Gorontalopost.id– Sejak menjabat Gubernur Gorontalo, Rusli Habibie menunjukan komitmenya mengembangkan Sumber Daya Manusia (SDM). Bagi Rusli, Gorontalo tidak seperti Kalimantan, Sumatera atau Papua yang kaya akan tambang, salah satu yang bisa membuat Gorontalo unggul, adalah dengan SDM.
KOMITMEN Itu ditunjukan dengan memberikan perhatian serius untuk sektor pendidikan. Program pendidikan untuk rakyat (Prodira) diluncurkan awal-awal Rusli dan Idris Rahim memimpin Gorontalo.
Program ini menjamin pendidikan gratis hingga jenjang SMA, dan mengucurkan beasiswa untuk seluruh jejang pendidikan di perguruan tinggi. Yang menarik, Gubernur Rusli Habibie membenahi seluruh asrama mahasiswa Gorontalo di luar daerah.
Di Jakarta, Gubernur membangun asrama mahasiswa di daerah Lenteng Agung, di Tondano, dan Manado, asrama mahasiswa di Jogjakarta, dan terbaru di Surabaya. Asrama-asrama itu gratis diperuntukan bagi mahasiswa asal Gorontalo, bahkan di Solo, mahasiswa ATMI disediakan rumah khusus untuk tempat tinggal mereka.
Kini, Gubernur Rusli Habibie, hendak membenahi asrama putra dan puteri di Bandung, Jawa Barat. Rencana rehab asrama di bumi pasundan ini sudah lama direncanakan, tapi selalu terkendala regulasi. Asrama tersebut bukan aset Pemprov Gorontalo tapi aset yang dikelola Yayasan Himpunan Warga Gorontalo (HWG) Jawa Barat, dengan kepemipilan beberapa pihak secara pribadi.
“Ada tiga saran saya, pertama kita mencari regulasi untuk hibah, kedua asrama itu diserahkan ke Pemprov agar pengelolaanya lebih terjamin, ketiga kita cari yang baru, misalnya di daerah Jatinangor,”ujar Rusli. “Mengapa Jatinagor, karena konsentrasi pendidikan di Bandung itu mulai diarahkan ke sana,”kata Rusli Habibie. Terkait dengan asrama mahasiswa di Bandung, dihadapan mahasiswa asal Gorontalo saat pertemuan di Hotel Seraton, Bandung, Ahad (23/1) kemarin, Rusli bercerita tentang kisahnya kuliah di Bandung tempo itu.
Rusli mengatakan, dulu untuk menerima kiriman masih melalui wesel. Wesel merupakan cara pengiriman uang melalui kantor pos. “Sebelum wesel, ada telegram dulu. Bunyinya kira-kira seperti ini : Segera, Rusli H, terikirim uang Rp 100 ribu,”kata Rusli. Namun kiriman uang via wesel itu tidak tetap, misalnya tiap bulan dikirim. Pengiriman itu ternyata kata Rusli, sesuai dengan musim panjat kelapa.
“Saya ke kantor pos mau cek wesel, ternyata belum ada, pulang. Karena harus makan, jadi ngutang dulu. Begitu wesel ada, ya uangnya tinggal beberapa lagi, karena sudah terpotong utang,”ungkap Rusli sammbil menyebut sangat paham dengan daerah-daerah di bandung. Dibanding dengan era saat ini, mahasiswa kuliah di luar daerah itu sudah sangat mudah, terbantu dengan pesatnya teknologi. “Tinggal WA, ditranser, selesai,”kata Rusli yang mengaku jika libur ia tidak pernah pulang ke Gorontalo.
Makanya, suami Idah Syahidah yang pernah bercita-cita jadi polisi itu, menaruh harapan besar kepada mahasiswa agar memanfaatkan momentum kuliah di Bandung untuk benar-benar balajar dan menerapkanya unruk kebaikan. “Kalain dikirim orang tua kesin adalah orang-orang beruntung. Harus sukses.Lihat tokoh-tokoh Gorontalo, ada Profesor Jhon Ario Katili, ada Profesor Badudu, mereka orang-orang hebat,”katanya.
Terpenting kata dia, agar tidak membuat kasus di kampung orang, tetap menjaga nama baik Gorontalo. “Perkuat jejaring, berteman dengan siapa saja. Disini (Bandung) bukan hanya dari Gorontalo, tapi dari Papua, Medan, Kalimantan semua ada disini,berteman dengan mereka, bangun jejaring, dan itu yang saya lakukan dulu,”katanya.
Ia juga berharap kendati sudah kuliah di luar daerah, bahasa Gorontalo agar tidak dilupakan. Danrem 131 Nani Wartabona, Brigjen TNI Armin Ibrahim, juga menekankan kepada mahasiswa asal Gorontalo di Bandung, agar terus belajar. Di Bandung kata dia, semua fasilitas tersedia. “Disini banyak cafe-cafe yang bagus, pelajari, dan bawa ke Gorontalo.
Ada sawah organik, belajar dan terapkan. Jangan sampai kalah dengan yang di Gorontalo, yang di Gorontalo juga hebat-hebat,”katanya. Hal yang sama juga disampaikan Kapolda Gorontalo, Irjen Pol Akhmad Wiyagus, kata dia, perkembangan teknologi yang pesat seperti saat ini harus dihadapi, permasalahanya harus dilihat kompleks.
“Saya bukan orang Gorontalo, tapi saya sangat cinta Gorontalo. Saya terapkan nilai-nilai adat Gorontalo, saya kontrol betul anggota saya agar terus memberi rasa nyaman kepada masyarakat,”ujar Kapolda. (tro)













Discussion about this post