logo gorontalo post
  • METROPOLIS
  • PERISTIWA
  • EKONOMI BISNIS
  • SPORTIVO
  • KORAN DIGITAL
No Result
View All Result
Logo gorontalo post
  • METROPOLIS
  • PERISTIWA
  • EKONOMI BISNIS
  • SPORTIVO
  • KORAN DIGITAL
No Result
View All Result
logo gorontalo post
No Result
View All Result
Pemkot Gorontalo
Home Persepsi

Tumbilotohe, Alikusu dan Tradisi Sejuta Makna

Jitro Paputungan by Jitro Paputungan
Thursday, 28 April 2022
in Persepsi
0
Guru, Insan Cendekia  dan Panggilan Pengabdian

Fory A Naway

Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan ke Whatsapp

Oleh  :
Fory Armin Naway

Puasa tinggal menghitung hari, bulan suci yang penuh rahmat, maghfirah dan pengampunan itu akan segera meninggalkan ummat Islam. Meski demikian, bulan yang senantiasa dirindukan oleh yang beriman itu tidak akan pergi selamanya, dia akan tetap kembali, yakni akan kembali menjumpai ummat Islam dalam 11 bulan ke depan. Yang justru menjadi pertanyaan adalah, apakah kita masih dipertemukan dengan puasa yang akan datang atau tidak? Hanya Allah SWT jualah yang mengetahuinya.

Terlepas dari itu, dalam konteks lokal Gorontalo, untuk melepas bulan Ramadhan atau menyambut  Hari Raya Idul Fitri terdapat tradisi “Tumbilotohe” atau malam pasang lampu yang dilakukan 3 malam berturut-turut dan satu malam padam atau “Pate-pate Ngohuyi” Tradisi Tumbilotohe ini sudah berlangsung sekitar kurang lebih 500 tahun yang lalu semenjak Agama Islam menjadi agama mayoritas penduduk Gorontalo.

Tumbilotohe pada awal mulanya menjadi salah satu inovasi-kreatifitas dan hasil olah pikir dan olah budi masyarakat Gorontalo zaman dulu, dalam merespon dan menyikapi fenomena zaman dulu yang ketika itu, jangankan memiliki lampu listriik bahkan minyak tanah pun belum terbayangkan seperti apa wujudnya.  Akibatnya, suasana jalan dan lorong-lorong kecil menuju langgar atau Mesjid, biasanya dalam keadaan gelap-gulita pada malam 27, 28,29 Ramadhan yang menyebabkan banyak warga kampung yang enggan keluar rumah untuk sholat berjamaah ataupun menyalurkan zakat fitrah (Moluhuta Pitara).

Disinilah  kecerdasan para leluhur Gorontalo zaman dulu yang mampu melahirkan inovasi untuk mendorong dan meningkatkan keimanan dan kualitas spiritual warga Gorontalo agar tidak boleh pasrah dan menyerah pada keadaan yang sepahit apapun.  Dengan pasang lampu atau Tumbilotohe yang dilakukan oleh setiap rumah di pinggir-pinggir jalan dan di pekarangan, maka para orang tua, anak muda termasuk anak-anak pada zaman dulu akan bergembira-ria untuk bersama-sama menuju Mesjid menunaikan Sholat Tarwih dan Itikaf di mesjid guna lebih mendekatkan diri pada Allah SWT. Selain itu, pada momentum ini juga kewajiban menunaikan zakat fitrah, atau zakat mall atau biasa disebut “moluhuta Pitara” berada di bawah sinar cahaya lampu yang memunculkan gairah dan semangat.

Related Post

Gorontalo, Jangan “Lari” di Tempat

Guru Pejuang di Gorontalo

Senggol-Senggolan di Pemerintahan

Subjektivitas Penilaian Hasil Capaian Kinerja ASN: Kelalaian atau Sentimen ? 

Namun jika merujuk pada aslinya, Tradisi Tumbilotohe itu bermula dilakukan atau dipasang pada pintu gerbang rumah yang dikenal dengan nama “Alikusu” yang memiliki makna simbolik sebagai  pintu gerbang atau “to bubunggalo” untuk memasuki tempat tinggal. Alikusu mengandung makna “penyambutan” dengan menerangi jalan (mongohi tinelo) yang akan dilalui oleh tamu. Itulah sebabnya rancangan konstruksi Alikusu itu diutamakan terbuat dari Bambu Emas (Talilo Hulawa) yang mengandung makna kemegahan, keutamaan, kemuliaan yang selanjutnya dirancang menyerupai kubah yang bertingkat 3 dengan 2 pilar tiang penyangga di sebelah kiri dan kanan. Adapun jumlah lampu yang harus diletakkan dalam wadah ALIKUSU tersebut berjumlah 27 buah lampu dan disusun secara bertingkat yang menunjukkan tanggal 27 Ramadhan.  1 buah lampu diletakkan di posisi paling atas yang disimbolkan sebagai Satu (ahad) atas pengakuan Ke-Esaan Allah SWT yang Maha Tinggi dan Maha Agung.

