POHUWATO -GP- kerusakan lingkungan di Kabupaten Pohuwato, rupanya sudah kian mengkhatirkan. Parahnya kerusakan di wilayah hulu, disinyalir menjadi pemicu banjir yang merendam puluhan rumah di dua kecamatan di Pohuwato, kemarin (25/1). Yaitu kecamatan Marisa dan Paguat.
Banjir yang merendam sekitar 70 rumah di desa Teratai Kecamatan Marisa dan desa Maleo, kecamatan Paguat berawal dari hujan deras yang mengguyur sejak siang hingga sore hari. Hujan yang hanya berlangsung sekitar tiga jam dari pukul 14.00-17.00 wita itu, membuat air dari arah pegunungan langsung mengalir deras ke drainase. Tak lama berselang, air dari drainase mulai masuk ke pemukiman.
Pantauan Gorontalo Post, air mulai naik pukul 17.00 Wita atau 3 jam setelah hujan mengguyur pada pukul 14.00 Wita. Di desa Teratai, banjir yang berasal dari air pegunungan yang meluap di saluran-saluran menggenangi rumah-rumah warga.
Sementara itu di desa Maleo, kecamatan Paguat, banjir sampai menggenangi ruas Jalan Trans Sulawesi. Selain rumah warga, banjir juga menggenangi gedung sekolah SMP Negeri 2 Paguat. Kapolsek Paguat, AKP Janes, saat diwawancarai mengatakan bahwa banjir di desa Maleo tersebut diakibatkan buruknya sistem draenase di ruas jalan Trans Sulawesi kecamatan Paguat. “Drainase yang belum terlaksana bagus, mungkin proyek sementara jalan juga kan untuk draenase,” ujarnya.
Sementara itu Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) kabupaten Pohuwato, Ramon Abdjul, mengatakan bahwa banjir yang terjadi di desa Teratai, kecamatan Marisa, diakibatkan oleh derasnya air yang mengalir dari daerah pegunungan. Sehingga saluran yang ada pun tak mampu lagi menampung debit air. “Air itu naik mulai pukul 17.00 Wita, dengan ketinggian 60 centimeter di simpang empat desa Teratai. Kemudian hingga pukul 19.30 Wita air sudah surut sekitar 40 centimeter atau sudah setinggi mata kaki,” ungkapnya.
Banjir tersebut kata Ramon juga diakibatkan oleh kerusakan lingkungan akibat pembukaan lahan. “Air dari atas, sudah banyak yang membuka lahan. Sehingga pohon-pohon yang berfungsi menyerap air itu kan sudah berkurang,” tambahnya. Lebih lanjut Ramon menghimbau kepada masyarakat untuk terus waspada terhadap banjir susulan, meskipun saat ini air sudah mulai surut. “Karena cuaca ekstrim seperti ini menurut BMKG sampai dengan akhir Februari. Cuaca ekstrim mengakibatkan hujan dengan intensitas tinggi serta angin kencang,” tuturnya.
“Kita harus selalu waspada, utamanya masyarakat yang tinggal di wilayah rawan banjir ketika turun hujan dengan intensitas tinggi segera mengevakuasi diri ke rumah-rumah keluarga atau kerabat yang berada di dataran lebih tinggi. Kemudian kepada para nelayan diharapkan dapat menangguhkan sementara aktifitas melaut karena melihat cuaca saat ini,” imbau Ramon. Hingga pada malam hari pukul 22.00 Wita, hujan kembali mengguyur wilayah kecamatan Marisa dan sekitarnya. “Berdasarkan data yang kami peroleh sementara ada total sebanyak 70 rumah yang terdampak banjir dari dua desa tersebut (Teratai dan Maleo, red),” pungkasnya. (ayi)
Comment