“Saya rela kalau dua tulisan Disway hari ini tidak banyak dibaca. Dua-duanya memang terlalu lokal: lokal Surabaya dan lokal Texas. Untuk apa dibaca?”
Oleh
Dahlan Iskan
—
Ketua rumah kematian itu meninggal dunia: LiemOu Yen. Orangnya sangat populer di kalangan Tionghoa Surabaya. Ia selalu ada di kegiatan sosial apa saja –yang melibatkan masyarakat Tionghoa. Ia seperti kepala seksi sibuk yang luar biasa sibuk.Saya sering bertemu KohOu Yen –begitu semua orang memanggilnya– di Masjid Cheng Ho, di vihara, di gereja, di mana saja ada acara bakti sosial.Terakhir saya bertemu kohOu Yen di acara vaksinasi. Di gedung baru Samator Group. Yang khusus untuk orang tua di lingkungan masyarakat Tionghoa Surabaya. Ia sampai membantu istri saya agar bisa keluar cepat dari ruang vaksinasi. Ia mengantar sampai kami naik mobil. Beberapa orang yang akan mengajak kami bicara ia jauhkan. Ketika saya tetap ingin melayani satu orang yang ngotot mau bicara KohOu Yen mendekat. Lalu mendorong saya ke mobil.KohOu Yen punya jiwa melayani yang amat tinggi.
Padahal ia itu ketua rumah kematian yang begitu terkenal: Adi Jasa. Yang di Jalan Demak Surabaya. Satu-satunya rumah kematian untuk masyarakat Tionghoa di Surabaya –sebelum tahun lalu muncul The Heaven di Surabaya Selatan.Kalau ada acara bakti sosial ia sambut tamu di depan. Ia antar duduk di kursi. Ia ikut menata kursi. Mengecek semua peralatan. Ia sendiri punya bisnis di bidang besi dan baja. Video yang beredar setelah ia meninggal Jumat lalu: ia memimpin sendiri penyemprotan disinfektan di rumah kematian Adi Jasa. Ia ajari para penyemprot itu: bagaimana bekerja yang benar. Agar tidak ada virus Covid di situ. Tapi juga terlihat ia sendiri tidak mengenakan masker.Bahwa KohOu Yen bisa menjadi ketua di Adi Jasa menandakan bahwa ia bisa diterima oleh semua golongan di masyarakat Tionghoa Surabaya.
Itu tidak mudah. Begitu banyak organisasi di kalangan masyarakat Tionghoa Surabaya: ada yang berdasar daerah asal, ada yang berdasar marga, berdasar kelompok usaha, dan lain-lain. Rumah kematian itu sendiri milik 12 yayasan Tionghoa. Praktis semua kepentingan masyarakat Tionghoa terwakili di 12 yayasan itu. Dan KohOuYen yang menjadi ketua usaha sosial itu.Itu menandakan KohOu Yen bisa diterima oleh 12 yayasan itu. Tanpa konflik. Tanpa oposan. Kompak. Karena itu Adi Jasa maju sekali.Tanah di rumah kematian itu terus diperluas. Dulu hanya ada satu bangunan. Berisi 16 ruangan takziah dan 12 kamar es untuk menyimpan mayat.Belakangan ditambah satu bangunan lagi. Bertambah lagi ruangannya. Hampir dua kali lipat.
Ditambah pula kamar esnya. Lalu masih ada perluasan ketiga: satu bangunan lagi. Lebih bagus, lebih besar, dengan fasilitas AC.Berarti kini ada tiga bangunan di Adi Jasa. Tiga bangunan itu bentuknya sama: bundar. Seperti rumah tenda bangsa Mongolia. Semua kamarnya dibuat menghadap ke luar. Kamar esnya di tengah, di pusat bangunan bundar kerangka baja itu.Bentuk bundar tersebut bukan saja unik, tapi juga solusi. Itu merupakan jalan keluar yang jitu. Agar adil. Agar tidak konflik. Semua kamar punya posisi yang sama: di depan. Semua kamar menjadi terhormat.
