Zona Merah Kabgor Buka Sekolah

LIMBOTO-GP- Sejumlah siswa di Kabupaten Gorontalo nampak antusias memasuki kawasan sekolah, Selasa (23/2) kemarin. Itu menjadi hari pertama mereka sekolah setelah hampir setahun ‘libur’ akibat pandemi Covid-19. Selama ini, siswa hanya sekolah dengan mekanisme online, atau sekolah dalam jaringan (daring).

Para siswa dan guru, terlihat patuh terhadap protokol kesehatan, semuanya menggunakan masker, diukur suhu tubuh, dan mencuci tangan. Setiap kelas, jumlah siswa dibatasi, di meja siswa juga diberi pelindung. Suasana sekolah kali ini benar-benar beda dengan tahun-tahun sebelumnya, atau sebelum pandemi melanda.

Pemerintah Kabupaten Gorontalo, telah menerapkan belajar di sekolah secara tatap muka, kendati data satuan tugas (Satgas) Covid-19 Provinsi Gorontalo, menyebutkan jika Kabupaten Gorontalo masih daerah zona merah Covid-19. Data pada 22 februari, terdapat 43 pasien Covid-19 yang sedang dirawat. Total warga yang terkonfirmasi Covid di Kabupaten Gorontalo, telah mencapai 1.275 orang, 1187 sembuh dan 45 orang diantaranya meninggal dunia. Dinas Pendidikan Kabupaten Gorontalo beralasan, kebijakan buka sekolah ini masih tahap uji coba, baru berlaku pada 111 sekolah yang ada di Kabupaten Gorontalo.

Artinya, belum berlaku penuh untuk seluruh sekolah. “Tidak semua sekolah, baru sekolah-sekolah yang sudah diverifikasi. Untuk SD itu ada 63 dari total 292 sekolah, dan untuk SMP itu 48 sekolah dari total 128 SMP yang ada di Kabupaten Gorontalo. Dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat,” jelas Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Gorontalo Jubair Pomalingo.

Sekolah yang menjadi lokasi uji coba ini adalah sekolah terpilih. Selain harus siap dari sisi fasilitas dan sarana yang sesuai dengan Protokol Kesehatan Covid-19, juga sudah mengantongi kesepakatan bersama dengan orang tua siswa.  Buka hanya jumlah sekolah yang dibatasi, siswa yang belajar juga dikontrol ketat, dengan penerapan protokol kesehatan yang maksimal.

Dalam setiap kelas hanya diisi oleh 10 orang siswa, dengan jarak meja dan kursi lebih dari 1 meter. Siswa dan guru juga wajib mengenakan masker dan mencuci tangan sebelum masuk kelas. Tak hanya itu saja, siswa menempati meja belajar yang sisi-sisinya dilengkapi dengan sekat plastik transparan. “Paling tinggi (kelas diisi) 10 orang. Jadi kita buat sistem ship. Dengan waktu belajar per ship itu 2 jam. Dari ship pertama dan kedua itu kita buat jeda waktu selama 1 jam. Sehingga tidak terjadi penumpukan di sekolah,” ungkap Dia.

Selain itu siswa juga wajib dikawal oleh orang tua. Artinya orang tua akan mengantar siswa langsung di depan kelas, dan juga menjemput di depan kelas. Sehingga tidak ada peluang bagi siswa berinteraksi dan berkerumun. “Selama dua hari ini kita jalan, tanggapan dari orang tua sangat positif. Bahkan mereka bersyukur setelah 1 tahun akhirnya bisa belajar tatap muka, dan mereka berharap sistem ini terus dilakukan,” terang Jubair.

Namun tegasnya, penerapan belajar tatap muka ini baru di uji coba dalam 2 pekan. Selama kurun waktu itu, Pemerintah akan mengevaluasi perkembangan. “Setelah dua pekan ini, kita mencari data aktual dan kondisi rill di lapangan. Hasilnya akan kita laporkan ke pak Bupati dan Satgas Covid. Apakah sistem tatap muka ini dilanjutkan ataukah dihentikan. Tentu jika terjadi penularan maka otomatis sekolah akan dihentikan,” tegasnya. Tapi lanjut Kadis penerapan sistem tatap muka ini dikembalikan lagi pada kesepakatan pihak sekolah dan pihak komite. (Nat)

Comment