Gorontalopost.id – Kasus Covid-19 belakangan kembali meningkat, di Gorontalo bahkan hingga 14 Februari 2022, kasus positif mencapai 179 orang, angka ini meningkat singnifikan dalam beberapa hari terakhir, Gubernur Gorontalo Rusli Habibie bahkan ikut terpapar, bahkan dengan varian Omicron. Secara nasional, Covid-19 memang sedang menggila, pembatasan pun kembali diberlakukan, termasuk imbauan agar meningkatkan protokol kesehatan terus digencarkan.
Penanganan Covid-19 yang ketat, tak lagi berlaku di sejumlah negara di Eropa. Beberapa negara itu bahkan mencabut larangan pembatasan sosial, termasuk penggunaan masker di tempat umum, dan kewajiban jaga jarak tidak lagi berlaku. Eropa memandang Covid-19 bukan lagi ancaman serius, bahkan varian omicron yang kabarnya lebih cepat menyebar itu kini diremehkan. Alasanya sudah bisa mengendalikan pandemi Covid-19.
Kondisi tersebut bukan tak berdasar, pemimpin negara-negara yang melonggarkan aturan pembatasan Covid-19 itu, mengklaim cakupan vaksinasi primer serta booster dinilai sudah memenuhi syarat, untuk membebaskan penggunaan masker.
Beberapa negara di erapo itu, seperti :
Inggris
Negara ini menjadi salah satu negara di Eropa yang mencabut aturan penggunaan masker di tempat umum sejak Januari lalu. Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson mengatakan bahwa pemerintah juga akan mengizinkan para pekerja yang bekerja dari rumah atau work from home (WFH) untuk kembali bekerja di kantor. Kata dia, para ilmuwan percaya bahwa negara ini telah melewati puncak gelombang Omicron. Oleh karena itu, kata dia, keputusan mencabut aturan pembatasan Covid-19 dan penggunaan masker dinilai sebagai pilihan yang tepat.
“Ini adalah momen yang bisa kita banggakan, dan pengingat tentang apa yang bisa dicapai negara ini (Inggris) ketika kita semua bekerja sama,” papar Johnson. Kendati demikian, dia menegaskan bahwa dicabutnya aturan penggunaan masker bukan akhir dari pandemi. Johnson pun mendesak masyarakat agar tetap melakukan langkah-langkah pencegahan termasuk mencuci tangan, menggunakan ventilasi yang baik, dan mengisolasi diri jika positif Covid-19, termasuk segera mendapatkan vaksin jika belum divaksin.
Denmark
Masih dari Eropa, Denmark juga telah mencabut semua pembatasan Covid-19 domestik. Sehingga, masyarakat bisa kembali beraktivitas tanpa masker dan berkumpul di tempat umum. “Tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi Desember mendatang. Tetapi kami berjanji kepada warga Denmark bahwa kami hanya akan membatasi jika benar-benar diperlukan dan kami akan mencabutnya sesegera mungkin,” terang Menteri Kesehatan Denmark Magnus Heunicke.
Denmark merupakan negara pertama di Uni Eropa yang mencabut semua aturan pembatasan Covid-19. Langkah itu diambil pada saat infeksi di negara itu tercatat sebagai kasus tertinggi kedua dibandingkan negara lainnya, yang dilaporkan oleh Our World in Data. Di sisi lain, Heunicke mengungkapkan bahwa kecepatan laju vaksinasi primer, vaksin booster, serta tingkat rawat inap yang rendah membantu Denmark untuk segera melonggarkan pembatasan bagi masyarakat. Hal itu terbukti dengan data yang menunjukkan 81 persen populasi di Denmark telah divaksinasi Covid-19 lengkap.
Pada saat yang sama dengan infeksi yang melonjak, pasien yang dirawat di perawatan intensif justru turun. Sementara, turis yang belum divaksinasi atau sebelumnya terinfeksi virus corona harus melakukan tes PCR saat masuk ke Denmark. Karantina mandiri pun masih berlaku bagi mereka yang berasal dari negara dengan risiko tinggi.
Swedia
Swedia bergabung dengan negara-negara Eropa lainnya menghapus aturan pembatasan Covid-19 mulai 9 Februari. “Sudah waktunya untuk membuka Swedia lagi,” jelas Perdana Menteri Swedia, Magdalena Andersson, Kamis (3/2). Pemerintah Swedia akan mengizinkan orang-orang untuk makan di restoran tanpa membatasi kapasitas di dalam ruangan atau aturan jam buka. Persyaratan sertifikat vaksin, penggunaan masker di transportasi umum, maupun pembatasan kontak sosial juga akan dilonggarkan.
