminta pula oleh karyawan perusahaan untuk dilaporkan ke pihak kepolisian untuk menyelidiki siapa pelakunnya.

“Kalau ditanya ke kami siapa palaku yang meracuni sapi warga hingga mati mendadak, tentunya kami tidak tahu. Sehingganya jangan tanya ke kami. Silahkan laporkan ke polisi, biar polisi yang menyelidiki dan mengungkap siapa pelakunnya,”tegas Idraf Daud karyawan lain yang juga memegang pengeras suara.

Pihak karyawan perusahaan juga menlolak pihak Massa aksi untuk bertemu dengan pimpinan perusahaan dengan alasan sudah diwakili oleh sejumlah perwakilan karyawan. “Untuk apa ketemu pimpinan, langsung kepada kami saja, lagian kami adalah bagian perusahaan,”ujar Idraf Daud.

Hal ini praktis membuat keinginan Massa aksi yang tetap ngotot untuk bertemu pimpinan perusahaan tidak tercapai. Begitu panasnya mentari yang sangat menyengat sekitar pukul 11.00 Wita membuat massa aksi memutuskan untuk menghentikan aksi unjuk rasa dan akan melanjutkan aksi mereka ke sejumlah instansi terkait yakni Polres Boalemo dan Dinas Peternakan Kabupaten Boaelemo.

Sementara itu Manager Publik Relation PT. Pabrik Gula Gorontalo, Marthen Turuallo saat diwawancarai usai demo mengatakan, karyawan yang menyambut demo itu tak lain merupakan alumni Perguruan Tinggi di Gorontalo.

Mereka terpanggil hanya ingin meluruskan bahwa dalam hal mahasiswa yang menyampaikan aspirasi, modelnya tidak seperti itu, sehingga sebagai mantan mahasiswa melihat ini merasa malu dengan tindakan yang diambil mengatasnamakan aliansi mahasiswa.

“Ya, karena mereka (karyawan,red) juga pernah menyampaikan aspirasi seperti itu, tapi dengan cara yang sopan dan beretika serta dilengkapi data akurat. Bukan asal menuduh, oleh karena itu karyawan kami yang notabene merupakan alumni universitas ternama di Gorontalo menyampaikan ke kami bahwa mereka saja yang menemui aliansi mahasiswa itu, sebab tuntutan mereka yang lalu tidak jelas,”tegas Marthen.

Lebih lanjut diungkapkan Marthen, bahwa tuntutan Masa aksi juga salah alamat. Marthen beralasan, mengenai perijinan harusnya dipertanyakan ke instansi terkait.

“Mengenai ijin perusahaan, kami punya dokumen lengkap, tapi mereka tidak punya wewenang untuk meminta itu ke kami. Pertanyakan langsung kepada yang instansi yang mengeluarkan ijin,”tegasnya lagi.

Perihal parusahaan dituding mengambil paksa tanah milik masyarakat, Marthen meminta untuk menujukan dimana lokasi tanah itu dan mana bukti hak kepemilikannya.

Diakuii Marthen, hingga aksi demo selesai, massa aksi tidak bisa tunjukan bukti-bukti kepemilikan tanah. Justru diantara karyawan yang menyambut massa aksi itu ungkap Marthen sudah siap dengan bukti.

“Seperti saya katakan sebelumnya, bahwa pimpinan kami selalu menekankan agar Perusahaan harus berkomitmen untuk tidak pernah mengambil tanah milik warga walau hanya sejengkalpun,”jelas Marthen.

Terkait pelaku yang meracuni sapi warga juga diakui Marthen tidak disebutkan siapa namannya saat demo, jangan asal menuduh, buktikan dong siapa namannya, bila perlu tunjukan foto pelakunya,”tegas Marthen.

Ketika disinggung apakah massa tandingan dari pihak karyawan perusahaan ini sudah diseting. Marthen membantah keras hal itu.

“Tidak ada setingan-setingan disini, semua murni inisiatif dari karyawan itu sendiri yang merupakan mantan mahasiswa dan aktivis merasa terpanggil untuk menyambut aksi demo yang mereka anggap tidak pantas dengan cara mengeluarkan kalimat-kalimat yang kasar dan tidak beretika serta tidak didukung dengan bukti otentik dan akurat,”tutup Marthen. (roy)