logo gorontalo post
  • METROPOLIS
  • PERISTIWA
  • EKONOMI BISNIS
  • SPORTIVO
  • KORAN DIGITAL
No Result
View All Result
Logo gorontalo post
  • METROPOLIS
  • PERISTIWA
  • EKONOMI BISNIS
  • SPORTIVO
  • KORAN DIGITAL
No Result
View All Result
logo gorontalo post
No Result
View All Result
Pemkot Gorontalo
Home Persepsi

Elite Modern Gorontalo Abad 20

Lukman Husain by Lukman Husain
Monday, 11 November 2024
in Persepsi
0
Basri Amin

Basri Amin

Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan ke Whatsapp

Oleh:
Basri Amin

 

PADA tanggal 26 November 1949, sebuah surat panjang yang cerdas dikirimkan dari Gorontalo kepada Komisaris Negara Utara NIT di Tomohon, Minahasa. Surat unik tersebut bisa dikatakan sebagai keterangan klarifikasi dan rekomendasi tentang kedudukan seorang tokoh (Islam) Gorontalo terpandang di masa itu. Nama besar beliau adalah Tom Olii, seorang tokoh Muhammadiyah yang dikenal luas perannya di Celebes Oetara dan di tingkat nasional.

Tanda tangan asli Tom Olii untuk pertama kalinya saya sentuh dan pelajari langsung ketika bersama-sama Zulkifli Lasimpala menulis risalah tentang Ibrahim Muhammad (1915—1976), seorang tokoh besar Kepanduan nasional Ikatan Pandu Indonesia (IPINDO) dari Gorontalo, dengan kiprah leadership kepanduannya di level Asia Tenggara dengan menyandang “Gilwell Wood Badge” khusus.

Related Post

Gorontalo, Jangan “Lari” di Tempat

Guru Pejuang di Gorontalo

Senggol-Senggolan di Pemerintahan

Subjektivitas Penilaian Hasil Capaian Kinerja ASN: Kelalaian atau Sentimen ? 

 Dalam dokumen IPINDO, kita menemukan posisi beliau bersama Pandu Agung, Sri Sultan Hamengkubuwono IX. Beliau juga adalah tokoh penting dalam pergerakan Patriotisme “23 Januari 1942” yang sangat diandalkan oleh Nani Wartabone dan Pendang Kalengkongan. Ibrahim Muhammad juga punya kedekatan khusus dengan nasionalis Gorontalo yang berdarah Jawa, R.M. Koesno Dhanupojo (Amin & Lasimpala, 2021).

Penting diketahui bahwa di masa yang kritis, antara tarikan nasionalisme yang digerakkan oleh golongan terpelajar yang cenderung memilih jalan “diplomasi, perundingan dan demokrasi” dan kelompok aktivis (organisasi) pergerakan politik yang setiap saat rela menjadi martir bagi kemerdekaan Indonesia, di sepanjang Desember 1945 – Desember 1946, demikian meruncing di Gorontalo.

Tom Olii (1902) termasuk dalam golongan terpelajar-pemuda-organisatoris yang lebih meyakini jalan demokrasi dan strategi politik dalam memenangkan “kemerdekaan” Indonesia. Ia memilih jalan itu, demi Kemerdekaan yang lebih cerdas dan parmanen tanpa melalui perang-fisik yang ekstrim dan berhadap-hadapan dengan kekuatan Belanda yang masih sangat keras dan terbuka kekuasaannya di Indonesia Timur pada periode Desember 1945—1949, bahkan masih terus eksis sampai awal 1950-an (Kahin, 1970; Husain, 2023).

Adalah Ajoeba Wartabone, Kepala Daerah Sulawesi Utara, tokoh pemerintahan Indonesia Timur terpandang sejak pertengahan 1940-an, yang menulis surat panjang tentang Tom Olii kepada Komisaris Negara Utara NIT di atas, tertanggal 26 November 1949 di atas.

