gorontalopost.id – Pelaksanaan wisuda program ahli madya pada Politeknik Gorontalo, Kamis(14/12) menghadirkan Tenaga Ahli Menteri LHK Bidang SDGs dan Kebijakan Energi, Prof.Dr.Ir.Hj Winarni Monoarfa, MS sebagai penyaji orasi ilmiah. Guru besar pada Universitas Hassanudin itu, membawakan orasi ilmiah dengan judul Menciptakan Kader Pemimpin yang Berpikir Global dan Berkelanjutan.
Dihadapan pada wisudawan, Prof. Winarni Monoarfa, menyampaikan, tantangan global saat ini menunjukkan bahwa dunia saat ini sedang tidak baik-baik saja. United Nations Climate Change (UNCC), kata dia, menyebutkan tiga isu lingkungan utama yang dihadapi saat ini.
Ketiga isu ini disebut dengan istilah “triple planetary crisis”, yaitu merujuk kepada isu perubahan iklim, polusi atau pencemaran lingkungan, dan biodiversity loss, yang setiap isunya memiliki penyebab serta dampaknya masing-masing dan setiap isu harus ditangani demi masa depan planet. ”Pertanyaan yang menjadi dasar dari orasi ini adalah, Mengapa pemuda dan pertanian berkelanjutan itu tidak bisa dipisahkan ? Jawabannya adalah karena pemuda adalah agen perubahan. Upaya penguatan ekonomi nasional dan pemenuhan pangan Indonesia saat ini, dan masa depan, harus diawali dengan membekali remaja dan atau pemuda sebagai agan perubahan,”ujar Prof. Winarni.
Perempuan dengan julukan ‘Seroja dari Timur’ ini menyampaikan, pemuda tidak hanya sebagai penerima manfaat hasil pertanian, peran pemuda harus dapat dioptimalkan sebagai subjek atau pelaku dari berbagai upaya peningkatan pertanian berkelanjutan. “Profesi petani harus kita pandang sebagai sebuah profesi yang menjanjikan dan bisa mensejahterakan. Oleh karena itu perlu generasi muda khususnya generasi Z harus mencintai dan menumbuhkan minat pada pertanian. Upaya untuk menyuburkan generasi petani hingga tahun-tahun berikutnya menjadi tantangan tersendiri di negeri Agraris ini,”jelasnya.
Hal ini, lanjut Prof. Winarni, sejalan dengan prinsip inklusifitas dan no one left behind dalam paradigma tujuan pembangunan berkelanjutan atau Sustainable Development Goals yaitu mendorong partisipasi dan pemberdayaan seluruh stakeholder yang ada (tanpa terkecuali), terutama dari golongan pemuda. “Pemuda-pemuda di dean saya inilah, yang mereka, yang memiliki kemampuan dan penguasaan akan teknologi pertanian berkelanjutan. Saya bangga berdiri di hadapai generasi muda terbaik bangsa,”ungkap Prof. Winarni Monoarfa yang membakar semangat para wisudawan.
Ia menekankan, sengaja mengangkat tema tentang menciptakan kader pemimpin yang berpikir global dan berkelanjutan, karena sangat penting, sebab bagaimana peran penting generasi muda agar tetap menumbuhkembangkan tanggung jawab yang sama untuk merawat bumi ini agar dapat terus berkelanjutan untuk generasi mendatang dan memberikan manfaat untuk semua.
Untuk Provinsi Gorontalo, lanjut Prof. Winarni, langkah langkah utama yang harus dilakukan ialah mengurangi laju deforestasi di Gorontalo dan menjaga kondisi tutupan hutan melalui rehabilitasi hutan dan restorasi kawasan non hutan.
Permasalahan deforestasi dan degradasi hutan di Gorontalo menjurut Prof.Winarni, masih menjadi ancaman. Pemanfaatan dan Pengelolaan Hasil Hutan Bukan Kayu dan Jasa Lingkungan masih dirasa kurang maksimal. Sehingga peluang bisnis hasil hutan non kayu dan jasa lingkungan termasuk ekowisata sebenarnya masih terbuka lebar di Gorontalo. Permasalahan lain yang harus dipandang serius kedepan ialah konflik tenurial yang berdampak luas dan seringkali merugikan masyarakat adat, baik secara ekonomi maupun sosial dan budaya. Selain itu, konflik tenurial ini juga berdampak pada keberlanjutan number daya alam dan lingkungan.
Berdasarkan data laban kritis di Provinsi Gorontalo tabun 2022, jumlah lahan kritis di Provinsi Gorontalo seluas 225.438 hektar yang terbagi dalam status, di dalam Kawasan hutan seluas 40,17% dan di luar Kawasan hutan seluas 59,83%. Di dalam Kawasan hutan berjumlah 90.580,07 hektar, dengan status kritis 90.172,79 hektar atau 39,9% dan status sangat krits 407,28 hektar atau 0,27% dari total lahan kritis. Sedangkan di luar Kawasan hutan lahan kritis berjumlah 134.857,93 hektar dengan status kritis 134.445,56 hektar atau 59,6% dan sansat kritis 412,37 hektar atau 0,23% dari total lahan kritis.
“Oleh karena itu peran aktif kita semua diperlukan untuk meningkatkan kalitas lingkungan hidup Gorontalo yang lebih lestari,”katanya. Secara teknis kehutanan, upaya yang dapat dilakukan diantaranya: rehabilitasi hutan dan lahan dalam kawasan hutan (reboisassi, agroforestry), luar kawasan hutan, UPSA, penyediaan bibit gratis, Pembuatan Dam Pengendali, Dam Penahan, Gully Plug, Sumur Resapan Air, Teras SPA, Rorak, Terjunan. “Diklat dan penyuluhan, pendampingan, peberian bantuan, sosialisasi, diseminasi, pembekalan, penguatan kelembagaan. Koordinasi Integrasi Sinkronisasi dan Sinergi secara Holistik Integratif Tematik dan Spasial. Pelibatan Seluruh Pihak dari Swasta, Pemerintah, Perguruan Tinggi, TNI, BUMN, dan BUMD,”jelasnya.
Penerima gelar adat Gorontalo “Pulanga” Ti Tidito Lo Hunggia kembali menyampaikan bahwa peran generasi muda dalam aksi lingkungan dan keberlanjutan sangat penting dalam menciptakan perubahan positif. Generasi muda, kata dia, memiliki energi, semangat, dan ide-ide segar yang diperlukan untuk mengatasi tantangan lingkungan yang kompleks. “Saya percaya bahwa generasi muda memiliki peran penting dalam membawa perubahan positif bagi lingkungan dan kelestarian alam. Mari kita bersama- sama melakukan bagian kita dalam menjaga bumi ini agar tetap lestari dan ramah lingkungan bagi kita dan generasi mendatang,”tandasnya. (tro)











Discussion about this post