Gorontalopost.co.id, GORONTALO — Presiden Prabowo Subianto menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional kepada 10 tokoh, Senin (10/11/2025). Dari 10 nama itu, tak ada satu pun usulan dari Gorontalo.
Padahal 49 nama calon pahlawan nasional yang diusulkan Kementerian Sosial ke Dewan Gelar Tanda Jasa dan Tanda Kehormatan, hingga ke Presiden Prabowo, terdapat dua nama usulan Pahlawan Nasional dari Gorontalo, yakni H.B Jassin, dan Prof.dr.Aloei Saboe.
Kedua tokoh pejuang ini telah diusulkan sejak tahun 2021 dan 2022. Presiden Prabowo menetapkan 10 nama Pahlawan Nasioal 2025, salah satunya adalah Jenderal Besar TNI Soeharto, Presiden RI ke 2 yang juga mantan mertua Prabowo.

Penganugerakan gelar Pahlawan Nasional untuk Soeharto mengundang pro kontra. Pemberian gelar pahlawan nasional itu berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 116 TK Tahun 20265 Tentang Penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional.
Adapun prosesi pemberian gelar itu dilaksanakan melalui acara “Penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional Tahun 2025” di Istana Negara, Jakarta Pusat, kemarin.
1o Pahlawan Nasional
Abdurrahman Wahid (Gus Dur) – Jawa Timur
Pemimpin pluralis dan demokratis, Gus Dur lahir di Jombang pada 1940. Ia menjadi Presiden ke-4 RI (1999–2001), pendiri PKB, dan mantan Ketua Tanfidziyah NU.
Jenderal Besar TNI Soeharto – Jawa Tengah
Soeharto, Presiden ke-2 RI (1967–1998), dikenal sebagai tokoh pembangunan dan stabilitas politik. Sebelumnya, ia memimpin pasukan merebut Yogyakarta dari Belanda pada 1949 dan aktif dalam pembebasan Irian Barat. Kontribusinya mencakup program swasembada pangan dan pembangunan nasional.
Marsinah – Jawa Timur
Marsinah, aktivis buruh kelahiran Nganjuk, vokal memperjuangkan hak pekerja. Tragisnya, perjuangannya berakhir saat ia hilang dan ditemukan tewas pada 1993.
Dedikasinya menjadi simbol keberanian memperjuangkan hak pekerja dan keadilan sosial.
Mochtar Kusumaatmadja – Jawa Barat
Diplomat dan akademisi, Mochtar Kusumaatmadja pernah menjabat Menteri Luar Negeri dua periode dan Menteri Kehakiman. Ia berperan dalam perundingan internasional dan penetapan batas wilayah Indonesia, sekaligus membawa nama bangsa di kancah global.
Hajjah Rahmah El Yunusiyah – Sumatera Barat
Pendiri Perguruan Diniyah Putri, Rahmah El Yunusiyah lahir tahun 1900. Ia memperjuangkan pendidikan perempuan dan turut aktif dalam perjuangan kemerdekaan melalui barisan Sabilillah dan Hizbullah.
Jenderal TNI (Purn) Sarwo Edhie Wibowo – Jawa Tengah
Tokoh militer yang pernah memimpin RPKAD (sekarang Kopassus) dan Gubernur Akademi Militer. Sarwo Edhie Wibowo juga dikenal sebagai figur keluarga berpengaruh dalam sejarah politik Indonesia.
Sultan Muhammad Salahuddin – NTB
Sultan Bima ke-XIV (1915–1951), dikenal sebagai pemimpin bijaksana dan pejuang kemerdekaan yang menentang penjajahan Belanda di wilayahnya.
Syaikhona Muhammad Kholil – Jawa Timur
Guru besar ulama Indonesia, Syaikhona Muhammad Kholil (1820–1925) mendidik banyak tokoh NU dan pesantren. Jasanya melahirkan generasi ulama yang turut membangun identitas bangsa.
Tuan Rondahaim Saragih – Sumatera Utara
Pejuang asal Kerajaan Raya, Simalungun, Tuan Rondahaim melawan kolonialisme Belanda dan berhasil mempertahankan wilayahnya dari intervensi penjajah (1880–1891).
Zainal Abidin Syah – Maluku Utara
Sultan Tidore ini menjadi Gubernur Irian Barat pertama (1956–1961) dan berkontribusi dalam pembangunan wilayah Papua. Kepemimpinannya mencerminkan pengabdian bagi kepentingan rakyat dan bangsa.
Penghargaan Pahlawan Nasional bukan sekadar simbol, melainkan sumber inspirasi bagi generasi muda. Dari tokoh politik hingga aktivis buruh, kontribusi mereka menunjukkan bahwa perjuangan untuk bangsa dapat muncul dari berbagai jalan dan latar belakang. (tro)












Discussion about this post