“Pandemi belum berakhir tetapi telah memasuki fase yang sama baru,” ucap Andersson. Pada kesempatan yang sama, Menteri Sosial Swedia Lena Hallengren mengatakan bahwa pihaknya akan terus waspada terkait situasi pandemi Covid-19 saat ini, walaupun pembatasan mulai dilonggarkan. Serupa dengan Denmark, alasan Swedia melonggarkan pembatasan Covid-19 adalah 80 persen dari semua penduduk Swedia di atas usia 50 sudah menerima tiga dosis vaksin.
Perancis
Negara Perancis juga ikut melonggarkan pembatasan pengendalian Covid-19. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk memudahkan kehidupan sehari-hari masyarakatnya. Pemerintah Perancis mengizinkan penyelenggaraan konser, pertandingan olahraga, dan acara lainnya. Kendati pembatasan dan aturan penggunaan masker telah dicabut, namun, aturan WFH masih direkomendasikan oleh negara ini kepada warganya. Langkah tersebut diumumkan pada akhir Januari, meskipun Perancis dilaporkan mencapai rekor tingkat kasus harian Covid-19 di bulan lalu.
Perdana Menteri Jean Castex berkata aturan itu berlaku dimulai 2 Februari 2022, sebagai persiapan negara hidup berdampingan dengan Covid-19. Tahap kedua dari dilonggarkannya pembatasan meliputi pembukaan klub, konser, acara olahraga, dan bar pada 16 Februari. Sedangkan kegiatan makan dan minum di stadion, bioskop, serta transportasi umum juga akan diizinkan kembali. “Kami telah melihat pembalikan tren (kasus Covid-19) yang menurun selama beberapa hari terakhir, dengan lebih sedikit kasus yang diumumkan setiap hari daripada tujuh hari sebelumnya,” kata Juru Bicara Pemerintah Perancis, Gabriel Attal, Rabu (2/2).
Norwegia
Norwegia menghapus hampir semua aturan penguncian COVID-19 yang masih berlaku saat tingkat infeksi tampaknya sudah tidak lagi membahayakan sistem kesehatan, kata Perdana Menteri Jonas Gahr Stoere, Sabtu pekan lalu. “Kami mencabut hampir semua pembatasan virus corona,” kata Stoere pada konferensi pers. “Pandemi virus corona tidak lagi menjadi ancaman kesehatan yang besar bagi sebagian besar dari kita. Varian Omicron menyebabkan lebih sedikit penyakit parah dan kita terlindungi dengan baik oleh vaksin,”katanya.
Penduduk Norwegia tidak perlu lagi menjaga jarak sedikitnya satu meter atau memakai masker di kerumunan. Pencabutan aturan itu membuat kelab malam dan tempat hiburan lain dapat membuka kembali bisnis mereka secara penuh. Selain itu, mereka yang terinfeksi tidak lagi diharuskan menjalani isolasi mandiri, tapi disarankan untuk tetap tinggal di rumah selama empat hari.
Belanda
Pemerintah Belanda akhir bulan ini akan mencabut sebagian besar pembatasan terkait penanganan COVID-19, sementara rekor angka infeksi dalam beberapa pekan terakhir ini tidak terlalu menyebabkan banyak orang harus dirawat di rumah sakit. Mulai 18 Februari, semua bar dan restoran diizinkan buka sampai pukul 01.00, yang sebelumnya hanya sampai jam 22.00, kata Menteri Kesehatan Ernst Kuipers, Kamis (10/2), dalam surat yang disampaikan kepada parlemen. Aturan-aturan menyangkut pembatasan sosial akan dicabut di tempat umum pada akhir Februari.
Namun, para pengunjung tempat-tempat tersebut perlu menunjukkan sertifikat vaksin, catatan sudah sembuh dari COVID-19, atau hasil negatif tes virus corona. Selain itu, acara-acara teater dan olahraga boleh dilangsungkan dengan kapasitas penuh. Kelab malam dan festival bisa beroperasi kembali, tapi harus mewajibkan tes COVID-19 bagi para pengunjungnya.
Infeksi virus corona di Belanda beberapa pekan belakangan ini telah mencapai tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya akibat varian Omicron yang sangat mudah menular. Kendati demikian, peningkatan jumlah pasien COVID-19 yang dirawat di rumah sakit masih tidak terlalu tinggi.
Pemerintah akan mengumumkan kebijakan-kebijakan baru Selasa (15/2) pekan depan dengan mengikuti nasihat dari panel ahli kesehatan, kata Kuipers. Beberapa negara Eropa lainnya juga secara bertahap melonggarkan pembatasan. Spanyol, misalnya, telah mencabut kewajiban mengenakan masker di luar ruangan mulai Kamis, namun masih menerapkan kewajiban tersebut jika orang-orang berada di dalam ruangan dan di transportasi umum. (tro/kps/jpnn)












Discussion about this post