Gorontalopost.id – Infrastruktur merupakan sarana terpenting dalam kemajuan satu desa. Sayangnya bagi warga Pinogu, selain akses jalan yang masih rusak parah dan berlumpur. Juga akses jembatan di wilayah itu terhitung masih minim. Kondisi ini memaksa warga Pinogu berinisiatif membangun jembatan darurat terbuat dari kayu yang diambil dari hutan.
Ainun Mokodompit – PINOGU
Bermodalkan batang kayu berdiameter besar yang ditebang dari hutan yang sudah dibelah menjadi beberapa bagian menggunakan mesin sensor (pemotong kayu). Puluhan warga baik dari usia muda hingga usia tua bergotong royong membuat jembatan tersebut. Bahkan, tak tanggung-tanggung warga juga harus merogok kocek pribadi untuk patungan.
Uang patungan yang terkumpul hingga Rp 6 Juta itu digunakan untuk membiayai kebutuhan material lain seperti semen, paku bahan makanan serta minuman untuk para pekerja serta biaya-biaya lain. Jembatan ini sengaja dibangun mengingat jalan akses menuju kecamatan pinogu melewati dua anak sungai yang setiap musim hujan selalu meluap. Hal ini praktis menyebabkan semua pengguna jalan yang melintas terpaksa berhenti dan bermalam di seberang jalan dalam keadaan basah.
Belum lagi warga harus menunggu lima sampai enam jam air surut baru bisa dilewati karena air sungai tidak bisa dilewati baik oleh pengguna kendaraan roda dua maupun pejalan kaki. Hal ini sudah berlangsung selama bertahun-tahun namun tidak beroleh perhatian dari pemerintah Desa, dan Kecamatan.
Hidayat Maini Warga Pinogu saat diwawancarai wartawan koran ini mengungkapkan, pada 2021 lalu pihaknya selaku warga Kecamatan Pinogu sempat mengusulkan pembangunan jembatan itu lewat Musrenbang tingkat Desa dan Kecamatan. Bertepatan saat itu Kecamataan Pinogu memperoleh dana PISEW (Program Infrastruktur Ekonomi Wilayah) senilai Rp 600 Juta. Namun, disayangkan Hidayat, usulan warga tersebut tidak terakomodir dengan alasan yang tidak masuk akal. Padahal usulan ini sudah sangat mendesak dan merupakan skala prioritas.
Pekerjaan jembatan ini dimulai Sabtu (21/5) yang diawali dengan persiapan pengadaan bahan baku berupa kayu besi atau biasa disebut Noto’o. Tentunya tetap melakukan koordinasi dengan petugas taman nasional, mengingat kecamatan pinogu masuk pada wilayah include taman Nasional. Pembuatan jembatan ini merupakan inisiatif murni masyarakat terutama ojek pinogu dan tidak ada campur tangan pemerintah. Pasalnya, hal ini sudah berulang kali disampaikan melalui usulan namun tidak mendapat respon positif.
“Hari pertama pengerjaan jembatan kami awali dengan pengangkutan atau mobilisasi bahan dan material, kami melaksanakan kerja bhakti. Alhamdulilah berasil mengajak masyarakat serta ojek pinogu sekitar 70 orang. Bahkan, Sekcam Pinogu Ayis Paalangi S.Kom dan Bhabinkamtibmas serta tiga kepala desa ikut ambil bagian pada pelaksanaan kerja bhakti tersebut.
Dengan penuh semangat dari masayarakat pinogu, jembatan ini selesai pengerjaannya dalam waktu singkat yaitu enam hari. Hidayat yang mewakili masyarakat Kecamatan Pinogu berharap kepada pemerintah Desa dan Kecamatan kedepanya agar lebih mengedepankan sisi manfaat bagi kepentingan masyarakat ketimbang keuntungan pribadi dalam menentukan arah kebijakan penggunaan dana.
“Pemerintah setempat harus mampu melihat mana kebutuhan yang lebih mendesak dan menjadi skala prioritas untuk segera didanai, agar tujuan pemerintah pusat dan daerah dalam mengurangi kesenjangan sosial serta meningkatkan kesejahteraan dan mengurangi angka kemiskinan dapat tercapai,”tutup Hidayat. (*)










Discussion about this post