GORONTALO – GP – Kolam budidaya ikan air tawar milik Arman Sino (43) di Desa Huntu Barat, Kecamatan Bulango Selatan, Kabupaten Bone Bolango,dibiarkan tak terawat pada awal tahun 2021 lalu, beberapa indukan ikan bahkan sudah dibagi-bagi ke tetangga. Arman kesulitan memasarkan benih ikan air tawar yang dibudidayakanya, lantaran terjadi pembatasan aktivitas masyarakat karena Covid-19. Tidak adalagi pesanan dari petambak-petambak ikan yang selama ini menjadi pelangganya.
Para petambak ikan juga bisa saja kesulitan memasarkan hasil tambak ikan mereka, karena pelanggan seperti rumah makan, restoran, bahkan warung makan tidak ada yang beroperasi. Kalau pun beroperasi, jam operasional mereka dibatasi. Padahal aktivitas usaha budidaya ikan pada kolam seluas 30×40 meter itu, sudah digeluti Arman Sino, jauh sebelum Covid-19 melanda, dan menjadi sumber ekonomi keluarganya. Pelangganya cukup banyak, sekali pasok bisa mencapai 5 ribu – 7 ribu ekor benih ikan air tawar. “Ada macam-macam, ikan bawal, ikan mas, nila. Tapi yang dominan saya kembangkan itu benih (ikan) bawal,”kata Arman, ditemui Gorontalo Post di lokasi kolam budidayanya, Kamis (23/12).
Arman melihat budidaya ikan air tawar sepertinya tak menjikan lagi, Covid-19 benar-benar memukul usaha budidaya ikan miliknya. Arman hanya bisa membiarkan kolam ikan itu tak terawat. Di Gorontalo, Dinas Koperasi, UMKM, Perindustrian dan Perdagangan (Diskumperindag) Provinsi Gorontalo, mencatat lebih kurang 29 ribu pelaku UMKM di daerah ini, yang bangkrut lantaran Covid-19. Kondisi itu ikut memperpuruk perekonomian di Gorontalo yang selama tahun 2020 terkontraksi -0,02 persen.
Semangat Arman kembali bangkit setelah ia didatangi Dedy Bakir, pada pertengahan tahun ini. Dedy merupakan Mantri BRI Unit Tapa. Dedy melihat usaha Arman mengembangkan budidaya ikan air tawar sangat potensial. Ia kemudian menawarkan Arman untuk mengembangkannya melalui klaster usaha, dengan bantuan BRI melalui program Kredit Usaha Rakyat (KUR). Untuk mendukung itu, Arman membentuk kelompok klaster budidaya ikan air tawar ‘Nila Jaya Perkasa’ yang beranggotakan 16 orang. Klaster budidaya ini terus mendapat pendampingan program ‘pojok mantri desa’ dari BRI Unit Tapa, dan bersinergi dengan pemerintah desa setempat. “Saya dapat KUR, bunganya kecil sekali, tidak ada anggunan. Ini sangat membantu,”ujar Arman.
Saat itu juga Arman kembali membenahi kolam ikannya, dengan menambah beberapa fasilitas, dan kembali mengadakan indukan ikan air tawar, seperti bawal, dan ikan mas. Menurut Arman, sejak program KUR ia manfaatkan pada usaha budidaya ikan air tawar yang dikembangkanya, kolam ikanya sudah memproduksi 70 ribu ekor benih ikan bawal dan 30 ribu benih ikan mas. Semunya telah dipasok ke petambak yang menjadi pelangganya. Menurut Arman, pelanggan-pelanggan lama kembali menghubunginya untuk bisa memasok benih ikan air tawar, ia juga banyak mendapat orderan dari luar daerah Bone Bolango, seperti dari Boalemo dan Pohuwato. Bahkan, dari Minahasa dan Manado, Provinsi Sulawesi Utara, ada yang sudah memesan benih ikan bawal. “Kabarnya di sana mahal, bisa sampai Rp 7500,- per ekor. Kalau di sini, hanya Rp 3 ribu per ekor,”ujar Arman. “Saat ini yang ready benih bawal, masih ada sekitar 40 ribu ekor lagi,”tambahnya. Arman bersyukur, usaha budidaya ikan air tawar yang nyaris tutup itu kembali bergairah, bahkan lebih berkembang dari yang sebelumnya.
Keberhasilan Arman bangkit usai terpuruk karena Covid-19 itu, mendapat perhatian langsung dari Regional chief executive officer (RCEO) Bank Rakyat Indonesia (BRI) Kantor Wilayah Manado, John Sarjono. Pada Rabu, 13 Oktober 2021 lalu, John Sarjono bahkan datang langsung melihat klaster budidaya ikan air tawar yang dikembangkan Arman dan kelompoknya itu. Selain klaster budidaya ikan air tawar Nila Jaya Perkasa yang dikembangkan Arman, di Desa Huntu Barat juga terdapat klaster budidaya ikan air tawar dengan menggunakan teknologi kolam bioflok, dengan anggota sebanyak 15 orang. Klaster ini juga dibentuk lewat program Pojok Mantri Desa dari BRI Unit Tapa.
RCEO BRI Kanwil Manado, John Sarjono, saat itu mengatakan, pemberdayaan bisnis klaster bagi kelompok usaha masyarakat merupakan bentuk gerakan BRI dalam menciptakan dan memperkuat ekonomi masyarakat desa, dengan terus memberdayakan berbagai macam klaster usaha. BRI lanjut John Sarjono, membantu melalui penyaluran modal usaha seperti KUR Mikro, KUR Super Mikro, Kemitraan dan Kupedes. Empat produk permodalan dari BRI ini yang menjadi penguatan atau menambah permodalan untuk menumbuh kembangkan usaha warga atau kelompok-kelompok UMKM.
Di Gorontalo, BRI telah mengembangkan 185 klaster usaha yang tersebar di enam kabupaten dan kota. Seluruh klaster usaha itu ditopang melalui penyaluran KUR BRI yang hingga kini penyaluranya telah mencapai Rp 886 Miliar dengan jumlah debitur sebanyak 33.787 usaha. Rincinya, KUR Kecil sebanyak 496 debitur dengan nilai Rp 131 Miliar, KUR Mikro sebanyak 25.720 debitur senilai Rp 665 Miliar, dan KUR Supermikro senilai Rp 70 Miliar untuk 7.571 debitur. “BRI akan terus berkomitmen mendorong pengembangan usaha masyarakat, termasuk pemberdayaan klaster bisnis ini, sebagai upaya pemulihan ekonomi dan peningkatan ekonomi masyarakat Gorontalo,”terang John Sarjono. (tro)













Discussion about this post