Zahra Khan, pemilik UMKM Kuliner Bakul Goronto dari Desa Huntu Selatan, sukses mempopulerkan kuliner tradisional Gorontalo di acara bergengsi Festival Merayakan Gastronomi Indonesia, di Jakarta pada 16 Februari 2024.
SETELAH selama dua tahun mendokumentasikan resep dan tradisi kuliner leluhur yang hampir punah dari seluruh pelosok Indonesia, tim “Pusaka Rasa Nusantara” yang digawangi oleh Chef Ragil Imam Wibowo, salah satu chef profesional terbaik Asia, dan peneliti kuliner Ir. Meilati Batubara,menginisiasi festival yang menampilkan Pop-up Museum.
Isinya keanekaragaman budaya gastronomi Indonesia, mulai dari makanan khas daerah yang jarang ditemukan, peralatan memasak tradisional, hingga bahan-bahan khas dari seluruh penjuru Indonesia.
Kegiatan dokumentasi dan festival dilaksanakan oleh Yayasan Nusa Gastronomi Indonesia, dan didukung oleh Pemerintah Amerika Serikat melalui program Ambassadors Fund for Cultural Preservation dari Kedutaan Amerika Serikat di Jakarta.
Festival “Merayakan Gastronomi Indonesia”yang dilaksanakan pada 2 – 11 Februari lalu juga menggelar workshop memasak, tempat peserta dapat belajar membuat masakan bersama chef tradisional sebagai penjaga resep daerah dari Papua, Buton, Kutai, Samosir, dan Gorontalo.
Lima daerah yang kulinernya ditampilkan di festival itu terpilih di antara puluhan daerah, setelah melalui diskusi dan perdebatan yang alot oleh Tim Pusaka Rasa Nusantara.
Untuk menjaga autentisitas kuliner Gorontalo, ZahraKhan yang mendapat kesempatan tampil dua kali,membawa 85% bahan makanan langsung dari Gorontalo.
Pada hari kedelapan, ketika demo memasak didampingi oleh Chef Ragil, Zahra memasak binte biluhuta (sup jagung Gorontalo) dan ilabulo (pepes sagu gurih).
Pengunjung sangat padat dan antusias mencicipi makanan, serta juga antri memarut kelapa dengan dudangata, alat parut kelapa yang dibawa Zahra. Mereka juga meminta resep, dan belajar kiat memasak binde biluhuta dan llabulo
Di hari kesembilan untuk acara makan siang khas Gorontalo, Zahra memasak makanan rumahan, di antaranya binde biluhuta, bitule yilahe (ubi hutan kukus), alim buloto (nasi kuning jagung), ilabulo putungo, binde biloti (jagung sangrai), pilitode ihu (terong santan bumbu kuning), dan perkedel nike (ikan musiman).
Tidak lupa berbagai pelengkap seperti dabu-dabu bara tempurung, sambal sagela pedas dan dabu-dabu iris minyak kampung, serta bode’o, abon kelapa sangrai kaya rempah.
Untuk menguatkan suasana hajatan seperti di Gorontalo, Zahra membagikan kaca wawu lutu, kacang sangrai kulit yang dinikmati dengan pisang matang.
Hidangan penutup adalah diniyohu, menu manis berbahan sagu kering, kelapa muda dan pahangga (gula aren).
Puluhan peserta sangat bersemangat menikmatidan menambah makanan serta juga menanyakan resep ragam kuliner Gorontalo.
Kebetulan di acara tersebut setiap peserta memperoleh dua buah buku terbitan Omar Niode Foundation, yaitu Makanan Ramah Iklim + 39 Resep Gorontalo, dan Merangkai Rasa di Gorontalo. Buku terakhir telah memperoleh tiga penghargaan internasional yaitu Gourmand World CookbookAwards.
Festival Merayakan Gastronomi Indonesia yang juga diisi dengan pagelaran seperti puisi, stand-up comedy, lukisan, dan instalasi seni dengan tema gastronomi Indonesia,dihadiri lebih dari 5000 pengunjung. (tro)











Discussion about this post