Gorontalopost.co.id, GORONTALO – Kasus perundungan di lingkungan sekolah makin menjadi-jadi. Dalam dua hari terakhir, jagat maya di Gorontalo, dihebohkan dengan kasus dugaan perundungan hingga penganiayaan yang dialami seorang siswa SMK Negeri 1 Gorontalo.
Video penganiayaan itu tersebar melalui jejaring media sosial. Ada empat orang siswa yang terlihat menganiaya seorang siswa yang terkapar di tanah. Tak hanya ditendang, korban juga disiram dengan air oleh seorang pelaku.
Peristiwa ini masih terjadi di lingkungan sekolah, akibatnya korban diduga tak sadarkan diri, dan harus dilarikan ker rumah sakit. Saat mendapat perawatan, korban nampak mengeluarkan busa dari mulutnya.
“Mohon maaf saya terpaksa speak up kejadian kondisi anak saya saat ditemukan sudah tidak sadar di belakang sekolah. Luar biasa kejamnya dunia pendidikan sekarang,”tulis akun facebook Yun Lamatenggo, yang juga ibu korban.
Rupanya para pelaku dan korban sedang teler, dalam pengaruh minuman keras. Mereka pesta miras masih di lingkungan sekolah. Hal ini terungkap dari hasil pengembangan polisi.
Penyidik Polsek Kota Utara bergerak cepat dan berhasil meringkus empat siswa yang terekam dalam video. Diketahui, korban adalah ARD (14), siswa SMK Negeri 1 Kota Gorontalo.
Kapolsek Kota Utara Iptu Fredy Yasin,SH, kepada Gorontalo Post, Kamis (12/9/24), mengungkapkan kekerasan di lingkungan sekolah ini terjadi, saat korban bersama empat rekannya itu membeli minuman keras (Miras) jenis cap tikus secara patungan.
Rencananya mereka akan pesta miras di kantin belakang sekolah sesusai pulang sekolah. Setelah membeli miras, kelima siswa termasuk korban mendatangi lokasi pesta miras yang jauh dari pantauan guru.
“Korban dan empat orang terduga pelaku perundungan bersama-sama mengkonsumsi minuman keras di belakang sekolah.,”ungkap Iptu Fredy. Setelah beberapa saat mereka putar gelas (istilah pesta miras), satu persatu para siswa ini mulai teler.
Nah, dalam kondisi mabuk akibat minuman keras, korban mengajak empat rekannya untuk berkelahi, namun mereka menolak sehingga korban marah dan berteriak teriak. Melihat korban yang sudah tidak tenang lagi, empat orang tersebut terpicu emosi, karena melihat korban terus berteriak.
“Ya, karena takut akan ketahuan oleh guru dan siswa lainnya sehingga empat orang ini mulai menyiram korban dengan air serta menendang, menampar korban dan satu merekam perbuatan tersebut,”jelas Ferdy.
Akibatnya, korban jatuh pingsan serta mengeluarkan cairan kental dari mulut hingga akhirnya dilarikan ke rumah sakit. Setelah mendapat laporan dari orang tua korban, Polsek Kota Utara bergerak cepat menindaklanjuti video viral aksi perundungan terhadap ARD.
Akhirnya empat terduga pelaku yang juga rekan ARD yang viral di media sosial itu diamankan Kepolisian Sektor Kota Utara. “Jadia para terduga pelaku tidak ditahan, melainkan diamankan selama 1×24 jam, setelah itu mereka wajib lapor,”tegas Ferdy.
Pihaknya juga kata Ferdy masih menunggu hasil visum dokter untuk mengetahui apakah ada tanda kekerasan di tubuh korban. Ditegaskan Ferdy, untuk proses hukum tergantung orang tua korban, kalau memang ingin diproses hukum, maka pihaknya akan proses sesuai hukum berlaku.
“Nanti ada Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (UPPA) yang akan memprosesnya lanjut tetapi anak-anak tersebut tidak ditahan. Saat ini keempat pelaku dikategorikan anak berhadapan dengan hukum, dan masih dalam tahap penyelidikan sehingga status pemeriksaan masih sebagai saksi dan akan dilakukan gelar perkara untuk meningkatkan status menjadi pelaku anak.
Sering Bikin Ulah
Kepala Sekolah SMK Negeri I Gorontalo Sumitro K. Panto, mengutarakan perilaku para siswa itu termasuk korban di sekolah. Menurut Sumitro, ARD memiliki catatan buruk, karena kerap bikin pelanggaran dalam kelas.
Sumitro menyebut, telah mewawancarai wali kelas 10 dan guru Bimbingan Konseling (BK) saat pertemuan dengan para guru. “Jadi hasil wawancara saya dengan wali kelas bahwa korban tersebut memang sudah berapa kali bikin pelanggaran di sekolah jauh sebelum kejadian viral itu,”kata Sumitro.
Namun, Sumitro belum mendapatkan info secara detail sudah berapa kali korban masuk ruang BK. Wali Kelas juga kata Sumitro mengakui bahwa ibu korban juga sering mengeluh dan curhat kepada wali kelas terkait perilaku ARD yang tidak dengar-dengaran dengan orang tua. Bahkan pernah disekolahkan di Pesantren namun tetap tidak berubah.
“Kami belum tau apa prestasi korban, dan empat rekannya itu sebab mereka masih siswa baru kelas 10. Saya cuma komunikasi dengan salah satu orang tua yang anaknnya bermasalah. Dimana anaknya nanti saat kejadian itu bergabung dengan sejumlah rekannya. Sebab sewaktu dia masuk ke dalam sekolah ada minuman keras yang dititip rekannya di dalam tas,”terangnya.
Kejadian sebenarnya, lanjut dia, karena korban mabuk berat sehingga dia jatuh bangun di tanah, sejumlah rekannya menyadarkannya dengan menyiram pakai air. “Tidak ada kontak fisik hasil pertemuan dengan orang tua kemarin,”tandas Sumitro. (roy)











Discussion about this post