gorontalopost.id – Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi dan Kabupaten/Kota se-Gorontalo melaksanakan High Level Meeting (HLM), berlangsung di Ball Room Saronde, Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Provinsi Gorontalo. HLM TPID ini dihadiri oleh Penjabat (Pj) Gubernur Gorontalo, Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo Ridona Nurdjamal, dan , Sekretaris Daerah Provinsi Gorontalo Sofyan Ibrahim. Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo, Dian Nugraha, turut hadir secara daring.
HLM TPID ini diselenggarakan sebagai wadah koordinasi para pemangku kepentingan dan instansi terkait untuk bersinergi dalam menyusun strategi upaya pengendalian inflasi dan ketersediaan pangan khususnya mengantisipasi risiko tekanan inflasi jelang Hari Besar Keagamaan (HBKN) Natal dan Tahun Baru.
Dalam sambutannya, Pj. Gubernur Ismail Pakaya, menekankan jika High Level Meeting yang diselenggarakan Bank Indonesia menjadi bukti keseriusan untuk menanggulangi inflasi di Provinsi Gorontalo, dimana Gorontalo menjadi daerah yang paling besar inflasinya. Berdasarkan pertemuan yang dilakukan secara daring pada Senin, 11 Desember 2023 dengan Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian, Kabupaten Bone Bolango dan Kabupaten Gorontalo merupakan daerah yang memiliki IPH tertinggi saat ini.
Salah satu kebutuhan warga yang sangat mempengaruhi adalah harga cabai (rica) yang saat ini meroket. Rata-rata harga cabai rawit di Sulawesi adalah Rp100.000, namun harga cabai rawit di Gorontalo berada di angka Rp140.000. Pj. Gubernur juga menyampaikan dugaan bahwa naiknya harga cabai di Gorontalo dikarenakan adanya kesepakatan antara pedagang di Sulawesi Utara dan Gorontalo, dimana adanya permainan harga untuk membeli cabai dari petani sehingga menyebabkan harganya rusak dan tidak menguntungkan pengepul.
Penyampaian ini juga sejalan dengan pemaparan Kepala BPS Gorontalo, Muhammad Mukhanif menjelaskan, mahalnya harga cabai menjadi tren komoditas yang mengalami inflasi jelang natal dan tahun baru.
Dalam kesempatan itu, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo, Dian Nugraha juga menyampaikan bahwa tingginya angka inflasi di bulan Desember 2023 diperkirakan akan dipengaruhi oleh komoditas ayam pedaging, tomat, beras, bawang merah dan cabai rawit, yang disebabkan adanya peningkatan permintaan. Hal tersebut ditanggapi oleh Pj. Gubenur Gorontalo Ismail Pakaya, dengan berfokus pada sinergi antar pemerintah daerah, instansi vertikal, dan seluruh komponen untuk pengendalian inflasi di Provinsi Gorontalo.
Pertemuan ini menghasilkan empat rekomendasi penting, yang harus segera disikapi stakeholder terkait, dan pemerintah daerah. Empat rekomendasi itu, masing-masing :
1. Meningintensifkan pemantauan pangan bergejolak: beras, cabai, tomat melalui Early Warning System seiring dengan meningkatnya permintaan sesuai dengan pola historis/musiman.
2. Mendorong ketersediaan barang pokok melalui GPM (Gelar Pangam Murah) lebih intensif jelang HBKN Nataru
3. Menjaga ekspektasi masyarakat untuk tidak melakukan konsumsi secara berlebihan (Belanja Bijak).
4. Memanfaatkan peran BULOG untuk membantu pengendalian harga terutama beras dan minyak kelapa dan disiapkan 4 ton daging sapi untuk wilayah tertentu jelang HBKN Nataru.
Dengan adanya pertemuan ini diharapkan dapat meningkatkan kolaborasi dan sinergi dalam setiap program dan kebijakan Pemerintah Daerah dan Bank Indonesia khususnya inflasi di Provinsi Gorontalo tidak naik lagi dipenghujung tahun 2023. (tro)











Discussion about this post