Gorontalopost.id, BONDOWOSO – Seorang calon anggota legislatif (caleg) di Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur, bernama Erfin Dewi Sudanto tak sekadar melakukan sosialisasi tentang pencolonanya menuju kursi legislatif dengan cara door to door atau menemui warga secara langsung, namun ia juga sambil menawarkan ginjalnya, siapa tau ada yang berminat untuk membeli.
Ia nekat menjual organ tubuhnya itu, karena butuh dana untuk kampanye pemilu, misalnya saja untuk biaya pencetakan alat peraga kampanye (APK) seperti baliho.
Erfin Sudanto, merupakan warga Desa Bataan, Tenggarang ini tercatat sebagai caleg Partai Amanat Nasional (PAN). Aksinya menjual ginjal untuk kebutuhan kampnye itu, kini jadi perbincangan, terutama di dunia maya.
Erfin diketahui maju di Dapil I Bondowoso (Kecamatan Kota, Tenggarang, dan Wonosari). Pria yang mendapatkan nomor urut 9 ini menyatakan, dia merelakan satu ginjalnya bagi yang membutuhkan.
“Langkah ini terpaksa saya lakukan. Sebab, saya melihat kondisi demokrasi di Indonesia saat ini memprihatinkan,” ungkap Erfin kepada wartawan, Selasa (16/1).
Kata dia, biaya yang harus dia rogoh tidak sedikit. Seperti, uang yang harus ia keluarkan untuk mencetak Alat Peraga Kampanye (APK) hingga biaya penggalangan suara.
“Konstituen itu sekarang sudah pintar-pintar. Kalau hanya janji, tapi tak ada uangnya tak akan dipilih,” papar mantan kepala desa ini. Bahkan, disampaikan Erfin, untuk mendapat satu suara, ia butuh sejumlah uang. Nilai itu tinggal dikalikan untuk berapa suara di dapil tersebut.
“Saya sudah turun ke masyarakat. Minimal butuh lima puluh ribu untuk dapat satu suara,” tandas Erfin. Erfin melanjutkan, sampai saat ini belum ada yang menaruh minat kepada ginjalnya. “Sampai saat ini memang belum ada (peminat),” paparnya.
Caleg PAN itu mengaku memang sempat ada yang bertanya. Namun setelah dijawab Erfin, orang yang menanyakan ginjal itu tak melanjutkan komunikasi lagi. “Kadang ada yang tanya, tapi tidak ada kelanjutan. Apakah mereka sekadar bertanya atau gimana?” kata dia.
Kata dia, dibutuhkan dana sekitar Rp 300 juta untuk biaya kampanye. Ini untuk biaya mencetak alat peraga kampanye (APK) hingga biaya penggalangan suara.
“Saya sudah tanya kanan kiri ke caleg lainnya. Untuk caleg pertama, minimal katanya segitu (Rp 300 juta). Maka, saya harus nyiapkan segitu,” katanya.
Pernyataan Erfin itu diamini oleh kalangan legislatif dan mantan caleg di Bondowoso. Angka Rp 300 juta itu merupakan kisaran rata-rata, yang membedakan nantinya adalah strategi kampanye. Ya sekitar segitu. Masing-masing beda, tergantung strategi yang dipakai,” salah seorang anggota DPRD Bondowoso periode 2019-2024, Samsul Tahar kepada detikJatim.
Jumlah tersebut hanya untuk biaya kampanye, alat peraga berupa banner, serta kebutuhan lainnya. Dengan modal sedemikian besar, belum jadi jaminan untuk lolos menduduki kursi dewan.
“Itu pun belum dijamin pasti jadi. Bergantung strategi yang diterapkan pada proses pencalegan itu,” kata politisi PKB ini.
Namun, jika strategi yang digunakan pada masyarakat lebih baik dan memiliki relevansi, jumlah yang dibutuhkan tidak sampai sebanyak itu. Namun, hal ini belum pasti dan bisa terjadi sebaliknya.
“Saya dulu habis sekitar Rp 1,5 miliar. Tapi ya tetap tidak jadi sampai sekarang,” papar seorang mantan caleg periode lalu asal Partai Hanura yang enggan namanya disebutkan. (net)












Discussion about this post