logo gorontalo post
  • METROPOLIS
  • PERISTIWA
  • EKONOMI BISNIS
  • SPORTIVO
  • KORAN DIGITAL
No Result
View All Result
Logo gorontalo post
  • METROPOLIS
  • PERISTIWA
  • EKONOMI BISNIS
  • SPORTIVO
  • KORAN DIGITAL
No Result
View All Result
logo gorontalo post
No Result
View All Result
Pemkot Gorontalo
Home Persepsi

Sejarah Oktober

Jitro Paputungan by Jitro Paputungan
Monday, 23 October 2023
in Persepsi
0
Reposisi Gorontalo  (Bonus Demografi dan Basis Kepemimpinan)

Basri Amin

Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan ke Whatsapp

Oleh :
Basri Amin
Parner di Voice-of-HaleHepu

SAYA membaca dan menyimak langsung publikasi lengkap “Resolusi Jihad” Nahdatoel Oelama sebagai tuntutan resmi dari hasil Rapat Besar wakil-wakil daerah Perhimpunan Nahdatoel Oelama seluruh Jawa dan Madura pada tanggal 21-22 Oktober 1945 di Soerabaya. Dari puncak Resolusi tersebut, 22 Oktober 1945, yang akhirnya (sejak 2015) diperingati dan diabadikan resmi sebagai Hari Santri Nasional (HSN).

Tekad besar Resolusi Jihad dan Pengorbanan Santri seluruh Jawa dan Madura adalah “Mempertahankan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945” yang kembali dirongrong oleh NICA dan Jepang.

Teks Resolusi Jihad dengan sangat menyala menegaskan “mempertahankan dan menegakkan Agama dan Kedaulatan Negara Republik Indonesia Merdeka”

Related Post

Gorontalo, Jangan “Lari” di Tempat

Guru Pejuang di Gorontalo

Senggol-Senggolan di Pemerintahan

Subjektivitas Penilaian Hasil Capaian Kinerja ASN: Kelalaian atau Sentimen ? 

Penulisan teks Resolusi Jihad tergolong unik, antara lain karena menimbang (dua) hal: (a) bahwa untuk mempertahankan-menegakkan negara Republik Indonesia menurut Hukum Islam, sebagai Kewajiban bagi tiap-tiap Orang Islam; dan (b) bahwa di Indonesia ini warga negaranya adalah sebagian besar terdiri dari Umat Islam. Selanjutnya terdapat 4 (empat) poin di bagian “mengingat”, di antaranya a,b,c, dan (d) bahwa “dalam menghadapi sekalian kejadian (‘pertempuran yang mengorbankan begitu banyak jiwa manusia’), belum mendapat perintah dan tuntunan yang nyata dari Pemerintah Repoeblik Indonesia yang sesuai dengan kejadian tersebut”.

Bagian akhir dari dokumen Resolusi Jihad itu sebenarnya berisi keputusan berupa dua (2) buah “tuntutan” kepada pemerintah Republik, dengan kata-kata (a) “memohon dengan sangat kepada Pemerintah Repoeblik Indonesia supaya menentukan satu Sikap dan Tindakan yang nyata serta sepadan terhadap tiap-tiap usaha yang akan membahayakan kemerdekaan Agama dan Negara Indonesia…; dan (b) supaya memerintahkan melanjutkan perjuangan bersifat “Sabiloellah” untuk tegaknya Negara Republik Indonesia Merdeka dan Agama Islam.

Jadi, Resolusi Jihad 22 Oktober 1945 itu sungguh sistematik-spiritualistik, menyala-emotif tapi tenang-terkendali, dan menyela sikap resmi Pemerintah Republik Indonesia atas kondisi kritis yang ada di masa itu. Sebagaimana akhirnya –-secara nasional– kita tahu bahwa puncak heroisme Surabaya itu cenderung (hanya) mencatat peristiwa “10 November 1945”, terutama tentang heroisme Bung Tomo dengan pekikan Allahu Akbar-nya.

KITA butuh membaca dan menghayati banyak konteks, teks, dan implikasi fundamental atas tampilnya Resolusi Jihad 22 Oktober 1945 oleh Nahdatoel Oelama Jawa-Madura di Surabaya. Di antaranya, dan ini yang amat penting, adalah kepercayaan dari Alim-Ulama dan Santri-nya kepada “sikap, tuntunan, tindakan, dan perintah” dari Pemerintah Republik Indonesia kepada “segenap rakyat Indonesia”.

Sikap percaya-penuh dan menuntut (harapan!) kepada (kuasa!) Pemerintah Republik seperti inilah yang merupakan nilai luhur tersediri dari (sejarah) Mempertahankan Kemerdekaan bangsa kita sejak Oktober – Desember 1945. Bahwa kita percaya dan berharap kepada Republik. Bahwa rakyat (senantiasa) memintakan sikap dan tindakan yang menopang prosesi kedaulatan negara dan mempertahankan kemerdekaan. Di saat yang sama, Kemerdekaan Agama, juga ditegaskan secara setara dan terang. Di sinilah, terkesan ada dua jenis kemerdekaan yang saling mengisi-menguatkan dalam konteke keIndonesiaan kita: Negara dan Agama.

