Gorontalopost.co.id, GORONTALO — Pertikaian antara Satpol PP Kota Gorontalo dengan aparat kepolisian, telah menjadi sorotan nasional. Bahkan kalangan di DPR-RI mulai angkat bicara soal insiden ini.
Wakil Ketua Komisi III Ahmad Sahroni bahkan menyebut pertikaian antara Satpol PP Kota Gorontalo dengan polisi setempat sebagai kejadian memalukan. Dia meminta agar pimpinan kedua instansi di wilayah itu segera bertemu guna menyelesaikan persoalan yang terjadi.
“Ini tontonan memalukan bagi masyarakat. Aparat yang seharusnya saling mendukung dalam menjaga ketertiban, justru terlibat bentrok,” kata Sahroni di Jakarta, Kamis (10/7/2025).
Hal itu disampaikan Sahroni merespons pemberitaan dugaan pengeroyokan oleh Satpol PP terhadap satu anggota Polda Gorontalo Bripda Dwi Laliyo hingga korban dirawat di Rumah Sakit Bhayangkara.
Konon korban tidak hanya dipukuli oknum Satpol PP, tetapi juga mengalami luka bakar di bagian leher usai diduga disetrum menggunakan alat kejut listrik. Buntut kejadian itu terjadi penyerangan oleh sejumlah oknum polisi ke kantor Satpol PP Kota Gorontalo pada Sabtu (5/7/2025) dini hari.
Dugaan penganiayaan terhadap anggota Polisi itu diduga terkait razia minuman keras (Miras) yang dilakukan di salah satu cafe di Kota Gorontalo. Diduga cafe yang kedapatan menyajikan Miras itu adalah milik orang tua anggota Polisi itu. Belakangan izin cafe tersebut kadaluarsa.
“Maka saya minta pimpinan kedua lembaga pada tingkatannya, segera duduk bersama untuk ambil sikap, tindak tegas para oknum dari instansi masing-masing,” tuturnya.
Legislator Fraksi Partai NasDem itu meminta kedua pihak jangan saling menyalahkan, apalagi bersikap arogan. “Jangan ada yang saling menyalahkan dan arogan, atau malah melindungi anggotanya. Ketegasan dari pimpinan ini penting untuk meredam emosi di lapangan dan menghindari konflik horisontal antar-aparat,” tutur Sahroni.
Dia pun meminta setiap instansi negara, baik di tingkat pusat dan daerah untuk bersinergi memberikan pelayanan yang terbaik bagi masyarakat.
“Kita sedang membangun wajah aparat yang profesional dan humanis, tetapi kalau yang muncul justru kekerasan antarlembaga, publik akan pesimis. Sudah saatnya semua institusi introspeksi dan kembali ke prinsip dasar; melayani, bukan malah bar-bar seperti ini,” ujar Sahroni.(jpnn/rmb)











Discussion about this post