logo gorontalo post
  • METROPOLIS
  • PERISTIWA
  • EKONOMI BISNIS
  • SPORTIVO
  • KORAN DIGITAL
No Result
View All Result
Logo gorontalo post
  • METROPOLIS
  • PERISTIWA
  • EKONOMI BISNIS
  • SPORTIVO
  • KORAN DIGITAL
No Result
View All Result
logo gorontalo post
No Result
View All Result
Pemkot Gorontalo
Home Disway

Umur Baru

Lukman Husain by Lukman Husain
Monday, 11 August 2025
in Disway
0
Penulis saat menjalani perawatan sebelum dan sesudah operaasi "Ganti Hati" di Tianjin, Tiongkok.--

Penulis saat menjalani perawatan sebelum dan sesudah operaasi "Ganti Hati" di Tianjin, Tiongkok.--

Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan ke Whatsapp

Oleh:
Dahlan Iskan

 

“Good morning bro. Today is the beginning of the 19th year of your own revival in Tianjin in 2007“.

Tiap tanggal 6 Agustus, pagi-pagi, Robert Lai kirim WA seperti itu. Dari Singapura. Atau dari Hongkong. Dari mana saja.

Related Post

Airmata Ira

Nikmat Karina

Kopi (K)Mojang

Hemat Syarikah

Harusnya saya memang berulang tahun tanggal 6 Agustus lalu. Yakni ulang tahun bisa hidup lagi untuk tahun ke-19.

Tanggal 6 Agustus 2007 adalah hari operasi ganti hati saya. Hati lama –yang penuh dengan kanker– diganti hati baru: milik anak muda yang meninggal dunia mendadak. Itu dilakukan di 第一中心医院 di kota Tianjin.

Hati lama saya, tahun itu berumur 56 tahun. Hati baru yang menggantikannya, tahun itu, berumur 20 tahun. Maka Anda sudah tahu secara fisik, saat ini, saya sudah berumur 74 tahun. Tapi hati saya baru berumur 39 tahun.

“And… today we remember the first atomic bomb dropped in Hiroshima 80 years ago,” tulis Robert Lai di alenia kedua WA-nya.

Ia sangat jengkel dengan perang. Dengan konflik. Dengan pertengkaran. Ia sedih kalau mendengar saya sedang bertengkar. Ia selalu mengajarkan untuk cari jalan tengah. Kalau perlu mengalah. Sepanjang tidak mengancam nyawa.

Dulu kita lahir tidak membawa apa-apa. Kenapa harus memikirkan agar kalau mati masih meninggalkan banyak uang.

Robert tipe orang yang ingin selalu merayakan kehidupan. Maka ia berusaha keras agar saya tetap bisa hidup di tengah serangan kanker. Ia carikan saya dokter terbaik. Rumah sakit terbaik. Pun soal perawatan.

Ia merawat sendiri anaknya Pak Iskan. Sebelum dan sesudah operasi. Istri dan anak-anak saya pun ia larang masuk kamar perawatan sebelum cuci tangan dan pakai masker yang benar.

Pun dokter dan perawat rumah sakit. Ia perhatikan. Yang kelupaan cuci tangan ia tegur. Bahasa Mandarinnya sama bagusnya dengan bahasa Inggrisnya. Apalagi bahasa Kantong dan Hokkiannya.

Ia tahu susahnya mempertahankan hidup. Mengapa begitu banyak orang pilih mati dengan cara mengibarkan peperangan.

Saat melihat orang-orang Arab yang juga antre operasi ganti hati di Tianjin, ia membisiki saya: betapa paradoksnya! Di sana bunuh-bunuhan. Di sini berusaha keras agar tetap hidup.

Saya sering lupa merayakan ulang tahun kehidupan itu. Menjelang ulang tahun ke-19 tanggal 6 Agustus kemarin itu saya berada di Beijing. Kali ini saya mengantarkan seseorang yang harus ganti hati. Umurnya masih 42 tahun tapi hatinya sudah sirosis berat.

Sebagian tim dokter yang dulu menangani saya ternyata sudah pindah ke Beijing. Maka saat check-up tiga bulan lalu saya tidak ke RS Tianjin. Saya pilih ke RS di Beijing.

Di Tianjin rumah sakitnya sudah baru. Pindah agak ke luar kota. Dokter-dokternya baru. Perawatnya baru. Tidak banyak kenal mereka lagi.