Kabar-kabar heroik sepanjang Oktober 1945 saya simak dan cermati melalui koran Kedaulatan Rakjat. Saya sangat terbantu dan dipandu oleh pustakawan senior bidang persuratkabaran, Ibu Atikah, di Salemba-Jakarta. Sangat terang bahwa pergolakan di masa itu meletus di banyak tempat, baik di tanah Jawa maupun di luar Jawa. Di masa itu, kehadiran tentara Sekutu (NICA) sangat mengguncang keberadaan Proklamasi Kemerdekaan.

Hampir semua kelompok masyarakat, sejumlah kalaskaran pemuda, pelajar, santri dan perhimpunan perempuan pejuang, satu-sama lain memerankan dirinya di tengah-tengah tekanan fisik dan kesiapan rela-mati demi Kemerdekaan.

Kendati demikian, tidak semua publikasi sejarah dan temuan-temuan ilmiah memberi “tempat terhormat” terhadap peran golongan Kyai, Sastri, dan Pesantren di masa-masa krusial tersebut. Temuan Professor Ben Anderson dari Universitas Cornell termasuk yang berhasil menangkap dengan akurat dan kritis tentang kronik Revolusi Fisik di sepanjang Oktober – Desember 1945. Ben Anderson dalam kajian seminalnya Java in A Time of Revolution (1972: 157), menulis dengan sangat apik bagaimana siaran dan teriakan dua kali Allahu Akbar Bung Tomo dengan pekik-suara dan tangisan.

Dari kajian Anderson, kita beroleh pengakuan (data) ilmiah bahwa sejak awal awal Oktober 1945, Kyai-Kyai dari pelosok Jawa dan Madura memusatkan diri di Surabaya untuk menyusun Gerakan perlawanan. Demikian juga di beberapa titik pergolakan “Kyai Desa” di Jawa. Merujuk Berita Antara (25 Oktober) dan Berita Indonesia (27 Oktober 1945) sebagai koran resmi nasional yang memberitakan tentang “Perang Suci” (Sibilillah) yang dikobarkan sejak pertemuan besar Nadhlatul Ulama di Surabaya pada 21-22 Oktober 1945. Dengan spirit itulah pula maka nilai dasar Resolusi Jihad terus berkobar sepanjang akhir tahun 1945 di kalangan umat Muslim di seluruh Jawa, di mana peran Kyai, Santri, Perhimpunan Pelajar/Pemuda demikian menentukan. Tak ketinggalan, berdirilah “dapur Sabilillah Moeslimat” di Surakarta –-yang bergerak menopang logistik tentara-pejuang; berpusat di rumah Tuan Ali Archam di Tegalsari.

Sesungguhnya, sangat banyak peristiwa penting yang mewarnai bulan Oktober 1945. Di antaranya, Upacara besar-besar memperingati dua bulan Kemerdekaan di Jogjakarta, tepatnya di Kepatihan. Di saat itu, “Hormat Merdeka” sebanyak tiga kali ditampilkan oleh semua peserta upacara. Juga Hening Cipta, lagu Indonesia Raya, dan Doa kepada para arwah Pahlawan Kemerdekaan. Demikian juga dengan Kaum Buruh, mereka menyiapkan diri sebagai pembantu Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dengan mendaftarkan diri masing-masing di markar TKR, Jl. Cemara 24, Jakarta.

Pertaruhan masyarakat Islam selama Oktober – Desember 1945 (Suryanegara, 1996: 231, 268) benar-benar menegangkan karena pengorbanan nyawa selalu di depan mata, hampir di semua wilayah di tanah Jawa, dan sebagiannya melebar di kawasan lain di Indonesia, antara lain Sulawesi dan Sumatera.

Di awal November misalnya, tepatnya melalui Muktamar Ummat Islam 7 November, mendeklarasikan pembentukan Barisan Sabilillah sebagai barisan istimewa dalam TKR. Dengan bahasa yang berkobar-kobar, diberitakan bahwa “60 Milyun (‘Juta’) Kaum Muslimin Indonesia Siap Berjihad Fi Sabilillah…Menentang tiap-tiap Penjajahan” (Suryanegara, 1996: 296-297).

Di luar tanah Jawa, tercatat misalnya bagaimana Peranakan Arab di Palembang bergerak dan menegaskan dirinya untuk “berdiri di belakang Republik Indonesia”. Dengan kata-kata yang bernyawa menyatakan, “Peranakan Arab sebagai Putra Indonesia di segala tempat, satu dan sama, yaitu berdiri di belakang Republik Indonesia…bersama-sama Saudara-saudaranya sebangsa Indonesia mempertahankan kekal-abadinya Kemerdekaan Indonesia”. Penegasan ini disebarkan di semua media oleh tuan Ali Gathmyr, pemuka Partai Arab Indonesia (PAI) di Palembang dan diterima resmi pada 15 Oktober 1945 oleh A.R. Baswedan, pendiri PAI (K.R. 23-10-45).

