gorontalopost.co.id- Tiga gadis berwarga negara Amerika Serikat yang berada di Gorontalo, tengah menjadi perhatian masyarakat di daerah ini. Bukan karena mereka menjadi warga yang sudah ditetapkan sebagai musuh Iran buntut serangan Amerika Serikat. Tapi karena mereka menjalani prosesi pembeatan secara adat Gorontalo, Selasa (24/6).
Tiga gadis itu masing-masing Hanna Amelia Ibrahim (17) Maya Arabella Ibrahim (15) dan Zahra Mahalia Ibrahim (7). Mereka bertiga terlahir dari seorang bapak berdarah Gorontalo atas nama Warno Ibrahim (49) atau dikenal dengan Ikhwan Musafir dan ibu Deanna Ibrahim.

Sang ayah mengisahkan, dirinya tinggal di Amerika Serikat tepatnya di Ohio sebuah negara bagian di wilayah Barat Tengah Amerika Serikat, sudah 23 tahun. Ini untuk pertama kalinya ia memboyong istri dan ketiga anaknya ke Indonesia tepatnya di Gorontalo. “Saya ingin memperkenalkan kepada anak saya tentang adat istiadat, kultur budaya dari bapaknya, walaupun memang pertama kalinya mereka merasakan prosesi mandi lemon, menginjakkan kaki di piring sambil berjalan, namun mereka sangat senang,” ungkap Warno.
Warno mengatakan, sebelum ke Gorontalo mereka sempat ke Jakarta lanjut mengunjungi Bali, Bandung, Makassar dan selanjutnya dari Gorontalo akan bertolak ke Manado. “Paling tidak saya ingin memperkenalkan tentang Indonesia sebagian, tentang keindahan Indonesia, karena memang Indonesia sangat indah hanya saja memang manajemennya pengelolaannya yang belum terlalu maksimal, sehingga ada yang sudah mulai rusak tak terawat,” ungkapnya.
Ia mengakui, besar keinginannya agar anak-anaknya tahu tentang Indonesia pada umumnya dan Gorontalo khususnya. Bahkan sejak awal berumah tangga dengan sang isteri, mereka sudah membahas nama-nama anak mereka yang mengedepankan nama Indonesia tetapi juga tidak terlalu kaku di lidah orang Amerika.
Walaupun baru pertama kalinya menginjakkan kaki di Indonesia, tetapi mereka sangat gembira dan mengapresiasi keramahan orang-orang Indonesia. “Bahkan anak paling bungsu berkeinginan mencari suami orang Indonesia, karena keramahan kita,” jelasnya.
Sang isteri yang merupakan seorang mualaf ini pun mengaku sangat bahagia berada Gorontalo dan berterima kasih atas semuanya. “Halo Assalamu alaikum, thank you for your coming, so happy here, because beautiful and friendly so thank you so much terima kasih,” ungkap Deana dihadapan hadirin yang hadir.
Dalam prosesi siraman, ketiga gadis bule tersebut menggunakan pakai pembeatan dengan hiasan sundi dikepala mereka. Namun saat prosesi pembeatan ketiganya menggunakan pakaian adat biliu lengkap. Sehingga terasa berat bahkan anak bungsu pun terlihat mengeluarkan air mata saat proses pembeatan karena tak tahan dengan beratnya hiasan di kepala.
Hadir pada acara pembeatan itu, Lurah Hepuhulawa Kecamatan Limboto Arifin Kiayi Demak, Kepala Kementrian Agama Kabupaten Gorontalo Iswad Abdullah Pakaya yang memberikan wejangan pembeatan dengan menggunakan bahasa Indonesia dan di translate langsung oleh sang ayah ke dalam bahasa Inggris. Ketiganya fasih dalam mengucapkan dua kalimat syahadat.
Sementara itu Syamsul Yusuf, sepupu Warno Ibrahim mengaku sempat mengalami kesulitan saat menjamu mereka, karena ternyata lidah mereka tidak sama dengan orang Gorontalo untuk urusan makanan. Termasuk suhu udaranya yang begitu panas. “Sempat kelabakan juga karena saat dijamu makan dengan makanan khas Gorontalo seperti tilumiti, ternyata tidak berkenan di lidah mereka. Mereka hanya pas dengan kentang dan ayam dan saus tomat,” pungkas Syamsul. (wie)











Discussion about this post