Tidak akan ada jenazah yang merasa dinomorduakan. Atau merasa ditaruh di belakang. Antar kamar itu juga hanya diberi penyekat geser. Ketika ada yang memerlukan dua kamar –karena kaya dan pelayatnya banyak– tinggal geser sekatnya.Saya sering melayat ke Adi Jasa. Suatu kali saya lihat ada mayat yang menggunakan sampai 6 kamar. Yang meninggal itu pasti pengusaha besar. Keluarganya besar. Relasinya luas.Belakangan Adi Jasa mampu pula ekspansi ke bidang pendidikan. Adi Jasa mengakuisisi satu lembaga pendidikan tiga bahasa di Surabaya: Indonesia, Inggris, Mandarin. Namanya: Little Sun School (小太阳三语学校). Di bawah Yayasan Cahaya Hati Ibu. Kini sekolah itu sudah berkembang ke tingkat SMP.Semua itu diurus KohOu Yen. Bersama Chandra dan AnisRungkat. Dua nama terakhir itu aktivis dan pengurus Barongsai yang andal. Kamis pekan lalu DjonoAntowiyono–nama KohOu Yen di KTP– menjalani tesCovid: positif. Istrinya juga positif. Anaknya, Harry Santoso negatif. Demikian juga istri Harry dan anak mereka.
Mereka memang tinggal satu rumah. Tiga-empat hari sebelumnya, pembantu di rumah itu sakit. Dibawa ke dokter. Sakit biasa. Diberi obat. Tapi si pembantu minta pulang. Diizinkan.Pembantu satunya juga tidak enak badan. Juga minta pulang.Dua hari kemudian mereka memberi kabar ke istri Harry: penciumannya hilang. Pembantu satunya juga memberi kabar yang sama.Maka Harry pun minta tesCovid sekeluarga itu.Mereka memutuskan isolasi mandiri. Rumah-rumah sakit kan lagi penuh. Tiga hari kemudian KohOu Yen merasa sesak napas. Saturasioksigennya tinggal 84. Mereka memang punya alat ukur saturasi di rumah. KohOu Yen minta masuk rumah sakit. Diusahakanlah kamar di RS AdiHusaha–yang dulu bernama Zhong Hua Yi Yuan (中华医院). Istri Ou Yen dan Harry mengantar –kemudian pulang, isolasi di rumah.
Saturasi oksigen mereka masih bagus. Sang istri masih 96.Dari kamarnya di rumah sakit itu,KohOu Yen terus berkomunikasi dengan Harry. Lewat WA. Dua hari di rumah sakit napasnya tetap sesak.Kamis malam,KohOu Yen masih WA ke Harry. Gigi palsunya ketinggalan di rumah. Agar gigi palsu itu diantar ke rumah sakit. Keesokan harinya, pukul 08.00 masih kirim WA lagi. Tapi sudah tidak bisa diketahui apa maksudnya. Kalimatnya tidak jelas. Harry kesulitan membaca pesan itu. (Lihat di foto).Harry pun mengusahakan ICU. Tidak mudah. Tapi KohOu Yen dapat bantuan: bisa pindah ke ICU pukul 12.00.Jam 11.00 KohOu Yen meninggal dunia. Umurnya 76 tahun. Sebentar lagi berulang tahun: 31 Juli depan.(*)
Cermin Texas
Oleh:DahlanIskan
SEJUMLAH anggota DPRD mencarter dua pesawat: mereka terbang ke Washington DC. Senin lalu. Mereka pergi bukan untuk rekreasi. Mereka sengaja pergi agar sidang pleno DPRD Texas tidak mencapai kuorum.
DPRD-nya dikuasai Partai Republik. Gubernur Texas Greg Abbott juga dari Partai Republik. Sang gubernur minta agar DPRD melakukan sidang khusus: untuk mengesahkan amandemen aturan pemungutan suara Pemilu di Texas. Pemilu apa saja, termasuk Pilgub.
Kekalahan Presiden Donald Trump di Pemilu lalu dianggap akibat sistem pemungutan suara yang sangat longgar. Di semua negara bagian. Aturan itu dianggap punya celah untuk dimainkan.
Texas memang sangat mengkhawatirkan masa depan mereka. Trump memang masih menang di Texas, tapi selisihnya, dengan Joe Biden, tinggal 6 persen. Padahal sebelumnya selisih 16 persen –8 tahun lalu.
Di Texas seorang gubernur memang punya hak minta DPRD untuk bersidang secara khusus. Yakni untuk membahas Perda usulan gubernur.
Di Texas juga beda: wakil gubernurnya dipilih langsung oleh rakyat di Pilkada yang berbeda waktu.
Abbott memang terus berjuang agar Republik dan kulit putih terus mendominasi Texas. Ia anti Biden sampai ubun-ubun. Ketika Biden memutuskan membatalkan pembangunan tembok perbatasan, Abbott bikin sensasi sendiri: akan tetap membangun tembok itu atas biaya Texas sendiri. Abbott juga akan maju lagi di Pilgub tahun depan untuk kali yang ketiga.
