Gorontalopost.id – Hujan yang terus melanda Gorontalo menyebabkan sejumlah wilayah di daerah ini terendam banjir, termasuk perkebunan dan persawahan. Imbasnya, banyak petani yang mengalami gagal panen.
Seperti halnya yang dialami petani di Desa Huidu, Kecamatan Limboto Barat, Kabupaten Gorontalo. Ibrahim Talani (45) salah satu penggarap sekaligus pemilik sawah mengaku, bahwa hampir sebagian petani yang ada di Limboto Barat gagal panen, karena padi terendam banjir.
“Ini cuman sebagian yang bisa diselamatkan, yang dipanen kemarin, itu depe sisa yang lain so kase biar, karena so terendam banjir. Jadi yang bisa dipanen cuman sebagian,” ujar Ibrahim, Kamis (24/3).
Sawah milik Ibrahim yang digarapnya sendiri sebesar 1 hektar, terbagi atas 4 petak yang masing-masing petak ukurannya sekitar 2.000 m persegi. Lahan tersebut ditanami beberapa jenis padi, seperti Mengkongga, Ketan, Ciheran, Inpari, dan lainnya.
Untuk perolehan bibit, Ibrahim mengambil dari hasil panen yang sudah dipilih dari kualitas padi terbaik. Untuk biaya produksi lahan sawah, Ibrahim mengatakan bahwa biaya membajak sawah sekitar Rp400 ribu per petak, untuk pestisida sekitar Rp1 juta dari perawatan pertama, sedangkan untuk biaya gilingan Ia tidak mengeluarkan sepeser pun, karena sudah dipercayakan oleh saudaranya untuk digunakan.
Hasil panen sawah miliknya tahun ini menurun akibat terdampak banjir. Sebelumnya, panen tahun lalu menghasilkan 60 karung padi, setelah dikeringkan dan digiling menghasilkan 48 karung beras. Dari 48 karung beras menghasilkan keuntungan Rp24 juta sekali panen.
Sedangkan panen tahun ini, padi yang dihasilkan 40 karung, yang hanya menghasilkan 32 karung beras dan keuntungan Rp13 juta 440 ribu. Jadi panen kali ini, Ibrahim kehilangan pendapatan sebesar Rp10 juta 560 ribu.
“Kalau tahun lalu penghasilan lebih baik, karena mencapai 60 karung padi, sedangkan tahun ini cuman 40 karung padi, karena so banyak terendam banjir, jadi yang lain itu so kaseh biar karena so rusak,” ujar Ibrahim Talani.
Padi yang berhasil dipanen pun kualitasnya rendah, akibat sempat terendam banjir. Beras yang dihasilkan berwarna kemerahan, sehingga hal tersebut mempengaruhi harga jual petani ke pelanggan dan juga pasar.
Menurut Amir pemilik gilingan padi di Desa Huntu Selatan, Kecamatan Bulango Selatan, Kabupaten Bone Bolango, penjualan hasil panen menurun, yang biasanya satu koli dijual dengan harga Rp500 ribu, tetapi hasil panen kali ini dijual dengan harga Rp 400-300 ribu per koli.
“Kualitas beras ini so turun, seitu harga jual juga rendah, karena beras yang dari hasil panen sekarang ini kan sempat terendam banjir, makanya beras yang dihasilkan berwarna merah dan berdampak juga pada rasa,” terang Amir.(mg03/mg05)












Discussion about this post