Gorontalopost.id – Bupati Gorontalo Nelson Pomalingo sedang diterpa ‘badai politik’. Rencana pemberian gelar adat terhadap dirinya dibatalkan. Di saat yang bersamaan, DPRD Kabupaten Gorontalo mulai menerima desakan pembentukan Pansus yang bisa mengarah pada pemakzulan Bupati. Setelah DPRD menerima aspirasi wanita bercadar yang sempat heboh belum lama ini.
Ditengah situasi itu, salah satu tokoh politik yang juga anggota Deprov Gorontalo, Adhan Dambea, memberikan dukungan terhadap Nelson Pomalingo. Dukungan itu ia sampaikan saat menemui Nelson di rumah dinas Bupati, kemarin (15/9).
Kepada wartawan usai pertemuan, Adhan mengomentari keputusan lembaga adat membatalkan pemberian gelar adat terhadap Nelson.
“Saya sangat menghargai sikap lembaga adat, dalam hal menyikapi keberadaan pejabat. Tetapi saya berharap lembaga adat juga arus objektif, jangan pilih kasih,” ujar Adhan.
Menurutnya, keterlibatan lembaga adat terhadap masalah pribadi sang mantan Rektor UNG itu tidak salah. Hanya saja, ia berharap lembaga adat juga melakukan hal yang sama pada pejabat-pejabat lainnya, bahkan pada mereka yang sudah memegang gelar adat pulanga.
“Jangan hanya beliau yang diresahkan lembaga adat, banyak juga pejabat yang bahkan berulah lebih, bahkan sudah wara-wiri di media sosial namun tak digubris lembaga adat. Ada pejabat lebih sadis lagi, di facebook lagi. Jangan menunggu laporan, apalagi sudah di Pulanga yaa di undang yang bersangkutan,” lanjut Adhan.
Sebab menurut Adhan jika sang pejabat sudah memiliki gelar Pulanga, harusnya pengawasannya jauh lebih ketat lagi. Sebab gelar adat bukanlah gelar sembarangan.
“Betapa sakralnya Pulanga. Tapi sekarang Pulanga sudah jadi ajang yang dicari-cari. Jadi saya berharap ada rumusannya untuk mendapat gelar Pulanga ini. Intinya lembaga adat sangat saya hormati, tapi objektiflah dalam menilai para tokoh yang ada di Gorontalo,” tuturnya.
Adhan juga berharap lembaga adat tidak ditunggangi kepentingan politik apa pun. Karena disinyalir kasus yang menyeret Nelson, merupakan cara untuk menghentikan langkah politik Nelson di masa depan. Sebab santer terdengar sosok Bupati Gorontalo ini menjadi salah satu kans terkuat untuk posisi Gubernur Gorontalo nanti.
“Jangan sampai tokoh adat sudah masuk di ranah politik, saya rasa tidak boleh itu, tidak bisa terkontaminasi dengan politik. Agar tokoh adat dihormati. Tapi kalau tokoh adat sudah berpolitik sudah tidak dihargai lagi, tokoh adat harus netral dan murni,” tutup Adhan.
Pada kesempatan itu, Adhan juga ikut menanggapi desakan pembentukan Pansus di DPRD Kabupaten Gorontalo.
Adhan menyayangkan sikap politisi yang menghantam persoalan pribadi. Baginya itu adalah sikap politisi bencong. “Kalau politisi itu bertarung yang sehat bukan mencari kesalahan,” ungkapnya.
Adhan yang juga Ketua ORARI Gorontalo mengatakan dia terpanggil untuk membadani Nelson karena Nelson merupakan anggotanya di ORARI. Nelson merupakan Ketua ORARI Kabupaten Gorontalo.
“Karena yang saya lihat ketua ORARI lokal saya dihantam kiri kanan, tentunya sebagai Ketua ORDA saya punya tanggung jawab moral, masa ketua ORKA saya dibiarkan dihantam seperti itu,” ungkapnya.
“Sebagai ketua ORDA saya memberi masukan termasuk memberi tahu langkah-langkah dalam menghadapi hantaman dari politisi seperti ini,” jelas Adhan.
Adhan mengingatkan para politisi yang akan mengkritisi pribadi orang, sebaiknya melakukan introspeksi. Harus koreksi diri sendiri. Kalau ingin mengkritisi, kritiklah kebijakan bukan masalah pribadi.
“Seperti saya, saya dipidana karena memfitnah karena tak lengkap data, maka dipenjara satu bulan, sehingga jika mengkritisi harus punya data yang kuat,” jelas Adhan.
AD juga menambahkan, terkait desakan pembentukan pansus kepada DPRD menurutnya itu sah-sah saja. Tetapi pembentukan Pansus harus didasarkan pada mekanisme. Kalau terkait kebijakan Bupati, dimungkinkan membentuk Pansus. Tapi hanya karena masalah pribadi lalu membentuk Pansus, tindakan itu memalukan. “Aleg tidak menguasai aturan kalau begitu modelnya, kalau masalah pribadi dipansuskan itu memalukan. Saran saya anggota dewan banyak belajar. Jangan main-main gunakan lembaga untuk menghantam orang,” tegas mantan Ketua DPRD Kota Gorontalo ini.
Mendapat dukungan dari sosok Adhan Dambea, Nelson Pomalingo menyatakan hal itu akan menjadi penyemangat baginya.
“Saya apresiasi sekaligus terharu pada senior saya, senior saya di politik dan kemudian di ORARI beliau ketua saya di provinsi. Beliau datang nostalgia juga, sekaligus memberi semangat pada saya. Dan disitulah saya terharu, karena kadang kala banyak orang yang mencibir, banyak yang melihat sebelah mata bahkan menghajar yang kadang kala tidak lagi masuk akal. Beliau datang secara objektif, memberikan semangat pada saya, memberikan harapan pada saya. Apalagi beliau melihat Kabupaten Gorontalo saat ini berjalan dengan baik,” ujar Nelson.
Lebih lanjut Nelson menyatakan apa yang disampaikan Adhan menjadi pelajaran bagi semua pihak, terutama dirinya.
“Apa yang di sampaikan beliau tadi, saya kira menjadi nasehat bagi pada politisi, pada saya dan lembaga adat,” pungkas Nelson. (nat/wie)













Discussion about this post