Gorontalopost.id — Seoang anak usia tiga tahun di Limboto, Kabupaten Gorontalo, menjadi pasien pertama kasus gagal ginjal akut pada anak di Gorontalo. Sejak 18 okotber 2022, ia tangani RS MM Dunda Limboto. Sebagai ketentuan, ia harus dirujuk ke Manado karena merupakan rumah sakit rujukan khusus penanganan acute kidney injury (AKI). Hanya saja, sehari di Manado, ia meninggal dunia.
Menurut orang tuanya, ditemui Gorontalo Post, kemarin, sejak usia dua tahun, putra mereka itu sudah terbiasa mengkonsumsi obat sirop Unibebi Cough Sirup, saat demam, flu maupun batuk.
“Karena memang setelah minum obat itu langsung sembuh, sehingga saya merasa obat ini cocok dengan dia, sehingga setiap kali sakit demam, batuk dan flu hanya mengkonsumsi obat itu,” ungkap ibunya, kemarin.
Unibebi Cough Sirup belakangan menjadi temuan BPOM, sebab kandungan etilen glikol (EG) dan dietilen glikol (DEG) melebih ambang batas. Dua jenis kandungan itu, yang diduga dicuragai menjadi pemicu gagal ginjal pada anak.
Ibunya menceritakan, awalnya anaknya mengalami demam, dan muntah. Kemudian, dibawa ke rumah sakit dan mendapat rawat inap selama beberapa hari. Pada Kamis (20/10), harus di pindah ke ruang Pediatric Intensive Care Unit (PICU) karena sulit buang air kecil.
Mamang, setelah demam dan mual, anaknya itu kemudian sulit buang air kecil. Dokter spesialis anak yang menangani, kemudian menginformasikan jika pasien akan dilakukan pemeriksaan mendalam, karena erat kaitanya dengan penyakit yang saat ini lagi viral, yakni gagal ginjal akut. Dan memang hasil diagnosa indikasinya mengarah ke gagal ginjal. Sehingga RS Dunda Limboto memutuskan untuk anak merujuknya ke RS Kandou di Manado.
“Di Manado langsung dirawat diruangan PICU, dan harus melakukan cuci darah,” tambah ayah pasien. 15 menit sebelum meninggal, pasien sempat mengeluh haus, tapi dokter tak lagi membolehkan untuk minum, lantaran masuk proses puasa untuk dilakukan cuci darah.
“Almarhum meman jarang sakit, kalau sakit panas hanya diberi obat sirup Unibebi Cough Syrup langsung sembuh, sehingga saat bulan september saat akan membeli obat ini ternyata di Gorontalo sudah kosong dan karena saya bekerja di Manado, sehingga saya beli dari manado dan langsung lima botol dan saya bawa pulang ke Gorontalo,”ujarnya.
Sementara itu Wakil Direktur Pelayanan RS Dunda Limboto drg Rila Rita Thaib mengakui jika pasien masuk ke RS Dunda Limboto, sejak Ahad (16/10) dengan kondisi demam, muntah dan sesak.
Pada rabu (19/10) pasien mulai mengalami kekurangan urine, dimana dalam waktu 1 x 24 jam, jumlah urine yang dihasilkan hanya berjumlah 300 mililiter dan ditambah dengan mulai adanya pembengkakan di kelopak mata dan kaki pasien. Pada hari jumat (21/10) jumlah urine pasien semakin berkurang hanya 50 mililiter.
“Melihat gejala ini adalah gejala penyakit yang lagi viral saat ini pasien diberikan pelayanan lebih, dengan dimasukkan ke ruang PICU dan langsung dirujuk ke RS Kandow Manado karena di rumah sakit tersebut merupakan rumah sakit yang fasilitas untuk penyakit gagal ginjal lebih maksimal,” jelas drg.Rila.
Secara terpisah Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Gorontalo Ismail Akase mengatakan, Dikes langsung membuat edaran kepada semua puskesmas, apotek dan toko obat di Kabupaten Gorontalo untuk tidak memperjual belikan obat sirop anak sebagaimana edaran kementerian kesehatan. (Wie)













Discussion about this post