Gorontalopost.id – Sebagai lembaga perwakilan rakyat, kantor Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Pohuwato, memang kerap menjadi sasaran aksi demonstran untuk menyampaikan aspirasi, tak jarang, kantor beserta para anggota DPRD jadi sasaran amukan massa. Di DPRD Kabupaten Pohuwato, aksi tersebut justru dilakukan salah satu Anggota legislatif (Aleg) dari Fraksi Gerindra, Suryaharto Polumulo, mengamuk saat puluhan masyarakat Desa Buntulia Barat menggelar aksi demonstrasi, Jumat (11/8) kemarin. Tak hanya mengancam akan membakar kantor DPRD, Aya Ato (sapaan akrab) juga sempat bersitegang dengan Ketua DPRD, Nasir Giasi.
Dari pantuan dilapangan, insiden itu bermula saat sejumlah perwakilan masyarakat desa Buntulia Barat yang mengatasnamakan AMPERA (Amanat Penderitaan Rakyat) mendatangi kantor DPRD untuk menyampaikan delapan poin tuntutan terkait dugaan kasus korupsi yang dilakukan Mantan Kepala Desa Buntulia Barat, Tutam Polumuduyo, yang juga sebagai Cakades terpilih pada Pilkades serentak, Kamis (10/8) kemarin.
Awalnya, aksi berlangsung biasa-biasa saja sampai saat Ketua DPRD dan Anggota lainnya selesai mendengarkan aspirasi masyarakat. Saat akan masuk kembali kedalam gedung DPRD, dengan tiba-tiba Aleg dari Fraksi Gerindra, Suryaharto Polumulo, mengamuk dan berteriak keras lantaran kesal masalah korupsi di Desa Buntulia Barat diduga ada intervensi Ketua DPRD sehingga lamban proses penanganannya. Saat ingin ditenangkan, Suryaharto justru menepis tangan Ketua DPRD, Nasir Giasi, bahkan meneriaki Pimpinannya itu.
Insiden itu pun kian mengundang perhatian banyak orang yang menunggu sidang Paripurna dimulai. Tak sampai disitu, Aya Ato yang sudah naik pitam juga mengancam akan membakar kantor DPRD. Insiden pun berangsur reda ketika salah satu Juru Bicara Bupati, mencoba melerai dan menenangkan Suryaharto. Tak puas, Aya Ato pun mengikuti para demonstran berorasi di depan kantor Inspektorat Daerah.
Saat diwawancarai Suryaharto Polumulo, menjelaskan, dirinya kesal kepada Ketua DPRD, lantaran dirinya mendapatkan informasi bahwa lambannya penanganan kasus korupsi Desa Buntulia Barat karena ada intervensi Ketua DPRD kepada inspektorat daerah.
“Yang saya tuntut sama dia (Ketua DPRD,red) sampai saya marah, bahwa terinformasi dia itu semacam menyabotase atau Menghalang-halangi laporan hasil audit kasus di Desa Buntulia Barat. Ada bisik-bisikan dia (Ketua DPRD) dengan Inspektorat. Sebetulnya kasus ini sudah di Kejaksaan, tetapi laporan hasil audit itu tidak mau diserahkan oleh Itda karena ada tekanan dari sini (DPRD),” ujarnya kepada Gorontalo Post.
Dugaan itu, kata Aleg dapil Marisa grup ini dikarenakan Mantan Kepala Desa yang bermasalah tersebut memiliki hubungan kekeluargaan dengan Ketua DPRD.
“Hubungan istrinya mantan kades ini ada ikatan keluarga dengan Ketua DPRD. Itu memicu kemarahan saya. Saya juga tadi tidak ada namanya mengancam bakar kantor yang saya sampaikan akan saya bongkar,” ungkap Aya Ato.
Saat dikonfirmasi, Ketua DPRD Kabupaten Pohuwato, Nasir Giasi belum bisa dihubungi. (ryn)












Discussion about this post