4 buah lampu kemudian diletakkan di tingkat kedua sebagai simbol penghambaan manusia kepada Allah SWT melalui Syariat, Tarekat, Hakekat dan Ma’rifat.  Selanjutnya, 9 buah lampu di tingkat ketiga, merupakan simbol kehadiran Rasulullah SAW beserta 4 sahabatnya Khulafaurasyidin dan 4 buah lampu lainnya menggambarkan keberadaan malaikat Jibril, Mikai, Izrail, dan Israfil. Sementara 13 buah lampu lainnya melambangkan 13 Rukun Shalat yang dijalankan oleh umat Islam dalam 5 kali sehari-semalam.

Dalam konstruksi Alikusu juga dihiasi Janur Kuning atau dalam Bahasa Gorontalo disebut “Lale” yang terkadang nampak meliuk-liuk atau menari-nari saat diterpa angin. Hal itu mengandung  makna sebagai keceriaan  atau kegembiraan dan suka cita dalam menyambut malam Lailatul Qadar, yakni malam yang lebih baik dari seribu bulan.  Keceriaan itu diwujudkan dengan ketenangan dan rasa syukur dan tekad untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Dalam bangunan Alikusu pada malam Pasang Lampu, juga dihiasi dengan Tebu atau “Patodu”. Kemudian Pisang, biasanya “Lambi Lo Pagata” dan dihiasi dengan “Polohungo” yang diikatkan di setiap pilar kiri dan kanan Alikusu. Kesemuanya itu mengandung nilai-nilai filosofis yang sarat makna.

“Patodu” misalnya, merupakan simbol nasehat kepada orang Gorontalo untuk berhati-hati dalam berbicara, menyaring apa yang dibicarakan jangan sampai menyakiti hati orang lain. atau menjadi manusia hendaklah seperti Tebu yang hanya “memeras” saripati yang manis dan bermanfaat saja, bukan sesuatu yang pahit didengar.

Demikian juga dengan Pisang atau yang dikenal dengan “Lambi” dalam Bahasa Gorontalo, mengandung ibrah bahwa menjadi manusia, jadilah seperti pisang yang enggan mati sebelum berbuah dan bermanfaat bagi orang lain. “buah” yang berwujud pisang itu adalah perbuatan, karya dan karsa yang bermanfaat bagi orang lain.

Demikian juga dengan “Polohungo” yang secara bahasa berasal dari kata “Polo-polo’o lo hungo” yang artinya bahwa manusia seperti asap yang harus menuju “ke atas”, bermunajat dan berserah diri serta mencari eksistensi Tuhan dalam hidupnya,  sehingga “Momungo atau hidupnya selalu “berbuah” kebaikan bagi orang lain, tidak berbuat dosa atau berbuat dzalim kepada orang lain

Dari uraian terebut di atas, maka itulah sebabnya, mengapa dalam tradisi “Pasang Lampu”,  Alikusu lebih diutamakan dan diprioritaskan untuk tetap dilestarikan. Salah satunya, karena tradisi Tumbilotohe bukan hanya sekadar memasang lampu dan menghasilkan cahaya yang berkilauan dan memancarkan cahayan keindahan, melainkan dalam tradisi ini, terdapat begitu banyak nilai-nilai yang dapat dijadikan sebagai ibrah dan pelajaran berharga bagi generasi Gorontalo. Belum lagi jika berbicara tentang Lampu “Padamala” yang terdiri dari “Tubu” atau sumbu lampu dan botol sebagai wadah, juga mengandung nilai-nilai filosofis yang sangat penting untuk dimaknai.

