Gorontalopost.id – Warga Kecamatan Pinogu, Kabupaten Bone Bolango, benar-benar terisolir. Mereka tak saja merindukan akses jalan yang mulus seperti seluruh wilayah di Gorontalo, namun juga yang mendesak adalah kebutuhan listrik. Wilayah ini sama sekali tak terjamah jaringan listrik PLN. Kendati PLN perusahaan milik negara, namun enggan memberi layanan kepada warga Pinogu melalui sambungan jaringan listrik.
Selama ini, masyarakat setempat mengandalkan sambungan listrik dari pembangkit listrik tenaga surya (PLTS), yang dibangun sejak beberapa tahun lalu. Tapi, sekira dua tahun terakhir, PLTS tidak bisa lagi digunakan. Akumulator atau Accu (baca : Aki) yang berfungsi menyimpan daya listrik rusak. Tidak ada perbaikan hingga saat ini.
Informasi yang diperoleh Gorontalo Post, untuk menunjang operasional PLTS terdapat 440 buah aki. Namun kurang lebih 250 diantaranya rusak. Memang masih bisa digunakan sebab masih ada sebagian yang berfungsi, tapi oleh teknisi tak bisa dipaksakan, sebab beresiko merusak aki yang lainya. Akibatnya, masyarakat kembali gelap gulita.
Memang ada pembangkit listrik tenaga disel, tapi itu hanya ada di satu desa, pun hanya menyala 18.00-23.00 malam. Bahan bakar disel, merupakan hasil patungan warga yang rumahnya terpasang listrik. Desa lainya, menggunakan lampu botol untuk penerangan malam hari. Lampu botol menggunakan minyak tanah, yang kini selain sulit didapat, harganya minyak tanah juga mencekik.
Wirono Thalib yang bekerja sebagai teknisi PLTS terpusat mewakili masyarakat Pinogu mengatakan, kebutuhan masyarakat Kecamatan Pinogu saat ini hanya ada dua, yakni jalan dan listrik. Jika diminta memilih yang paling urgen, masyarakat pasti memilih listrik yang didahululan. “Alasannya cukup sederhana, karena listrik adalah kebutuhan semua masyarakat. Sedangakan jalan, mayarakat masih bisa memperbaikinya meskipun secara manual” ujarnya.
Dengan ketiadakaan layanan listrik, masyarakat begitu kesulitan, terutama saat aktivitas malam hari. Mulai dari pelaksanaan ibadah salat, anak-anak belajar, kegiatan keagamaan di malam hari seperti tadarus Al-Qur’an, orang sakit, orang yang melahirkan, kedukaan, maupun hajatan warga lainya. Tentu hal tersebut sangat menyulitkan masyarakat. “Masyarakat menggunakan lampu botol atau lampu minyak tanah, sementara minyak tanah sulit didapat di Pinogu, belum lagi dengan naiknya harga minyak tanah,” keluhnya.
Wirono berharap, Bupati Bone Bolango, Hamim Pou tidak tutup mata, pun begitu dengan Gubernur Gorontalo. Ia mengatakan, Pinogu masih wilayah Gorontalo yang butuh perhatian serius, terutama dalam pemenuhan fasilitas umum, seperti listrik dan jalan.
Sepengetahuan dia, kebutuhan anggaran untuk PLTS di Kecamatan Pinogu yakni kurang lebih Rp 2,5 Miliar. Itu nantinya akan dipergunakan untuk membeli berbagai kebutuhan. Diantaranya, pengadaan batu batrey (Aki) kurang lebih 240 unit, dan penunjang lainya.
“Kami sudah berulang-ulang kali menyampaikan, baik secara tertulis maupun secara lisan. Namun sampai saat ini belum ada perhatian dari pemerintah. Kami tidak tahu entah dengan cara apa lagi kami menyuarakan hal ini kepada pemerintah. Kami berharap pemerintah daerah, pemerintah provinsi, dan pemerintah pusat agar tidak menutup mata dengan kondisi kami. Kami harapkan, agar hal ini bisa diperjuangkan,”harap Wirono saat diwawancarai Gorontalo Post.
Kabarnya, kondisi PLTS Pinogu sempat dibahas di DPRD Provinsi, salah satu poinya adalah pengadaan aki PLTS. Tapi usulan ini dibatalkan, karena dikabarkan pada Maret 2022 akan ada jaringan listirik yang akan di pasang PLN di wilayah itu. Hingga akhir Juni, tak ada tanda-tanda PLN akan memasang jaringan listrik di Pinogu. (Mg-16)











Discussion about this post