gorontalopost.id– Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) Gorontalo, memiliki sekretariat representatif, diberi nama ‘Wombohe Jurnalis’, beralamat di Kelurahan Wongkadiri Barat, Kota Gorontalo. Doa syukuran selesai dan mulai beroperasinya wombohe Jurnalis, berlangsung Sabtu (24/8). Wombohe dalam bahasa Gorontalo berarti tempat untuk berteduh. Ketua AMSI Gorontalo, Veriyanto Madjowa, mengatakan, pembangunan Wombohe Jurnalis diprakarsai anggota dan pengurus AMSI Gorontalo dengan konsep ruang terbuka hijau.
Terdapat lebih dari 30 pohon berbagai jenis telah tumbuh di lokasi ini,” kata Verri. Pembangunannya mengacu pada desain rumah panggung Gorontalo. Sebagian besar material rumah panggung ini dengan konstruksi bangunan kayu dan papan. “Wombohe jurnalis yang dipelopori AMSI Gorontalo sebagai sekretariat bersama jurnalis di Gorontalo,”tambah Sekretaris AMSI Gorontalo Helmi Rasid. Hadir dalam acara ini doa pemanfaatan Wombohe Jurnalis, seperti majelis etik dan pengurus AMSI Gorontalo, antara lain, Dr. Salahudin Pakaya yang juga Wakil Rektor II Universitas Muhammadiyah Gorontalo, Muchlis S. Huntua sebelumnya Wakil Rektor I Universitas Nahdlatul Ulama Gorontalo, Ardi Wiranata Arsyad sebagai praktisi hukum dan akademisi, serta sejumlah pengurus AMSI, termasuk dihadiri perwakilan organisasi konstituen Dewan Pers, seperti PWI, AJI, IJTI, SMSI, JMSI dan wartawan di Gorontalo.
Monumen tanggomo
Selain menghadirkan Wombohe Jurnalis, AMSI Gorontalo juga menghadirkan monumen tanggomo, yang menjadi pengingat jurnalisme lokal Gorontalo. Monumen tanggomo, diresmikan oleh Rektor Universitas Negeri Gorontalo (UNG) Prof. Dr. Eduart Wolok, sabtu malam. “Monumen ini memberikan pertanda bagi kita bagaimana menjaga tradisi dan bagaimana tradisi itu berkontribusi bagi kemajuan masyarakat Gorontalo ke depan,” kata Eduart.

Eduart mengapresiasi AMSI yang telah menginisiasi dan menghidupkan kembali tanggomo. Artinya, kata Eduart, ”budaya sastra yang menjadi local wisdom (kearifan lokal) Gorontalo kita pertahankan dan tidak hilang begitu saja. “Saya selaku rektor UNG siap menjadi mitra dan memberikan dukungan karena tanggomo merupakan satu rumpun keilmuan yang ada di Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Negeri Gorontalo,” ujarnya. Menurut Rektor UNG, jurnalistik di Gorontalo berkembang dengan baik. Tentunya, dengan perkembangan jurnalistik di Gorontalo, termasuk keberadaan AMSI di dalamnya, diharapkan akan meningkatkan kapasitas dan kualitas pemberitaan media. ”Media tidak hanya sekadar memberitakan,” kata Rektor, ada esensi yang lebih penting bagaimana media akan menjadi mitra strategis bagi seluruh elemen untuk mengedukasi agar pemberitaan memberikan kontribusi terhadap kehidupan masyarakat.
Menurut Ketua AMSI Gorontalo, Verrianto Madjowa, tanggomo lebih banyak menjadi kajian dalam ilmu sastra Gorontalo. Lebih dari itu, kata Verri, tanggomo mengandung unsur dan fungsi jurnalistik yang telah berkembang lama, ratusan tahun lalu di Gorontalo, dalam memberikan informasi kepada khalayak luas. Guru besar Universitas Negeri Gorontalo Prof. Dr. Nani Tuloli, telah melakukan kajian mengenai tanggomo. Jenis sastra lisan Gorontalo tersebut mengandung peristiwa atau kejadian. Orang yang menampung kejadian disebut ta motanggomo. Lebih khusus lagi orang yang menampung dan menceritakan kembali kejadian.
Pengertian menampung dalam konteks ini, dalam kajian Nani Tuloli, mencari atau menerima kejadian, selanjutnya mengubahnya menjadi satu cerita yang disebut tanggomo. Kejadian yang diperoleh tukang tanggomo baik langsung maupun tidak langsung, digubah menjadi satu cerita yang berbentuk puisi. Menurut Verri, tukang tanggomo mencari dan mengumpukan informasi dari masyarakat, kemudian disebarluaskan ditempat umum secara lisan maupun dengan menggunakan alat musik, seperti gambus.
Dengan mengutip Bill Kovach & Tom Rosenstiel, Verri menjelaskan, saat abad pertengahan berakhir, berita datang dalam bentuk lagu dan cerita, dalam balada-balada yang disenandungkan pengamen keliling. Verri mengatakan sketsa dan proses pembuatan monumen tanggomo karya tiga mahasiswa Pendidikan Seni Rupa dan Desain Fakultas Teknik Universitas Negeri Gorontalo masing-masing: Sri Lismawati S. Dai, Fahria R. F. Utina dan Ahmad Iqbal Puluraga. (tr-76)










Discussion about this post