Gorontalopost.id – Sebuah rumah semi permanen ukuran sederhana di Desa Balayo, Kecamatan Patilanggio, Kabupaten Pohuwato, menjadi tempat tinggal Meli Nento, seorang perempuan paruh baya.
Ia tinggal dengan anaknya, dan hidup seadanya. Namun dibalik rumah dengan atap daun rumbia itu tercatat prestasi yang membanggakan, mengharumkan nama Gorontalo, tak hanya diseantero negeri, namun hingga manca negara.
Di rumah berdinding papan itu, tumbuh Silvana Lamada, atlet taekwondo asal bumi panua, yang baru saja membawa pulang medali perak pada ajang Internasional 15th ASEAN Taekwondo Championship 2022 di Ho Chi Minh City, Vietnam, pada 1-3 April lalu. Capaian medali perak untuk kategori putri U-67U-67 Kg.
Pada ajang PON XX di Papua, Silvana memperkuat tim Gorontalo, ia berhasil mencatatkan namanya sebagai peraih medali perak pada ajang pesta olahraga se nusantara itu. Kini Silvana fokus pada pelatihan nasional, ia merupakan atlet taekwondo nasional.
Prestasi Silvana harusnya membuat bangga banyak pihak, terutama pemerintah daerah. Bukan hanya bangga, namun perhatian terhadap atlet-atlet berprestasi juga harusnya ditunjukkan.
Hal itu yang belum nampak, Meli bersama adik Silvana yang tinggal di rumah semi permanen dengan teras berlantai tanah itu, harus kebingungan ketika hujan tiba, sebab mereka pasti mencari lagi tempat tidur, lantaran atap rumah yang bocor.
Untuk urusan perut, Meli pun harus kerja keras dengan berjualan kue keliling hingga kerja serabutan saat musim panen tiba.
Meski dengan kondisi serba kekurangan, Meli mengaku tak mau lagi mengemis bantuan karena sudah beberapa kali memohon bantuan kepada pemerintah setempat namun tak jua mendapatkan jawaban pasti.
Bahkan, kata Meli dirinya yang sudah single parents ini nyaris tak mendapatkan bantuan apapun dari pemerintah desa.
“Kalau bukan karna covid ini pak, paling saya tidak dapat BLT. Kecuali cuma dapat BLT korona, selain dari situ saya tidak pernah dapat apa-apa. Dari desa tau kondisi saya, tapi tidak tau kenapa.
Saya ba pikir kenapa orang lain bisa sedangkan saya tidak bisa. Dengan saya pe keadaan begini saya tidak pernah di perhatikan. Kalau di pikir saya itu banyak kekurangan, lebih butuh.
Kalau bantuan rumah tidak pernah. Kadang-kadang saya itu sedih sendiri melihat keadaan saya. Alhamdulillah meskipun saya mungkin tidak dapat dari desa, mungkin saya pe rejeki ini nanti dengan ti Eva ini saya dapat, jadi sudah cukup pak, meminta, memohon untuk apa itu pak sudah cukup,” ujarnya.
“Yang saya tanggung ini kan masih 4 anak yang masih sekolah. Tapi tidak pernah dapat yang namanya PKH atau apa. Anak-anak pun itu tidak pernah dapat beasiswa ti Eva itu selama ini tidak pernah dapat beasiswa apa-apa. Jadi untuk dorang pe biaya sekolah yaa saya ambil gaji sama orang, tidak sampai 100 ribu perhari,” tambahnya.
Sempat dijanjikan oleh Pemerintah Daerah untuk di bangunkan rumah layak huni, namun hingga saat ini kata Meli bantuan itu tak kunjung datang.
“Ada santunan dari Pak Bupati Rp 35 juta kemarin. Cuma ini dari Bupati katanya di kasih rumah cuman tidak tahu, belum ada juga yang turun dari dorang (pemerintah), makanya saya ada tunggu-tunggu belum ada juga. Mungkin mereka masih sibuk atau apa,” imbuhnya lagi.
Saat dikonfirmasi, Kepala Desa Balayo, Uyan Oka, menyebutkan, pemerintah Desa sudah mengusulkan Meli Nento sebagai penerima bantuan hanya kelengkapan administrasi kependudukan Meli beserta anak-anaknya yang belum lengkap membuat keluarga Meli Nento sulit untuk mendapatkan bantuan dimaksud.
“Ada kase usulkan, cuman kan dia ini nanti ini so menetap di desa. Sebelumnya tidak menetap di desa jadi baru ada kase perbaikan depe dokumen, kartu keluarga dan sebagainya.
Kendalanya disitu. Kita di desa pun harus ada kriteria kalau mau kase bantuan begitu. Namanya juga bantuan. Untuk kondisi rumahnya sendiri itu baru tahun-tahun kemarin dibangun. Kalau kita langsung kasih bantuan nanti perkataan masyarakat lain bagaimana lagi.
Kalau bangunannya sudah lama kan tidak mungkin tidak diperhatikan pemerintah. Ada mungkin baru tiga tahunan begitu,” jelas Uyan saat dikonfirmasi, Kamis (21/4) kemarin.
Lain halnya dengan Kadis Pariwisata pemuda dan olahraga, Zulkifli Umar. Dirinya menyebutkan terkait dengan bantuan untuk atlit yang berprestasi khusus untuk dua cabang (Sepak Takraw di Popayato dan Taekwondo di Patilanggio) di awal tahun kemaren pemerintah daerah melalui dinas sudah melakukan pendataan by name by Adressnya serta kondisi tempat tinggal para atlit. Hanya saja setelah dikonfirmasi ke Dinas Perkim, ditahun ini belum ada anggaran untuk pembangunan rumah.
“Kita sudah konfirmasi ke Dinas Perkim memang tahun ini belum ada anggaran untuk itu, bila memungkinkan dianggarkan lewat perubahan maupun di APBD 2023. Sesungguhnya pak Bupati sangat respon hal ini, cuma karena tidak ada anggaran,” ungkapnya.
Selain itu kata Zulkifli. Untuk Silfana Lamanda Atlet Taekwondo pada iven PON papua kemarin sudah mendapatkan Bonus dari pemda melalui KONI sebesar 35 juta. Sementara atlit Takraw meraih medali emas ada bonus dari pemda seju.lah Rp. 65.000.000.
“Kalau bonus rumah memang belum ada dari Pemda karna belum ada anggaran. Jadi tidak benar kalo pemda belum pernah memberikan apresisasi terhadap yang bersangkutan,” pungkasnya. (ryn)












Discussion about this post