Gorontalopost.id, GORONTALO – Mahasiswa jurusan Farmasi, Universitas Negeri Gorontalo sukses menciptakan inovasi produk ramuan langgilo Granul Aromatic Fresh Pewangi Pakaian.
Produk inovatif ini mengangkat tradisi budaya Gorontalo yang perlahan pudar dan ditinggalkan oleh Masyarakat yakni “Langgilo”, yaitu tradisi merendam perlengkapan Shalat menggunakan air rebusan dari bahan–bahan alami dengan aroma khas menjelang Ramadhan.
Produk dengan nama Langgilo Granul Aromatic Fresh ini, dibuat dengan sentuhan teknologi Freeze Drying sehingga mengubah bentuk cair ramuan langgilo menjadi bentuk granul sehingga masa simpannya menjadi lebih lama, stabil tanpa pengawet juga praktis untuk digunakan dan dibawa ke mana saja.
Produk Langgilo ini mendapatkan pendanaan dari Kementerian Pendidikan, Budaya, Riset dan Teknologi Republik Indonesia dalam Program Kreativitas Mahasiswa Bidang Kewirausahaan (PKM-K).
“Inovasi yang kami kembangkan, yakni mengubah langgilo yang pengerjaan awalnya masyarakat harus mengumpulkan 8 tanaman berbeda dan merebusnya, kini kami menciptakan dalam bentuk Granul dengan teknologi Freeze Drying sehingga lebih praktis untuk digunakan” Ujar ketua kelompok Aldevi Trisnawati Adam.
8 jenis tanaman yang digunakan sebagai bahan baku produk ini memiliki kandungan minyak atsiri yang dapat memberikan efek menenangkan.
“Produk ini memiliki beberapa keunggulan jika dibandingkan dengan produk pewangi pakaian yang beredar dipasaran, yakni langgilo merupakan satu-satunya pewangi pakaian yang berbau aromatikum, kemudian langgilo juga merupakan satu-satunya pewangi pakaian yang mengangkat tradisi Gorontalo, serta produk dengan bentuk granulasi kering sehingga masa simpannya lebih lama, stabil tanpa pengawet” ungkap Aldevi.
Dalam memproduksi Langgilo Granul Aromatic Fresh, tim langgilo bekerja sama dengan mitra bahan baku yang ada di Kota Gorontalo.
“Untuk melahirkan sebuah inovasi, maka dibutuhkan kerja sama tim juga arahan dan bimbingan dari dosen pendamping. Produk ini diharapkan mampu mengangkat kembali tradisi budaya Gorontalo yang mulai pudar, sehingga mampu membawa nama Gorontalo diluar Sulawesi hingga ke mancanegara,” tutup Mahdalena selaku dosen pendamping. (Tr-76)












Discussion about this post