JAKARTA – GP – Hasil studi the boston consulting group (BCG) pada tahun 2017, masih terdapat lebih kurang 150 ribu titik layanan publik, seperti sekolah, kantor polisi /TNI, Puskesmas atau rumah sakit, termasuk kantor pemerintah di seluruh Indonesia, belum terkoneksi internet. Ribuan layanan publik itu rata-rata berada di wilayah pelosok yang kurang menarik bagi operator telekomunikasi, lebih tepatnya di daerah terdepan, terluar, tertinggal (3T). Padahal, sudah 20 tahun operator telekomunikasi hadir di tanah air, kondisi ini membuat Indonesia berada di urutan 111 ITU ICT Development Index tahun 2017, jauh dibawah Singapura yang berada diurutan 18, dan Malaysia pada urusan 68.
Potret ini yang kemudian menjadi target Badan Aksesibilitas Telekomunikasi Informasi (BAKTI) Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) untuk membangun dan menyediakan infrastruktur telekomunikasi di wilayah non komersil itu. BAKTI tidak saja membangun BTS, namun juga menyediakan satelit multi fungsi, yang diberi nama SATRIA (Satelit Republik Indonesia). Satelit ini akan melengkapi program BTS 4G di lokasi yang tidak terjangkau sinyal tower BTS dan Palapa Ring yang telah diluncurkan pada tahun 2019. Dari hasil studi BSG itu disebutkan, satelit menjadi solusi paling optimal untuk mengatasi kesenjangan akses internet di wilayah pelosok nusantara.
Anggota Dewan Profesidan Asosiasi MASTEL,Kanaka Hidayat, mengatakan, satelit menjadi pilihan terakhir dan satu-satunya teknologi yang dapat menjangkau daerah pinggiran yang tidak terjangkau teknologi terrestrial. “Satelit merupakan teknologi konservatif yang memiliki standar dan aturan main khusus yang diatur secara internasional tapi masih terus dibutuhkan hingga sekarang,” jelasnya.
Satelit SATRIA merupakan proyek strategis nasional berskema Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU), dengan pola pembayaran ketersediaan layanan selama 15 tahun. Skema tersebut memiliki keunggulan jaminan proyek melalui PT.Penjamin Infrastruktur Indonesia. Ada tiga satelit SATRIA yang direncanakan akan diluncukan dari kurun waktu 2023-2030, tiga satelit itu yakni, SATRIA 1, SATRIA 2, dan SATRIA 3.
Direktur Utama Bakti Kominfo, Anang Latif, dalam penjelasanya pada update terkait satelit SATRIA 1 yang digela daring, Rabu (7/7) mengatakan, satelit SATRIA 1 kini sedang proses produksi oleh perusahaan Tales Alemania Space di Prancis, dengan menggunakan roket peluncur Space X Falcon 9-5500 produksi Amerika Serikat. Peluncuran pertama untuk SATRIA 1 direncanakan dilakukan pada November tahun 2023. Satelit ini memiliki kapatitas 150 Gbps dengan kecepatan internet 1 Mbps per titik lokasi, dan mengadopsi teknologi High Throuhput Satellite (HTS), slot orbit 146E dan orbit raising electric.
Lebih lanjut Anang mengatakan, SATRIA 1 secara teknis dapat menyediakan kuota 1,14 GB/pengguna/bulan untuk melayani akses internet di 150 ribu titik layanan publik, rincinya fasilitas sekolah / pesantren terdapat 93.900 titik, perkantoranpemerintah daerah, kecamatan/ desa sebanyak 47.900 titik, kantor polisi / TNI di wilayah 3T sebanyak 3.900 titik, puskesmas / rumah sakit 3.700 titik, dan layanan publik lain sebanyak 600 titik. Infrastruktur ground segmen juga terus disiapkan pada 150 ribu titik tersebut secara bertahap, sehingga begitu satelit diluncurkan, sudah langsung berfungsi optimal.
Selanjutnya, BAKTI juga menyiapkan satelit SATRIA 2 yang rencana peluncuranya pada tahun 2025/2026. Satelit ini memiliki kapasitas lebih besar yakni 300 Gbps, dan satelit SATRIA 3 dengan kapasitas lebih besar lagi 500 Gbps. Penyediaan satelit ini jelas untuk memenuhi kebutuhan intenet masyarakat, terutama yang ada di wilayah pelosok dalam upaya memberikan konektivitas digital. Anang menyebutkan, pada tahun 2023 setiap orang per bulan bisa saja menghabiskan 40-50 GB data internet, itu pada wilayah yang tercover layanan operator seluler. Sementara fasilitas yang tersedia melalui satelit SATRIA 1 hanya 1,14 GB per bulan. Dengan tambahan SATRIA 2a dan 2b, akan tersedia kuota 2,29 GB per pengguna setiap bulan, sedangkan SATRIA 3 dengan kapasitas 500 Gbps menyediakan kuota hingga 3,82 GB untuk setiap pengguna perbulan, total terdapat 7,25 GB setiap bulan per pengguna, sehingga akan terjadi percepatan konektivitas digital bagi masyarakat di wilayah 3T. Hal ini kata Anang, jelas menjawab kesenjangan akses internet pada wilayah yang selama ini tidak memiliki sinyal internet.
Lepas dari itu, kehadiran internet tidak saja membuka wawasan dan memudahkan akses komunikasi masyarakat. Internet kini menjadi nadi perekonomian warga, tercatat ekonomi digital di Indonesia tumbuh hingga dua digit dan memberikan kontribusi positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Dimana, pada tahun 2020 ekonomi digital Indonesia tumbuh sebesar 11 persen, dan berkotribusi untuk perekonomian sebsar US$ 44 Miliar atau setara Rp 619 Triliun. Sektor e-commerce berkontribusi palung besar untuk ekonomi digital Indonesia.
Hadirnya satelit SATRIA 1, SATRIA 2, dan SATRIA 3 pada 2030 mendatang seiring dengan prediksi pertumbuhan ekonomi digital yang bakal naik delapan kali lipat. Menurut Menteri Perdagangan RI, Muhammad Lutfi, (11/6/2021) lalu, e-Commerce akan menjadi pemeran besar dalam pertumbuhan ekonomi digital di Indonesia, yakni 34 persen atau setara dengan Rp 1.900 triliun. “Pertumbuhan ekonomi digitalnya itu sendiri akan tumbuh delapan kali lipat dari Rp632 triliun menjadi Rp4.531 triliun,”Muhammad Lutfi.
Ia menekankan, terkait hilirisasi ekonomi digital, Indonesia juga harus dapat memanfaatkan perkembangan teknologi gelombang baru, seperti teknologi 5G, IoT (internet of things), blockchain, artificial intelligence, dan cloud computing. Ia berharap dengan ekonomi digital akan memperbaiki pertumbuhan Indonesia, paling tidak dalam sektor logistik dan industri. “Kalau kita melihat bahwa target daripada sektor logistik kita yang akan tumbuh dari 23 persen ongkos pada hari ini menjadi 17 persen, dengan adanya digital ekonomi ini, perbaikan daripada logistiknya akan jauh lebih baik,” tandasnya. Pertumbuhan itu, jelas sangat bergantung pada ketersediaan internet, yang mudah diakses dan bisa mencakup seluruh wilayah nusantara. (tro)













Discussion about this post