Gorontalopost.co.id, GORONTALO — Jumlah penderita Human Immunodeficiency Virus dan Acquired Immunodeficiency Syndrome(HIV/AIDS) di Gorontalo terus meningkat. Tahun ini, jumlah penderita bertambah 106 kasus, dengan penuluran tertinggi terjadi pada hubungan seksual beresiko sesama jenis.
Data yang diperoleh total penderita HIV/AIDS di Gorontalo sejak tahun 2001, mencapai 1.363 kasus, terbagi yakni 782 HIV, dan 578 AIDS, dimana 412 kasus ditemukan pada kelompok usia 15–24 tahun.
Kondisi ini mendapat perhatian banyak pihak. Wakil Gubernur Gorontalo Idah Syahidah Rusli Habibie, berharap semua pihak memahami bahaya HIV/AIDS. Penyakit menular mematikan ini, hanya bisa tertular melalui hubungan seksual atau transfusi darah.
Ia mengingatkan untuk menghindari hubungan seksual yang beresiko. Sementara itu, Idah menekankan agar stigma diskriminasi Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) tidak dilakukan.
Ia mendukung encapaian target global Three Zeros pada tahun 2030. Ajakan ini disampaikan saat membuka kegiatan edukasi dan pemeriksaan HIV bagi pegawai dan staf Bapppeda Provinsi Gorontalo, Selasa (29/7).
“Sebagai abdi negara, kita memiliki tanggung jawab moral untuk menjadi contoh. Kita bukan hanya berhadapan dengan tantangan pelayanan, tapi juga harus peduli pada isu-isu sosial, termasuk HIV/AIDS. Kita harus jadi pelopor dalam menghapus stigma dan diskriminasi terhadap ODHA,” ujar Idah.
Idah menambahkan, kegiatan ini merupakan bagian dari komitmen pemerintah daerah untuk mendukung program nasional eliminasi HIV/AIDS melalui tiga target utama yang dikenal sebagai Three Zeros, tidak ada infeksi baru, tidak ada kematian akibat AIDS, dan tidak ada diskriminasi terhadap ODHA.
Idah juga menyoroti peran aktif Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Provinsi Gorontalo yang terus menggencarkan program pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS. Upaya ini dilakukan melalui pemetaan informasi yang akurat dan kolaborasi erat dengan Dinas Kesehatan untuk memperluas cakupan skrining HIV hingga ke akar rumput masyarakat.
Sementara itu, Kepala Bapppeda Provinsi Gorontalo Wahyudin Katili menegaskan bahwa kegiatan edukasi ini bertujuan menghilangkan ketakutan yang keliru di kalangan ASN serta meningkatkan pemahaman yang benar terkait HIV/AIDS. (tro)











Discussion about this post