Dari dokumen langka tersebut, kita bisa menemukan jejak sejarah yang penting tentang masa-masa kritis daerah Gorontalo tahun 1945—1946 dalam menentukan peran politiknya secara nasional. Dari catatan Ajoeba Wartabone kita pun jadi tahu tentang sejumlah dilema yang harus disikapi dengan matang oleh tokoh-tokoh utama Gorontalo di masa itu. Faktor “darah bangsawan”, tingkat keterpelajaran, keluasan pergaulan dan kematangan memainkan sejumlah aliansi politik tingkat regional dan nasional menjadi sangat penting.

Kalangan politik-terpelajar Gorontalo memang sejak awal terkesan selalu mampu menekan, mengecoh dan memanfaatkan dilema-dilema pemerintahan Belanda di Indonesia Timur. Hal mana Belanda, di sepanjang periode tersebut, demikian obsesif mengerahkan  kepentingan rekolonisasinya—di wilayah yang cukup luas, plural, dan kaya sumberdaya alam Indonesia Timur.

Tom Olii bisa dikatakan sangat taktis memerankan ketokohan Islam-nya, baik melalui Muhammadiyah dalam kedudukannya yang tinggi sebagai Konsul, maupun ketika Jepang datang dengan sikap kerasnya kepada Islam, Tom Olii terlibat dan membentuk organisasi “Djamijah Islamijah”, dan selanjutnya dibubarkan dan berganti nama menjadi “Madjelis Islam” (setelah tahun 1945). Sejak periode tersebut, terutama di masa Negara Indonesia Timur”, kedudukan Tom Olii menjadi “Penasehat urusan Islam” (Adviseur voor Islamtische Zaken) dan sempat dipekerjakan khusus di Kementerian Sosial NIT.

Di Gorontalo sendiri, kedudukan Tom Olii beroleh gelar yang khas dari kalangan Adat, dengan menempatkannya sebagai “Jogugu Agama” dengan otoritas tertentu dalam menjalin urusan-urusan tertentu dengan otoritas kolonial Belanda di sepanjang 1945—1950.

Di masa yang cukup genting, seorang tokoh nasional bernama Mochtar Lutfie dari Jakarta pada pertengahan tahun 1946 mengunjungi Gorontalo dan melakukan pembicaraan khusus dengan Tom Olii, dengan maksud menentukan sikap menjelang Konferensi NIT di Denpasar (Desember 1946). Siapa Mochtar Lutfie? Kita bisa menyimak keterangan singkatnya melalui https://id.wikipedia.org/wiki/Muchtar_Lutfi. Artikel singkat tentang kiprahnya di Makassar pernah ditulis elegan oleh Buya Hamka tahun 1980-an.

Tom Olii lahir di Gorontalo pada 17 Juli 1902. Ia pernah belajar di HIS Gorontalo dan di Manado, selanjutnya menempuh pendidikan lanjutan dan aktif bekerja di Surabaya, sebelumnya di Cepu, Rembang, Jawa Tengah (1919—1924). Sepanjang periode 1925—1930 aktif bekerja di Gorontalo. Sejak tahun 1929 aktif di Muhammadiyah Celebes Oetara (Keresidenan Manado) (Dos: 15-35.0). Sejak Desember 1947, menjadi Anggota Parlemen NIT, setelah Konferensi Denpasar. Beliau juga menjad Anggota DPRS periode 1950-an. Secara super singkat, riwayat beliau terbaca melalui https://id.wikipedia.org/wiki/Tom_Olii.

Elite modern Gorontalo tidak sekadar melewati zamannya begitu saja. Mereka berhasil mematrikan peran-peran kesejarahan pentingnya untuk negeri besar ini. Karakter utama kejuangan dan kepahlawanan mereka adalah kesediaan berkorban, belajar yang banyak, tampil di masa sulit dan bergaul lintas bangsa. Bagaimana di masa kini?. Populisme dan bebalisme laku di mana-mana. ***

Tags: basri aminHarian PersepsipersepsiTulisan Basritulisan persepsi

Related Posts

Basri Amin

Gorontalo, Jangan “Lari” di Tempat

Monday, 1 December 2025
M. Rezki Daud

Guru Pejuang di Gorontalo

Wednesday, 26 November 2025
Rohmansyah Djafar, SH., MH

Subjektivitas Penilaian Hasil Capaian Kinerja ASN: Kelalaian atau Sentimen ? 

