Gorontalopost.id – Dulu, berjualan jagung manis bisa menjadi salah satu mata pencaharian utama masyarakat di Kabupaten Bone Bolango, terutama di Kecamatan Tilongkabila. Namun seiring berjalannya waktu, pendapatan dari jualan jagung manis pun mulai menurun.
Diyanti T Niyode – Bone Bolango
HAMPIR 10 tahun Ibrahim Hasan menjadi seorang pedagang jagung manis. Namun sayang, di masa pandemi, pendapatan yang diperolehnya pun menurun. Kini pendapatan pria 72 tahun itu tak semanis dagangannya.
Warga asli Desa Moutong, Kecamatan Tilongkabila, Bone Bolango itu mengaku pendapatannya tidak begitu besar. Untuk menjajakan jualannya Ibrahim menggunakan tempat yang seadanya untuk menjajakan jagung dan beberapa buah lainnya, seperti pisang.
Untuk jagung biasanya diambil dari hasil ia bertani dan ada juga yang dibeli dari petani jagung lainnya. “Untuk jagungnya saya ambil dari kebun sendiri dan ada juga yang saya beli dari petani. Itu biasa saya beli 8 jagung Rp10 ribu dan saya jual 6 jagung Rp10 ribu,” kata Ibrahim ketika diwawancarai, Jumat (20/5).
Untuk harga jagung menurutnya, tergantung dari stok jagung dari petani. Jika sedikit hasil panen jagung, maka harga jagung pun akan naik, yakni dari harga biasanya Rp10 ribu 6 buah menjadi Rp20 ribu 10 buah, bahkan Rp20 ribu 7 buah.
“Yang beli jagung itu kurang apalagi di dua tahun pandemi yang beli malah berkurang. Bukan hanya saya yang merasakan pedagang jagung lainnya pun sama. Pendapatan saya itu sehari-harinya hanya Rp25 ribu, jika banyak yang beli mungkin bisa Rp100 ribu,” tuturnya.(Mg14)












Discussion about this post