Di Tiongkok sekarang tidak lagi hanya satu-dua kota yang bisa melakukan transplantasi hati. Sudah hampir semua kota bisa melakukannya. Praktik transplantasi hati sudah sangat biasa.

Di sana untuk mendapatkan hati dari donor lebih mudah. Bahkan untuk organ apa saja. UU di Tiongkok mewajibkan siapa pun yang meninggal dunia harus dibolehkan diambil organnya. Tentu yang masih bisa ditransplankan ke orang lain.

Mudahnya mendapatkan donor organ membuat dunia kedokteran di sana sangat maju. Dokter-dokternya lebih banyak punya pengalaman. Bisa lebih sering melakukannya.

Di Indonesia begitu sulit mendapatkan donor organ –apa saja. Sangat sedikit yang membuat wasiat merelakan organnya diambil saat meninggal dunia. Tokoh marketing Hermawan Kartajaya adalah orang terakhir yang saya dengar menulis wasiat donor jenasah.

Di Indonesia kepercayaan dan keyakinan agama menjadi faktor utamanya. Sampai hari ini baru aliran Ahmadiyah yang memfatwakan ummatnya boleh mendonorkan organ tubuh mereka. Sumber donor kornea mata di Indonesia umumnya orang Ahmadiyah.

Di Singapura awalnya berlaku ketentuan seperti ini: setiap terjadi kecelakaan dompet korbannya diperiksa. Siapa tahu punya kartu ‘silakan ambil organ saya’. Begitu ada kartu itu korban dibawa ke RS untuk diambil organ-organnya.

Belakangan peraturan itu diubah. Dibalik. Kalau di dompetnya tidak ada kartu ‘jangan ambil organ saya’ berarti otomatis organnya boleh diambil sebagai donor.

Kini sudah ada 16 negara yang punya peraturan mirip-mirip Singapura itu. Beberapa negara lebih bijaksana –tetap berkonsultasi dengan keluarga jenasah. Beberapa lagi tegas: tidak perlu memberi tahu keluarga. Yang paling tegas adalah Austria.

Begitu pentingnya kehidupan. Hidup lebih penting dari mati.

Sembilan belas tahun lalu, saya masih berada di peraturan lama. Saya bisa dapat donor dari orang Tiongkok. Peraturan itu sudah diubah. Tidak lama setelah saya ganti hati keluar aturan baru: organ orang Tiongkok hanya untuk orang Tiongkok. Tidak boleh lagi untuk orang asing.

Tiongkok sendiri memerlukan donor sangat banyak. Maka kalau organ itu untuk orang asing penduduk setempat merasa diperlalukan tidak adil.

Robert Lai, orang Singapura kelahiran Hongkong, adalah orang yang merawat saya selama saya sakit operasi ganti hati. Juga setelahnya. Kini, ketika menemani seseorang itu, saya ingat apa saja yang dilakukan Robert pada saya. Giliran saya melakukannya pada orang itu.

Tentu saya bersyukur “hati baru” saya itu tetap sehat sampai sekarang. Tiga bulan lalu saya melakukan pemeriksaan lengkap di Beijing. Semua dinyatakan sehat.

Padahal, saat dinyatakan sukses operasi ganti hati dulu, saya sudah diberi tahu: benih-benih kanker mungkin saja masih ada di dalam darah saya. Ikut beredar di darah. Lalu akan hinggap lagi di ‘hati baru’. Lima tahun setelah operasi benih kanker itu bisa muncul lagi.

Saya pun siap mental menerima prediksi itu. Tidak masalah. Saya tetap bersyukur: bisa tambah umur lima tahun. Tidak jadi meninggal di umur 56 tahun.

Maka menjelang lima tahun setelah ganti hati pemeriksaan menyeluruh dilakukan. Di Tianjin. Hasilnya: tidak ada tanda-tanda bibit kanker kembali ke ‘hati baru’ saya.

Menjelang lima tahun kedua dilakukan pemeriksaan menyeluruh. Hasilnya: tetap sehat.

Lalu menjelang lima tahun ketiga diperiksa lagi: tidak ada tanda-tanda kankernya kembali.

Di luar pemeriksaan besar lima tahunan itu, setiap tahun saya check up yang lebih sederhana. Di Tianjin. Bahkan setiap tiga bulan melakukan pemeriksaan darah. Di Indonesia.

Tahun depan berarti menjelang tahun ke-20. Harus menjalani pemeriksaan yang menyeluruh lagi.

