Gorontalopost.co.id, GORONTALO — Annual International Conference Indonesian Asocciation for Public Administration (IAPA) yang berlangsung di Kupang, Nusa Tenggara Timur, 28-29 Oktober 2025, menjadi momentum membanggakan bagi dosen peneliti dari Gorontalo.
Artikel yang dikembangkan tiga dosen dari Gorontalo, masing-masing Abdul Wahab Podungge (Universitas Gorontalo), Dwi Indah Yuliani (Universitas Negeri Gorontalo), dan Robby Hunawa (Universitas Gorontalo), berhasil meraih predikat Best Paper Award atau Artikel terbaik.
Dalam momentum ini, mereka bersaing dengan lebih dari 300 artikel, dan 450 partisipan dari dalam dan luar negeri. Artikel dengan judul “Tinjauan Kritis Kebijakan Ekonomi Sirkular dalam Hilirisasi Industri Indonesia” itu bahkan berhasil menyisihkan artikel sejumlah perguruan tinggi top Indonesia.
Posisi kedua dalam penulisan artikel terbaik pada kongres IAPA ini, diraih peneliti dari Universitas Indonesia, disusul posisi ketiga dari Universitas Brawijaya, dan posisi keempat dari Universitas Nusa Cendana.
Abdul Wahab Podungge kepada Gorontalo Post mengatakan, sangat bersyukur bisa meraih predikat Best Paper Award dalam ajang bergengsi itu. “Alhamdulillah, dari Gorontalo berhasil meraih Best Paper Award. Ini menjadi bukti bahwa kami di daerah juga mampu bersaing dan berprestasi. Ada lebih dari 300 artikel, dan kami yang menjadi terbaik,”ujarnya.
Dalam artikel itu, tiga peneliti ini menganalisis secara kritis kebijakan ekonomi sirkular dalam konteks hilirisasi industri di Indonesia, dengan menyoroti keterkaitan antara regulasi, kelembagaan, teknologi dan inovasi, serta dinamika pelaku industri.
Pendekatan yang digunakan adalah Tinjauan Pustaka Sistematis (SLR) dari publikasi nasional dan internasional yang membahas integrasi ekonomi sirkular dan hilirisasi industri. Hasil studi menunjukkan bahwa kebijakan ekonomi sirkular di Indonesia masih parsial dan belum sepenuhnya terintegrasi dengan agenda hilirisasi.
Fragmentasi kelembagaan dan lemahnya koordinasi antarkementerian mengakibatkan kebijakan sektoral, sementara adopsi teknologi hijau yang terbatas dan minimnya insentif investasi untuk riset menghambat inovasi.
Di sisi lain, dinamika pelaku industri masih didominasi oleh logika keuntungan jangka pendek, yang melemahkan kolaborasi multipihak. Studi ini menyimpulkan bahwa keberhasilan integrasi ekonomi sirkular ke dalam hilirisasi industri memerlukan reformasi regulasi lintas sektor, pembentukan lembaga koordinasi di tingkat nasional, dan insentif yang mendorong adopsi teknologi sirkular.
Implikasi praktis dari studi ini menekankan pentingnya kolaborasi antara pemerintah, industri, dan masyarakat sipil untuk memperkuat transisi menuju industrialisasi berkelanjutan dan daya saing hijau di Indonesia. (tr-07)












Discussion about this post