Gorontalopost.id – Marni, salah seorang pedagang gorengan di Kota Gorontalo, terpaksa harus menaikan harga jual untuk menutupi ongkos produksinya. Awalnya, gorengan seperti tahu isi, pisang goreng, dan bakwan, dijual dengan harga Rp 1000 per biji, bulan lalu naik lagi menjadi Rp 5000 per empat biji, kini harus dijual dengan Rp 5000 per tiga biji gorengan.
“Kalau tidak rugi pak, harnya minyak ini mahal, belum lagi harga tahu dan bahan-bahan yang lain,”kata Marni. Pantauan Gorontalo Post, harga minyak goreng di lapak-lapak pedagang memang mencekik. Untuk kemasan premium ukuran seliter dijual dengan harga Rp 29 ribu.
Sedangkan di minimarket, stok minyak goreng kosong. Data dari pusat informasi harga pangan strategis nasional (PIHPSN), per 25 Mei 2022, harga minyak goreng di Gorontalo terpantau masih mahal secara nasional, rata-rata mencapai Rp 30.200 per kg. Paling mahal terdapat di pasar Liluwo dengan harga Rp 31.000 per kg, dan paling murah di Pasar Tua Biawu, Rp 29.200 per kg.
Kendati harga minyak masih mahal, pemerintah memastikan mencabut subsidi minyak goreng, khusus minyak goreng curah. Kebijakan itu berlaku mulai 31 mei mendatang.
Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Putu Juli Ardika, menyampaikan, keputusan tersebut diambil setelah dua aturan baru terkait dengan tindak lanjut pembukaan ekspor migor dan bahan baku turunannya diterbitkan.
Aturan yang dimaksud adalah Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 30 Tahun 2022 tentang Ketentuan Ekspor Crude Palm Oil (CPO), Refined, Bleached, and Deodorized (RBD) Palm Oil, RBD Palm Olein, dan Used Cooking Oil (UCO) yang terbit pada 23 Mei 2022.
Aturan kedua, Permendag Nomor 33 Tahun 2022 tentang Tata Kelola Minyak Goreng Curah pada Kebijakan Sistem Domestic Market Obligation (DMO) dan Domestic Price Obligation (DPO) yang akan terbit.
“Menunggu (aturan, Red) ditandatangani menteri perindustrian untuk perubahan ketiga mengenai determinasi program penyediaan minyak goreng curah dalam kerangka pendanaan BPDPKS (Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit) atau migor bersubsidi,” ujar Putu Selasa (24/5).
Pemerintah menerapkan program subsidi sejak Maret. Tujuannya, harga migor curah sesuai dengan harga eceran tertinggi (HET) Rp 14 ribu per liter atau Rp 15.500 per kilogram (kg). Putu mengklaim program itu berhasil menekan harga minyak goreng di lapangan. Produsen diwajibkan menyetorkan migor ke pasar dan dikonsumsi masyarakat. Kendati kenyataanya harga minyak goreng tetap mahal.
“Ini penugasan wajib bagi produsen untuk berpartisipasi di dalamnya. Sampai 31 Mei ini, program berbasis subsidi dihentikan,” tegasnya. Setelah tanggal tersebut, lanjut dia, kebijakan migor dikembalikan ke Kementerian Perdagangan.
Keyakinan akan penurunan harga minyak goreng curah juga diamini oleh Presiden Joko Widodo. Menurutnya, harga minyak goreng akan segera kembali normal karena pemerintah saat ini sudah menemukan titik terang penyebab sekaligus solusi atas mahalnya harga minyak goreng.
Dia meyakini bahwa harga minyak goreng untuk kemasan curah akan turun hingga Rp14.000 per liter dalam kurun waktu paling cepat satu minggu ke depan dan paling lama akan turun di harga tersebut dalam kurun dua pekan ke depan.
“Ini kuncinya sudah ketemu, dalam seminggu, dua minggu, insyaallah yang namanya minyak goreng curah akan berada di harga Rp14.000 per liter,” ujarnya. Mantan Gubernur DKI Jakarta ini pun menegaskan akan terus melakukan pemantauan terhadap perkembangan ketersediaan dan harga minyak goreng di Tanah Air.
“Kemudian, baru saya cek di Pasar Muntilan (Magelang), saya mampir di Pasar Muntilan tadi, cek harga berapa per liter Rp 14.500. Besok saya mau cek di pasar-pasar yang lain, mungkin dalam waktu seminggu dua minggu saya kira semua pasar sudah harganya seperti itu,”tandasnya. (tro/jp)












Discussion about this post