“It seems that human beings have wasted the lessons of the horrors of a nuclear Armageddon as some nuclear powers are now talking about a “survivable nuclear war“. How stupid human beings have become!!!“, tulis Robert Lai.

Dunia memang penuh paradoks. Pun dalam mempertahankan kehidupan dan mengorbankan hidup. Ada juga paradoks dalam memikirkan hidup sebelum mati dan hidup setelah mati. Yang sepakat ditolak barulah: hidup setengah mati! (*)

Tags: Catatan Harian DahlanDahlan IskanDiswayHarian Dahlanharian diswayTulisan Dahlan

Related Posts

Mantan Direktur Utama PT Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan (ASDP) Indonesia Ferry (Persero), Ira Puspadewi-Istimewa-

Airmata Ira

Monday, 24 November 2025
--

Nikmat Karina

Tuesday, 18 November 2025
Kopi (K)Mojang

Kopi (K)Mojang

Monday, 17 November 2025
Hemat Syarikah

Hemat Syarikah

Thursday, 13 November 2025
Angsa Hitam

Angsa Hitam

Wednesday, 12 November 2025
Sugiri Sancoko dan reog Ponorogo-Foto: Dokumentasi Pemkab Ponorogo-

Meritokrasi Ponorogo

Monday, 10 November 2025
Next Post
Adhan Dambea

Pemkot-BSG Berseteru, BSG Lapor KPK, Adhan Balik Ancam

Discussion about this post

Rekomendasi

Personel Samsat saat memberikan pelayanan pengurusan pajak di Mall Gorontalo.

Pengurusan Pajak Kendaraan Bisa Dilakukan di Mall Gorontalo

Monday, 1 December 2025
Personel Satuan Lalu Lintas Polresta Gorontalo Kota mengamankan beberapa motor balap liar, Ahad (30/11). (F. Natharahman/ Gorontalo Post)

Balap Liar Resahkan Masyarakat, Satu Pengendara Kecelakaan, Polisi Amankan 10 Unit Kendaraan

Monday, 1 December 2025
Anggota DPRRI Rusli Habibie bersam Wagub Gorontalo Idah Syahidah RH. (Foto: dok pribadi/fb)

Rusli Habibie Ajak Sukseskan Gorontalo Half Marathon 2025, Beri Efek ke UMKM

Friday, 28 November 2025
ILustrasi

Dandes Dataran Hijau Diduga Diselewengkan, Dugaan Pengadaan SHS Fiktif, Kejari Segera Tetapkan Tersangka

Monday, 13 January 2025

Pos Populer

  • Rita Bambang, S.Si

    Kapus Sipatana Ancam Lapor Polisi

    13 shares
    Share 5 Tweet 3
  • Senggol-Senggolan di Pemerintahan

    13 shares
    Share 5 Tweet 3
  • Ruang Inap Full, RS Multazam Bantah Tolak Pasien BPJS

    13 shares
    Share 5 Tweet 3
  • GHM 2025, Gusnar Nonaktifkan Kadispora

    13 shares
    Share 5 Tweet 3
  • Dugaan Persetubuhan Anak Dibawah Umur, Oknum ASN Gorut Dibui

    13 shares
    Share 5 Tweet 3
Gorontalopost.co.id

Gorontalo Post adalah Media Cetak pertama dan terbesar di Gorontalo, Indonesia, yang mulai terbit perdana pada 1 Mei 2000 yang beral...

Baca Selengkapnya»

Kategori

  • Boalemo
  • Bone Bolango
  • Disway
  • Ekonomi Bisnis
  • Gorontalo Utara
  • Headline
  • Kab Gorontalo
  • Kota Gorontalo
  • Kriminal
  • Metropolis
  • Nasional
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Pendidikan
  • Persepsi
  • Pohuwato
  • Politik
  • Provinsi Gorontalo

Menu

  • Redaksi
  • Tentang Kami
  • Kontak Kami
  • Kode Etik Jurnalistik
  • Pedoman Media Siber
  • Disclaimer
  • Privacy Policy

© 2025 PT. Gorontalo Cemerlang - Gorontalo Post by Div-TI.

No Result
View All Result
  • METROPOLIS
  • PERISTIWA
  • EKONOMI BISNIS
  • SPORTIVO
  • KORAN DIGITAL

© 2025 PT. Gorontalo Cemerlang - Gorontalo Post by Div-TI.