Gorontalopost.id – Mahasiswa Universitas Brawijaya Malang melalui program Matching Fund menyulap limbah kotoran sapi peliharaan warga di Kecamatan Pinogu menjadi biogas. Hal ini didasari karena banyaknya potensi ternak sapi di wilayah tersebut, tapi belum bisa dimanfaatkan secara optimal.
Apalagi dengan mahalnya gas LPG 3 kilogram di wilayah tersebut, dimana harganya berkisar Rp75 ribu pertabungnya, sehingga lahirlah program Matching Fund. Dimana program ini merupakan salah satu program yang kita laksanakan oleh mahasiswa Universitas Brawijaya Malang dengan bermitra dengan Pemerintah Kabupaten Bone Bolango.
Sementara itu, Wafa Nida Faida Azra, Koordinator Lapangan program Matching Fund Universitas Brawijaya Malang, mengatakan ia bersama 9 orang mahasiswa lainnya melakukan program Matching Fund di Kecamatan Pinogu.
Program Matching Fund ini merupakan salah satu program yang kita laksanakan dengan bermitra dengan Pemda Bone Bolango.”Kami ke sini membawa tiga program, yakni inisiasi rumah potong hewan, pengolahan abon sapi, dan biogas,”kata Wafa Nida Faida Azra.
Khususnya untuk biogas, mudah-mudahan ini bisa berdampak besar bagi masyarakat Pinogu, karena kotoran sapi itu bisa dimanfaatkan menjadi biogas pengganti gas LPG. Kami berharap program pembuatan biogas ini, satu rumah itu bisa memiliki satu unit instalasi biogas untuk kompor.
“Kita tahu bersama untuk harga LPG 3 kilogram di sini, itu harganya lebih di atas rata-rata sekitar Rp75 ribu pertabungnya. Makanya kami datang di sini ingin membantu, mudah-mudahan ini bisa berdampak besar bagi masyarakat bahwa kotoran sapi itu bisa dimanfaatkan bisa menjadi biogas pengganti gas LPG,”terang Wafa Nida. Wafa juga mengungkapkan selain melakukan pembuatan biogas di Kecamatan Pinogu, pihaknya juga melalui program Matching Fund telah menghibahkan beberapa peralatan untuk warga Pinogu, yaitu alat untuk pemotongan hewan dan peralatan untuk produksi abon sapi. (roy)










Discussion about this post