GORONTALO -GP- Tokoh pejuang asal Gorontalo yang menyandang gelar pahlawan nasional bakal bertambah. Ini setelah Tim Peneliti dan Pengkaji Gelar Daerah (TP2GD) Provinsi Gorontalo mengusulkan alm. Prof. DR. Aloei Saboe untuk menjadi pahlawan nasional ke Tim Peneliti dan Pengkaji Gelar Pusat (TP2GP).
Dari hasil kajian, Aloei Saboe dinyatakan memenuhi syarat untuk mendapatkan gelar pahlawan nasional. “Hasilnya MS atau memenuhi syarat,” ungkap Usep Abdul selaku perwakilan dari TP2GP pada pertemuan antara TP2GP, TP2GD dan Wakil Gubernur Gorontalo Idris Rahim dalam rangka verifikasi usulan calon pahlawan nasional dari Gorontalo Prof. DR. H. Aloei Saboe, Kamis (19/8) malam, di Rudis Wagub.
Agar proses penyematan gelar pahlawan nasional ini berjalan lancar, Usep meminta kepada TP2GD untuk mempersiapkan berbagai data yang dibutuhkan nanti. “Misalnya, beliau (Aloei Saboe) pernah menulis 15 buku, itu harus disediakan. Kita akan baca. Termasuk juga tulisan-tulisan beliau di beberapa media nasional, seperti Kompas, Suara Merdeka dan media lainnya,” pinta Agus.
Begitu juga, lanjut Usep, berbagai penghargaan yang dinobatkan kepada Aloei Saboe semasa hidup segera disiapkan, baik itu penghargaan dari orde lama hingga orde baru. “Kita ingin lihat. Karena penghargaan yang didapat beliau ini luar biasa, dari orde baru dan orde lama. Tidak banyak tokoh nasional yang mendapat penghargaan seperti ini. Biasanya ada yang dapat dari orde lama, tapi tidak dapat dari orde baru. Begitu juga sebaliknya,” ujar Usep. “Kita ingin lihat secara langsung. Karena nantinya data-data ini akan menjadi bahan pertimbangan baik Menteri maupun dewan gelar nasional,” imbuh Usep.
Sebelumnya, Ketua TP2GD Provinsi Gorontalo, Nani Tuloli mengungkapkan, sebelum mengusulkan Aloei Saboe sebagai pahlawan nasional, pihaknya terlebih dahulu melakukan pengumpulan data. Pengumpulan, kata Nani, tidak hanya dilakukan di Provinsi Gorontalo, namun juga dilakukan di luar daerah seperti di Bandung, Jawa Barat. “Karena beliau juga pernah tinggal disana,” tandas Nani.
Sementara itu, Wakil Gubernur Gorontalo Idris Rahim menyampaikan apresiasi dan rasa terima kasih kepada TP2GP yang telah menyempatkan waktu untuk datang ke Gorontalo dalam rangka melakukan verifikasi usulan calon pahlawan nasional.
“Insya Allah dalam melakukan verifikasi besok, kami bersama TP2GD akan mendampingi bapak, ibu dari TP2GD dan kantor Perpustakan nasional, analisis pemberdayaan sosial dari Kemensos untuk melakukan verifikasi di lapangan. Nanti kita mulai dari RS Aloei Saboe, kemudian pukul setengah sembilan pagi, kita akan ke Tilamuta masih dengan kegiatan yang sama,” ujarnya.
Dalam kesempatan itu Wagub juga menyampaikan, Gorontalo adalah sebuah daerah yang banyak melahirkan tokoh-tokoh yang layak untuk dijadikan sebagai pahlawan nasional. Sebab, lanjut Wagub, para tokoh Gorontalo ini bagian dari perjuangan kemerdekaan. “Ada Djalaludin Tantu, HB Jassin, Mohammad Tayeb Gobel dan tokoh-tokoh lainnya,” imbuh Idris.
