Gorontalopost.id, – Sudah sekitar 2 tahun, Yahya Harun, menggeluti bisnis sayurnya yang dihasilkan dari bercocok tanam hidroponik. Ia mengaku terinspirasi dari YouTube memulai bisnis modern tersebut.
Warga Bone Bolango ini nekat merintis bisnisnya dengan modal Rp 300 juta. Meski sempat mengalami kesulitan pemasaran selama masa Pandemi Covid-19, tak membuatnya berhenti begitu saja. Usahanya terus dikembangkan.
“Memilih usaha ini, dikarenakan kerjanya enteng, dan juga pendapatan bersih yang dihasilkan dalam sebulan, lumayan. Bisa mencapai Rp 7 jutaan,” ungkap dia ketika disambangi awak media Gorontalopost.id.
Yahya Harun mengatakan, sayuran yang ditanam, seperti selada, sawi, bayam, pakcoy, kailan, seledri, dan ada pula daun mint. Perawatan dilakukan sesuai ilmu yang didapat secara autodidak menonton konten YouTube.
“Untuk perawatan sayuran, cukup dengan menggunakan air sumur suntik yang dicampur dengan nutrisi, lalu air yang bercampur nutrisi ini, diganti dalam waktu 2 minggu sekali,” tutur Yahya Harun, menjelaskan.
Dikatakannya, untuk pemasaran, dirinya sudah berlangganan dengan sejumlah hotel, resto, super market dan bahkan sudah sampai ke luar daerah. Salah satunya yakni Manado, Sulawesi Utara (Sulut).
Ia mengklaim, ini merupakan usaha sayuran hidroponik pertama, alias satu-satunya di Gorontalo waktu itu. Namun, seiring berjalannya waktu, sudah ada beberapa masyarakat yang mengembangkan hidroponik.
“Usaha ini dirintis pada 2017 lalu, tetapi sempat gagal karena munculnya pandemi Covid-19. Terus terang, saat wabah menyerang, banyak orderan saya terbatas. Banyak sayuran yang tidak jadi diambil,” ungkapnya, mengenang.
Masa panen sayur seperti selada kata Yahya Harun, biasanya pada usia 41 hari. Dan juga untuk pemindahan bibit yang telah disemai pada instalasi hidroponik ini, dilakukan ketika bibit telah berusia 2-3 pekan. (MG-03/kif)












Discussion about this post