Gorontalopost.id, GORONTALO – Tidak tahan di-bully senior mereka. Sebanyak 30 siswi baru SMA Terpadu (SMAT) Wira Bhakti Gorontalo, di Kabupaten Bone Bolango diam-diam kabur dari asrama pagi buta Jumat, (10/5).
Puluhan taruni SMAT Wira Bhakti itu nekat kabur dari asrama diduga kerap mendapatkan hukuman, bahkan uang jajan mereka dipalak para senior. Hal ini diungkapkan Shera salah satu orang tua dari anak yang ikut kabur bersama puluhan siswi lainnya.
Sheraa mengaku, berdasarkan keterangan anaknya saat diinterogasi, Para siswi tersebut meninggalkan asrama di Jalan Nani Wartabone, Desa Bubeya, Kecamatan Suwawa, Bone Bolango sekitar pukul 01.30 Wita.
Sebagian dari siswi kelas 10 ini keluar dari asrama dengan memanjat pagar. “Jadi mereka semua yang kabur dari asrama itu seangkatan termasuk anak saya juga disitu,'”ujar Shera (42) kepada wartawan.
Lain halnya dungkapkan orang tua lain, bahwa anak mereka memilih kabur lewat selokan besar yang tinggi airnya sekitar 50 centimeter. “Sebagian anak-anak melewati selokan kemudian tembus rawa-rawa ke arah sawah.
Setelah menemukan jalan, para siswi ini berusaha mencari pertolongan dengan meminjam handphone warga. Tiga siswa lainnya sempat terpisah dari rombongan siswa lainnya, namun kembali bertemu di salah satu kantor desa di Bone Bolango.
Setelah mendapatkan HP yang dipinjamkan warga, para siswa ini mengunakan hp tersebut untuk menghubungi teman dan kerabat mereka. Merasa kelelahan, Para siswa ini tetap melanjutkan perjalanan dengan memesan tiga unit mobil Maxim menuju ke rumah mantan siswa di sekolah itu.
Namun, karena rumah yang dituju pintunya terkunci, para siswi yang kabur ini tidur di teras rumah. Pagi harinya Pemilik Rumah, Rusdianto kaget melihat pemandangan ini.
“Saya tanya ternyata sejak pukul 03.00 dinihari mereka tidur di teras, saya dikasih tahu tetangga saat pagi hari ada dua orang di teras rumah, ternyata temannya lain ada di masjid,” kata Rusdianto.
Lebih lanjut mantan pejabat TNI ini mengungkapkan, bahwa anaknya pernah bersekolah di SMA Terpadu Wira Bhakti Gorontalo, sehingga memiliki hubungan pertemanan dengan salah satu siswa yang kabur. “Mereka menghubungi anak saya, karena temannya anak saya ini dulu sering tidur di rumah,” jelasnya.
Puluhan siswa yang kabur ini kata Rusdianto, sudah tidak tahan dengan perlakuan seniornya. Para siswi ini mengaku uang mereka cepat habis karena sering dipalak senior. Selain itu, para siswi juga sering disuruh beli tisu, setrika pakaian hingga cuci piring seniornya.
Pada saat ingin salat, para siswa mendapatkan perlakuan bullying yakni Mukena mereka diikat satu sama lain. Tak hanya itu, para siswa juga dipaksa makan dengan porsi berlebihan dan harus dihabiskan. Bahkan, perundungan lain yang dialami oleh siswi adalah sikap duduk sinden dengan posisi tumpuan badan berada di jari-jari kaki hingga berjam-jam.
Karena sudah mati rasa akibat kelamaan duduk sinden, posisi jari mereka itu lama kembali seperti semula. Kondisi ini membuat para siswi baru tersebut sudah tidak tahan lagi sehingga memilih untuk kabur dari asrama.
Keluarga siswa mengaku sebenarnya kasus perundungan atau bullying ini sudah sempat dikeluhkan kepada orang tua siswa. Namun informasi keluhan tersebut tidak pernah sampai ke orang tua siswa.
“Kata siswa keluhan mereka gak disampaikan ke orang tua, tetapi jika surat itu hanya sebatas permintaan kebutuhan taruni didalam, pasti disampaikan ke orangtua,” ungkap orang tua lain.
Terpisah Kepala SMAT Wira Bhakti Marwan Potale mengaku telah menerima laporan perihal siswi kabur dari asrama. Sayangnya belum mengetahui pasti duduk persoalan yang membuat 30 siswi kabur dari asrama.
“Terkait dugaan bullying yang dilakukan senior baru akan didalami. Secepatnya akan kami panggil para siswi yang kabur dan seniornya di asrama guna dimintai keterangan pada Selasa dan Rabu.
Setelah anak-anak masuk, mereka akan di-BAP oleh pelatih, mungkin hari Senin mereka masuk, maka BAP akan dilaksanakan pada hari Selasa atau Rabu,”tandas Marwan. (roy)











Discussion about this post