Gorontalopost.id — Nyawa Kepala Desa Motinelo, Kecamatan Tabongo, Adam A Mutalib (46) nyaris melayang, Selasa (28/6). Sebuah tusukan parang mendarat dibekangnya, ia juga terluka di bagian lengan karena berusa menangkis. Diduga pelakunya adalah Padeni Nani (62) warganya sendiri.
Informasi yang diperoleh Gorontalo Post, menyebutkan, peristiwa berdarah ini terjadi di kawasan perkebunan di desa mereka. Versi Kades Adam Mutalib, yang langsung melaporkan peristiwa itu ke polisi, menyebutkan, ia yang berada di kebun miliknya bertemu Padeni Nani, terjadi perbincangan, dimana Padeni meminta Kades Adam agar bisa merehabilitasi saluran di lahan tersebut, karena sudah roboh akibat longsor. Tapi Kades Adam menyebut tak ada anggaran untuk itu. “Karena memang tidak ada anggaran,”kata dia.
Kades Adam kemudian menegus Padeni agar tidak membuang sampah dari kebunnya ke lahan milik dia. “(Sampah) selalu dia buang pa saya punya kebun,” ungkap Adam. Tapi penyampaian Kades Adam itu tak digubris, menurutnya Padeni justeru merubah topik pembicaraan ke batas tanah antara mereka, yang menurut Padeni batas tanah Adam sudah masuk ke lahanya.
“Saya tidak ingin berpolemik, maka saya mengundang pemilik tanah sebelumnya, dan setelah sampai ke lokasi, ternyata dia (Padeni,red) langsung adu mulut dengan pemilik tanah sebelumnya dan saya tinggalkan mereka berdua di kebun. Pada saat itu, saya hendak membuang sampah, tetapi tak disangka terlapor justru mengejar saya dari belakang dan langsung menusuk saya dengan peda (baca : parang), yang mengenai bagian samping badan saya,”ujar Kades Adam.
Pada saat itu, kata dia, ia sempa menangkisnya dengan tangan yang mengakibatkan luka di dua jari, yakni jari manis dan tengah. “Tetapi karena sudah merasa nyeri, saya lepas parang tersebut dan saya berusaha membela diri dengan melemparnya dengan batu yang terkena dibagian dagu. Setelah itu saya berusaha lari, tetapi dia langsung menusuk bagian belakang badan saya,” ungkap Adam.
Sementara itu, versi berbeda yang disampaikan Padeni Nani. Dirinya mengaku ingin bermusyawarah untuk membahas batas lahan antara kedua belah pihak, yang memang batasnya sudah tergerus karena air.
“Watiya ti bomo hile musyawarah, bo tiyo ta lobale loyingo mabolo bisa-bisala wolo u musyawaralo, hambela watiya he tohu panggola liyo, waw he tolo biyonga lio (Saya hanya ingin musyawarah tapi dia (Ayahanda,red) yang sudah marah-marah mempertanyakan apa lagi yang akan dimusyawarahkan, saya pun dikata-katai sudah tua dan gila,” ungkap Padeni. Ia mengaku tidak ada maksud untuk menikam pelapor, bahkan dirinya dalam kondisi sedang menunduk membersihkan rumput tetapi langsung dipukul dari belakang, tetapi bisa ditangkis.
“Tantu maksud liyo mobubohu to lunggongo bo dila letuhata, watiya lolambe bo wamilo latiya langsung pilohuna latiya bo ilotangkisia liyo lo ulu waw ulu liyo pilutari latiya. (Mungkin maksudnya kayu itu akan dipukul ke kepala saya, tapi saya bisa cegah dan reflek parang yang saya gunakan untuk membersihkan rumput, saya layangkan ke bagian samping tubuhnya, namun ditangkis menggunakan tangganya,” ungkap Padeni.
Sementara itu, Kapolres Gorontalo, AKBP Ahmad Pardomuan,S.I.K,M.H melalui Kasat Reskrim, IPTU Agung Gumara Samosir, mengakui jika pelaku sudah diamankan bersama barang bukti dan akan dipanggil saksi-saksi terlebih dahulu.
“Karena pelaku dan barang bukti sudah diamankan, mungkin sebentar kasus ini akan naik ke penyidikan dan akan mengundang saksi-saksi terlebih dahulu. (Wie)












Discussion about this post