Pada kesempatan lain, Insya Allah, dinamika Revolusi Fisik di Sulawesi akan diterangkan lebih luas, baik sebelum tahun 1945 maupun pada kurun waktu 1945-1950. Semoga bisa ikut menjahit serpihan-serpihan pemahaman (bersama) kita sebagai Anak Semua Bangsa di Republik Pancasila yang Merdeka ini. ***

Tags: basri aminHari Santri NasionalNahdlatul UlamapersepsiResolusi Jihadsejarah oktoberspektrum sosial

Related Posts

Basri Amin

Gorontalo, Jangan “Lari” di Tempat

Monday, 1 December 2025
M. Rezki Daud

Guru Pejuang di Gorontalo

Wednesday, 26 November 2025
Rohmansyah Djafar, SH., MH

Subjektivitas Penilaian Hasil Capaian Kinerja ASN: Kelalaian atau Sentimen ? 

Monday, 24 November 2025
Basri Amin

Senggol-Senggolan di Pemerintahan

Monday, 24 November 2025
Pariwisata Gorontalo: Potensi Ekonomi, Ancaman Ekologis, dan Risiko Greenwashing Tourism

Pariwisata Gorontalo: Potensi Ekonomi, Ancaman Ekologis, dan Risiko Greenwashing Tourism

Friday, 21 November 2025
Basri Amin

Pemimpin “Perahu” di Sulawesi

Monday, 17 November 2025
Next Post
PILIH GIBRAN : Bakal calon presiden (capres) dari Koalisi Indonesia Maju (KIM) Prabowo Subianto, resmi mengumumkan Gibran Rakabuming Raka sebagai bakal calon wakil presiden (cawapres), Ahad (22/10) malam.

Survey Teratas Tak Jadi Rujukan, Prabowo Pilih Gibran, Erick Thohir dan Ridwan Kamil Kandas

Discussion about this post

Rekomendasi

Personel Samsat saat memberikan pelayanan pengurusan pajak di Mall Gorontalo.

Pengurusan Pajak Kendaraan Bisa Dilakukan di Mall Gorontalo

Monday, 1 December 2025
Personel Satuan Lalu Lintas Polresta Gorontalo Kota mengamankan beberapa motor balap liar, Ahad (30/11). (F. Natharahman/ Gorontalo Post)

Balap Liar Resahkan Masyarakat, Satu Pengendara Kecelakaan, Polisi Amankan 10 Unit Kendaraan

Monday, 1 December 2025
Anggota DPRRI Rusli Habibie bersam Wagub Gorontalo Idah Syahidah RH. (Foto: dok pribadi/fb)

Rusli Habibie Ajak Sukseskan Gorontalo Half Marathon 2025, Beri Efek ke UMKM

Friday, 28 November 2025
ILustrasi

Dandes Dataran Hijau Diduga Diselewengkan, Dugaan Pengadaan SHS Fiktif, Kejari Segera Tetapkan Tersangka

Monday, 13 January 2025

Pos Populer

  • Rita Bambang, S.Si

    Kapus Sipatana Ancam Lapor Polisi

    13 shares
    Share 5 Tweet 3
  • Senggol-Senggolan di Pemerintahan

    13 shares
    Share 5 Tweet 3
  • Ruang Inap Full, RS Multazam Bantah Tolak Pasien BPJS

    13 shares
    Share 5 Tweet 3
  • GHM 2025, Gusnar Nonaktifkan Kadispora

    13 shares
    Share 5 Tweet 3
  • Dugaan Persetubuhan Anak Dibawah Umur, Oknum ASN Gorut Dibui

    13 shares
    Share 5 Tweet 3
Gorontalopost.co.id

Gorontalo Post adalah Media Cetak pertama dan terbesar di Gorontalo, Indonesia, yang mulai terbit perdana pada 1 Mei 2000 yang beral...

Baca Selengkapnya»

Kategori

  • Boalemo
  • Bone Bolango
  • Disway
  • Ekonomi Bisnis
  • Gorontalo Utara
  • Headline
  • Kab Gorontalo
  • Kota Gorontalo
  • Kriminal
  • Metropolis
  • Nasional
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Pendidikan
  • Persepsi
  • Pohuwato
  • Politik
  • Provinsi Gorontalo

Menu

  • Redaksi
  • Tentang Kami
  • Kontak Kami
  • Kode Etik Jurnalistik
  • Pedoman Media Siber
  • Disclaimer
  • Privacy Policy

© 2025 PT. Gorontalo Cemerlang - Gorontalo Post by Div-TI.

No Result
View All Result
  • METROPOLIS
  • PERISTIWA
  • EKONOMI BISNIS
  • SPORTIVO
  • KORAN DIGITAL

© 2025 PT. Gorontalo Cemerlang - Gorontalo Post by Div-TI.