Sosok Aloei Saboe
Kiprah Aloei Saboe sebagai pejuang Kemerdekaan Indonesia, memang tak diragukan lagi. Sebagaimana dihimpun dari berbagai sumber, bersama rekan seperjuangannya, Nani Wartabone dan Koesno Danupoyo, berhasil memukul mundur Belanda dari Gorontalo pada 23 Januari 1942. Atas keberhasilan tersebut, mereka segera menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia, yaitu Indonesia Raya. Bendera Merah Putih juga dikibarkan sebagai tanda kemenangan Gorontalo atas Belanda.
Aloei Saboe sendiri lahir di Gorontalo pada 11 November 1911. Aloei Saboe mengenyam pendidikannya di sekolah kedokteran di Nederlandsch Indische Artsen School (NIAS) Surabaya. Setelah menyelesaikan pendidikan dokternya, Saboe bertugas sebagai dokter di Semarang.
Tidak hanya berkiprah dalam bidang kesehatan, Aloei Saboe juga memiliki andil dalam upaya merebut kemerdekaan Indonesia dari penjajah. Perjuangan Aloei Saboe telah ia mulai sejak duduk di bangku kuliah di NIAS Surabaya. Aloei Saboe ikut bergabung dalam berbagai diskusi perjuangan kemerdekaan, salah satunya yang digagas oleh Soetomo (pendiri Budi Utomo).
Tahun 1926, Aloei Saboe juga aktif sebagai anggota Jong Islamieten Bond. Selain itu, ia juga bergabung dalam Indonesia Moeda tahun 1930. Lima tahun berselang, kiprah Aloei Saboe dalam bidang politik semakin melonjak. Pada 1935, Aloei Saboe tergabung dalam Partai Nasional Indonesia (PNI). Selama di PNI, karier Aloei Saboe terus bersinar, terutama setelah ia terpilih sebagai Ketua Umum PNI cabang Gorontalo pada kongres pertama. Setelah itu, ia diangkat sebagai Ketua PNI Sulawesi Utara dan menjadi anggota dewan PNI. Perjuangan Sejak Belanda menjajah Indonesia, Aloei Saboe ikut berusaha menumpas para penjajah.
Pasca-kemerdekaan Indonesia, tahun 1945, Aloei Saboe memimpin gerakan perlawanan melalui Laskar Gorontalo. Bersama Laskar Gorontalo, Aloei Saboe melawan tentara Sekutu atau NICA di bawah pimpinan Mayor Wilson yang tiba di Gorontalo. Selama tahun 1946 hingga 1947, Aloei Saboe berperan dalam mengirimkan pasokan obat-obatan dan alat kesehatan kepada para pejuang kemerdekaan di Banyuwangi, Jawa Timur.
Aloei Saboe berhasil merebut obat dan alat kesehatan tersebut dari gudang logistik Amerika dan Australia. Setelah itu, tahun 1950, ketika Negara Indonesia Timur (NIT) terbentuk, Aloei Saboe terpilih sebagai Juru Bicara dalam mosi pembubaran NIT. Mosi dilakukan karena NIT dinilai tidak sesuai dengan konstitusi dan harus kembali pada konsep Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Aloei Saboe kemudian berhasil membubarkan NIT pada 5 April 1950.
Usai berjuang membubarkan NIT, pada 1958, Aloei Saboe kembali beraksi dalam peristiwa pemberontakan Perjuangan Rakyat Semesta (Permesta) di Sulawesi Utara. Ia turut terlibat dalam penumpasan Permesta di Gorontalo dengan menyembunyikan bahan bakar, bahan makanan, peralatan medis, dan obat-obatan di RS Lepra di Kabila. Strategi yang digunakan Aloei Saboe ini rupanya berhasil membantu pasukan Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang dipimpin Mayor Agus Pramono menumpas Permesta di Gorontalo.
Karena gerakan perlawanan dan perjuangan kemerdekaan yang sering dilakukan, Aloei Saboe kerap ditangkap, dipenjara, bahkan diasingkan di beberapa tempat. Aloei Saboe wafat di Bandung pada 31 Agustus 1987. Atas perjungan dan jasanya, Aloei Saboe diberi beberapa anugerah dan tanda jasa dari Pemerintah Indonesia, salah satunya Bintang Gerilya. (rwf/net)












Discussion about this post