Itulah sebabnya, di era modernisasi seperti sekarang ini, tradisi Tumbilotohe tetap diharapkan menghadirkan nuansa keasliannya, minimal, Pemerintah Daerah menginisiasi agar di beberapa titik lokasi, tetap mempertahankan kehadiran “Alikusu” sebagai salah satu medium penting dalam tradisi Tumbilotohe. Hal itu penting, agar Tumbilotohe yang dilaksanakan setiap tahun tidak kehilangan substansinya sebagai tradisi yang memiliki “Sejuta Makna” yang patut dihayati dan dilestarikan. (*)

Penulis : Guru Besar FIP UNG dan Ketua PGRI Kab. Gorontalo

Tags: alikusufory armin nawaykabupaten gorontaloPGRITumbilotohe

Related Posts

Basri Amin

Gorontalo, Jangan “Lari” di Tempat

Monday, 1 December 2025
M. Rezki Daud

Guru Pejuang di Gorontalo

Wednesday, 26 November 2025
Rohmansyah Djafar, SH., MH

Subjektivitas Penilaian Hasil Capaian Kinerja ASN: Kelalaian atau Sentimen ? 

Monday, 24 November 2025
Basri Amin

Senggol-Senggolan di Pemerintahan

Monday, 24 November 2025
Pariwisata Gorontalo: Potensi Ekonomi, Ancaman Ekologis, dan Risiko Greenwashing Tourism

Pariwisata Gorontalo: Potensi Ekonomi, Ancaman Ekologis, dan Risiko Greenwashing Tourism

Friday, 21 November 2025
Basri Amin

Pemimpin “Perahu” di Sulawesi

Monday, 17 November 2025
Next Post
Pemilu dan Kepemimpinan Politik Indonesia

Pemilu dan Kepemimpinan Politik Indonesia

Discussion about this post

Rekomendasi

Personel Samsat saat memberikan pelayanan pengurusan pajak di Mall Gorontalo.

Pengurusan Pajak Kendaraan Bisa Dilakukan di Mall Gorontalo

Monday, 1 December 2025
Personel Satuan Lalu Lintas Polresta Gorontalo Kota mengamankan beberapa motor balap liar, Ahad (30/11). (F. Natharahman/ Gorontalo Post)

Balap Liar Resahkan Masyarakat, Satu Pengendara Kecelakaan, Polisi Amankan 10 Unit Kendaraan

Monday, 1 December 2025
Anggota DPRRI Rusli Habibie bersam Wagub Gorontalo Idah Syahidah RH. (Foto: dok pribadi/fb)

Rusli Habibie Ajak Sukseskan Gorontalo Half Marathon 2025, Beri Efek ke UMKM

Friday, 28 November 2025
ILustrasi

Dandes Dataran Hijau Diduga Diselewengkan, Dugaan Pengadaan SHS Fiktif, Kejari Segera Tetapkan Tersangka

Monday, 13 January 2025

Pos Populer

  • Rita Bambang, S.Si

    Kapus Sipatana Ancam Lapor Polisi

    13 shares
    Share 5 Tweet 3
  • Senggol-Senggolan di Pemerintahan

    13 shares
    Share 5 Tweet 3
  • Ruang Inap Full, RS Multazam Bantah Tolak Pasien BPJS

    13 shares
    Share 5 Tweet 3
  • GHM 2025, Gusnar Nonaktifkan Kadispora

    13 shares
    Share 5 Tweet 3
  • Dugaan Persetubuhan Anak Dibawah Umur, Oknum ASN Gorut Dibui

    13 shares
    Share 5 Tweet 3
Gorontalopost.co.id

Gorontalo Post adalah Media Cetak pertama dan terbesar di Gorontalo, Indonesia, yang mulai terbit perdana pada 1 Mei 2000 yang beral...

Baca Selengkapnya»

Kategori

  • Boalemo
  • Bone Bolango
  • Disway
  • Ekonomi Bisnis
  • Gorontalo Utara
  • Headline
  • Kab Gorontalo
  • Kota Gorontalo
  • Kriminal
  • Metropolis
  • Nasional
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Pendidikan
  • Persepsi
  • Pohuwato
  • Politik
  • Provinsi Gorontalo

Menu

  • Redaksi
  • Tentang Kami
  • Kontak Kami
  • Kode Etik Jurnalistik
  • Pedoman Media Siber
  • Disclaimer
  • Privacy Policy

© 2025 PT. Gorontalo Cemerlang - Gorontalo Post by Div-TI.

No Result
View All Result
  • METROPOLIS
  • PERISTIWA
  • EKONOMI BISNIS
  • SPORTIVO
  • KORAN DIGITAL

© 2025 PT. Gorontalo Cemerlang - Gorontalo Post by Div-TI.