Monday, 24 November 2025
Basri Amin

Senggol-Senggolan di Pemerintahan

Monday, 24 November 2025
Pariwisata Gorontalo: Potensi Ekonomi, Ancaman Ekologis, dan Risiko Greenwashing Tourism

Pariwisata Gorontalo: Potensi Ekonomi, Ancaman Ekologis, dan Risiko Greenwashing Tourism

Friday, 21 November 2025
Basri Amin

Pemimpin “Perahu” di Sulawesi

Monday, 17 November 2025
Next Post
Ketua KPU Provinsi Gorontalo, Sophian Rahmola saat menjadi inspektur upacara pada peringatan Hari Pahlawan tahun 2024, berlangsung di halaman kantor KPU Provinsi Gorontalo, Ahad (10/11). (foto : dok /kpu)

KPU Provinsi Gorontalo, Jasa Pahlawan Landasan Memperjuangkan Cita-Cita Bangsa

Rekomendasi

Personel Samsat saat memberikan pelayanan pengurusan pajak di Mall Gorontalo.

Pengurusan Pajak Kendaraan Bisa Dilakukan di Mall Gorontalo

Monday, 1 December 2025
Kepala Kantor Perwakilan LPS III, Fuad Zaen dan Deputi Kepala Kantor Perwakilan LPS III Deputi bersama para media dalam kegiatan Meet Up, di Aston Gorontalo, Senin (1/1/2025).

LPS Tekankan Pentingnya Penjaminan Simpanan bagi Masyarakat

Monday, 1 December 2025
Seorang buruh ditemukan sudah meninggal dunia di lokasi perusahaan yang ada di wilayah Bone Bolango, dan langsung dibawa oleh pihak Kepolisian ke rumah sakit untuk dilakukan pemeriksaan.

Seorang Buruh Ditemukan Tak Bernyawa, Sempat Mengeluh Pusing dan Muntah, Keluarga Tolak Autopsi

Tuesday, 2 December 2025
ILustrasi

Dandes Dataran Hijau Diduga Diselewengkan, Dugaan Pengadaan SHS Fiktif, Kejari Segera Tetapkan Tersangka

Monday, 13 January 2025

Pos Populer

  • Rita Bambang, S.Si

    Kapus Sipatana Ancam Lapor Polisi

    13 shares
    Share 5 Tweet 3
  • Senggol-Senggolan di Pemerintahan

    13 shares
    Share 5 Tweet 3
  • Ruang Inap Full, RS Multazam Bantah Tolak Pasien BPJS

    13 shares
    Share 5 Tweet 3
  • GHM 2025, Gusnar Nonaktifkan Kadispora

    13 shares
    Share 5 Tweet 3
  • Pengurusan Pajak Kendaraan Bisa Dilakukan di Mall Gorontalo

    13 shares
    Share 5 Tweet 3
Gorontalopost.co.id

Gorontalo Post adalah Media Cetak pertama dan terbesar di Gorontalo, Indonesia, yang mulai terbit perdana pada 1 Mei 2000 yang beral...

Baca Selengkapnya»

Kategori

  • Boalemo
  • Bone Bolango
  • Disway
  • Ekonomi Bisnis
  • Gorontalo Utara
  • Headline
  • Kab Gorontalo
  • Kota Gorontalo
  • Kriminal
  • Metropolis
  • Nasional
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Pendidikan
  • Persepsi
  • Pohuwato
  • Politik
  • Provinsi Gorontalo

Menu

  • Redaksi
  • Tentang Kami
  • Kontak Kami
  • Kode Etik Jurnalistik
  • Pedoman Media Siber
  • Disclaimer
  • Privacy Policy

© 2025 PT. Gorontalo Cemerlang - Gorontalo Post by Div-TI.

No Result
View All Result
  • METROPOLIS
  • PERISTIWA
  • EKONOMI BISNIS
  • SPORTIVO
  • KORAN DIGITAL

© 2025 PT. Gorontalo Cemerlang - Gorontalo Post by Div-TI.