Abbott minta DPRD bersidang lagi secara khusus. Abbott mengajukan rancangan aturan perubahan pemungutan suara.
Intinya:
- Surat suara yang dikirim lewat pos harus diatur lebih tertib. Jauh-jauh hari, yang berniat kirim surat suara lewat pos, harus mendaftar khusus. Harus menyertakan identitas. Baru mendapat surat suara –yang dikirim via pos ke alamatnya.
- Pemungutan suara tidak boleh 24 jam. Harus pada jam tertentu.
- Petugas Pemilu harus diberi sanksi kriminal dan denda yang lebih berat kalau melakukan pelanggaran.
- Harus lebih banyak lagi yang diizinkan menjadi pengamat di tempat penghitungan suara.
- Membatasi penunjukan perusahaan swasta yang mengangkut surat suara.
Usulan itu dianggap akan merugikan Demokrat. Yang anggotanya memang lebih banyak malas datang ke TPS.Sabtu lusa sidang untuk itu harus sudah dimulai. Waktunya, paling lambat, 1 bulan sudah harus ada keputusan.
Pihak Demokrat tidak bulat. Satu pihak memilih boikot. Dengan cara pergi dari Texas. Satu pihak lagi memilih debat dulu habis-habisan. Tidak mudah meninggalkan Texas selama sebulan. Mereka punya keluarga. Punya banyak pekerjaan. Tapi, kalau pilih debat, ujungnya pemungutan suara. Pasti kalah.
Ada peraturan di Texas: untuk bersidang harus dihadiri minimal 2/3 anggota. Tapi untuk voting cukup menang satu suara. Demokrat memang minoritas di DPRD Texas. Tapi kursi mereka masih cukup besar.
DPRD di sana terdiri dari dua kamar. Seperti DPR dan DPD. Ada lembaga wakil partai, ada lembaga wakil kabupaten/kota.
DPRD-nyaberanggotakan 150 orang. Terbesar di Amerika. Texas memang negara bagian terbesar –sebelum dibantah oleh Alaska yang meski sepi tapi mempunyai wilayah sedikit lebih luas.
Republik memenangkan 83 kursi. Demokrat 67 kursi. DPD-D-nya punya anggota 25 kursi. Republik memiliki 18 kursi. Demokrat 13 kursi.Jelaslah kalau Demokrat memboikot,kuorum 2/3 tidak terpenuhi.Dan itu pernah terjadi di tahun 2003. Lalu terjadi lagi tahun ini, bulan Mei lalu.
Pun terjadi di negara bagian lain. Misalnya di Oregon. Tiga tahun lalu. Saya tulis di Diswaysaat itu (Disway3 Juli 2019). Yang anggota DPRD dari Republik lari ke Idaho –negara bagian tetangga. Bersembunyi di sana. Sampai batas masa persidangan selesai.
Di Texas, di masa lalu, anggota DPRD dari Demokrat lari ke Oklahoma. Negara bagian tetangga.Kali ini mereka memilih lari ke Washington DC. Harus pakai pesawat. Sekalian memperjuangkan aspirasi ke DPR Pusat.
Mengapa mereka tidak bersembunyi di rumah saja?
Mereka akan ditangkap, lalu dibawa ke gedung DPRD. Sudah ada Perda yang memberi kekuasaan kepada eksekutif untuk memaksa mereka.
Belum semua anggota DPRD Demokrat terbang ke Washington. Sebagian masih mencoba cara lain. Ghosting sebulan benar-benar tidak mudah. Apalagi selama ghosting itu gajinya hilang. Termasuk uang sidang khusus.
Negara bagian di Amerika bisa membuat peraturan sendiri. Aturan di satu negara bagian tidak sama dengan lainnya. Di Amerika kedaulatan negara bagian memang lebih kuat dari pusat. Itu karena sebelum ada Amerika Serikat negara-negara bagian sudah eksis lebih dulu.
Di Texas ada aturan gaji anggota DPRD: USD 600/bulan. Atau sekitar Rp 10 juta. Tidak ada uang sidang. Angka itu begitu kecilnya dibanding di Indonesia. Apalagi kalau dilihat dari segi kemampuan keuangan Texas. Hanya kalau ada sidang khusus, atas permintaan gubernur, mereka mendapat uang sidang: USD 220/hari, sekitar Rp 3 juta.
Rasanya banyak anggota DPRD di Indonesia yang tidak mau kalau ditawari menjadi anggota DPRD di Texas. (*)













Discussion about this post