Gorontalopost.id – Aksi mahasiswa Gorontalo menolak keputusan Presiden Joko Widodo menaikan harga bahan bakar minyak (BBM) tidak surut. Mereka terus melakukan demo, dan meminta agar kebijakan Presiden yang dinilai tidak pro rakyat itu dibatalkan. Selasa (6/9) kemarin, aksi yang berlangsung di bundaran saronde, Kota Gorontalo, berakhir ricuh. Sejumlah mahasiswa luka-luka karena bentrok dengan aparat kepolisian, sebagian diantaranya juga diseret, ditarik di baju dan di rambut, kemudian diamankan petugas.
Awalnya aksi menyampaikan orasi secara damai, aksi gabungan mahasiswa yang menamakan diri Aliansi Merah Putih (AMP) itu secara bergantian menyampaikan orasi, aksi juga diwarnai dengan bakar ban bekas, padahal hanya berjarak beberapa meter dari SPBU. Namun, susana tak terkendali ketika mahasiswa terlihat ingin menguasai dan menduduki stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) yang ada di kawasan bundaran Saronde. Mereka ingin membagi-bagikan BBM secara gratis dari SPBU itu. Aksi tersebut kemudian dihadang petugas yang sudah bersiaga, sehinggan aksi saling dorong pun tak bisa dihindari. Sejumlah mahasiswa yang hendak diamankan petugas karena memaksa masuk ke area SPBU, berupaya membebaskan diri, petugas pun berupaya agar mahasiswa yang diamankan tidak berontak. Hasilnya, sejumlah mahasiswa dikabarkan mengalami luka-luka.
“Sebenarnya dari kami tidak ada intruksi bentrok, akan tetapi ketika kami maju satu langkah (ke arah SPBU), polisi telah melakukan tindakan represif kepada salah satu masa aksim sehingga terjadi perkelahian atau terjadi keadaan yang tidak terduga,”ujar Zulkifli, salah satu massa aksi.
Sementara itu, ketua wilayah Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi (LMND) Gorontalo, Arisaputra Datangale, mengatakan, massa aksi yang diamankan Polisi saat itu berjumlah 10 orang. Salah satu adalah dirinya, yang juga jenderal lapangan massa aksi. “Satunya Jack, sebagai moderator Aksi yang berasal dari organisasi ekstra HMI,”katanya. Beruntung kata dia, atas permintaan massa aksi, seluruh mahasiswa yang diamankan Polisi itu, kemudian dibebaskan. “Tidak ada hukuman yang diberikan kepada 10 orang tersebut,”katanya.
Sementara itu, kelompok mahasiswa dari Aliansi Mahasiswa dan Rakyat Gorontalo Menggugat, juga melakukan aksi di rumah dinas Gubernur Gorontalo, Selasa (6/9). Kendati diguyur hujan lebat, ratusan masa aksi yang juga gabungan mahasiswa itu, tak kendor. Mereka menuntut bisa bertemu Pj Gubernur Hamka Hendra Noer, agar bisa meneruskan tuntutan mereka ke Presiden Joko Widodo di Jakarta, untuk segera membatalkan keputusan menaikkan harga BBM. Selain terkait BBM, massa aksi juga mendesak pemerintah membatalkan proyek Ibukota Negara (IKN) di Kalimantan Timur, menuntut kenaikan gaji honorer sepuluh persen, mengusut tuntas mafia minyak, transparan terhadap penggunaan BBM Subsidi dan kuota BBM subsidi, menjamin kestablian bahan pokok. Mereka juga menyiapkan petisi yang harus ditandatangani Pj Gubernur dan Forkopimda, dengan pernyataan yang sama, menolak keputusan Presiden Joko Widodo dalam menaikan harga BBM.
“Petisi yang kami bawa harus sampai di Jakarta terkhususnya sampai pada Presiden Jokowi,”ujar jenderal lapangan (Jenlap) aksi, Madya Failisa. Aksi mahasiswa di rudis Gubernur, berlangsung lancar, mereka terlihat diterima asisten Pemprov Sutan Rusdi, dan dibiarkan masuk ke halaman rumah dinas gubernur.
Mahasiswa Dipulangkan,
Kapolres Janji Bertanggungjawab
Sementara itu, sejumlah mahasiswa yang diamankan karena telibat bentrok saat ujuk rasa di bundaran tugu Saronde, Kota Gorontalo, Selasa (6/9) dipastikan tidak ditahan oleh aparat kepolisian. Mereka semuanya dipulangkan, bahkan beberapa yang mengalami luka juga ditangani.
Kapolres Gorontalo Kota, AKBP Ardi Rahananto,S.E,S.I.K,M.Si yang turun langsung melakukan pengamanan unjuk rasa menolak kenaikan BBM itu, berupaya untuk meredam kericuhan. Alumnus Akpol 2003 tersebut, bahkan naik langsung di mobil masa aksi, untuk menyampaikan perintah melalui pengerah suara, agar antara massa aksi dan aparat dapat menahan diri menghindari bentrok. Ia juga memerintahkan aparat kepolisian untuk mundur, dan para mahasiswa yang sempat diamankan untuk dikembalikan lagi. “Saya minta semuanya tenang. Apabila aksi berjalan dengan baik, lancar dan damai, tentunya kami persilahkan untuk dilanjutkan,” ujarnya.
Mantan Kapolres Morowali ini mengatakan, dirinya akan bertanggungjawab apabila ada personelnya yang melaksanakan tugas tidak sesuai dengan SOP yang ada. Tak hanya itu saja, bagi mahasiswa yang mengalami luka-luka, juga akan ditangani. “Tolong di data dan di mana rumah sakitnya, nanti akan saya biayai. Silahkan datang saja ke rumah sakit. Untuk perlengkapan yang rusak, silahkan di data pula. Nanti datanya tolong dikasihkan kepada saya, nanti saya akan bertanggungjawab untuk menggantinya,” ungkapnya.
Dalam kesempatan itu pula, setelah situasi terkendali, orang nomor satu di Polres Gorontalo Kota tersebut duduk lesehan sambil berdialog dengan para mahasiswa. (tr-77/tr-78/kif)











Discussion about this post