Gorontalopost.co.id, GORONTALO — Isu yang beredar bahwa PT Pabrik Gula Gorontalo telah menutup embung di kawasan perkebunan tebu dibantah keras oleh pihak manajemen perusahaan gula terbesar di Sulawesi itu. Pihak perusahaan mengklaim bahwa embung tersebut tertutup material sedimen erosi di pegunungan yang telah gundul akibat pembabatan hutan secara liar oleh oknum warga yang tidak bertanggungjawab.
Pantauan Gorontalo Post, Sabu (3/5/2025), terdapat beberapa titik embung yang dibangun PT Pabrik Gula Gorontalo yang saat ini sudah tertutup materia sedimen. Embung tersebut berada di wilayah Desa Harapan dan Desa Mekarjaya, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Boalemo, Tidak semua embung yang tertutup, melainkan hanya embung yang di bagian hulu terdapat gunung yang sudah gundul terkena dampak erosi.
Ketika intensitas hujan tinggi, maka praktis gunung yang gundul dan hanya ditanami jagung itu mengalami erosi hingga material erosi dibawa ke hilir dan menutupi embung. Kondisi ini tentu mengakibatkan banjir bandang, Pasalya embung yang sejatinya untuk menahan banjir tersebut sudah tidak berfungsi lagi secara maksimal.

“Kami dituduh yang menimbun embung-embung tersebut. Mana mungkin kami melakukannya, sebab embung tersebut kami yang buat untuk menahan banjir bandang akibat adannya penggundulan hutan yang mengakibatkan erosi. Selain itu embung tersebut kami buat untuk menampung air ketika musim kemarau tiba,”ujar Manager Publik Relation PT. Pabrik Gula Gorontalo, Marthen Turu’allo saat diwawancarai Gorontalo Post, baru-baru ini.
Lebih lanjut Marthen mengungkapkan, pihaknya sudah beberapa kali menormalisasi embung-embung tesebut, namun ketika erosi, maka embung tersebut tertutup material sedimen lagi. “Kami sudah berupaya semaksimal mungkin untuk menggali embung-embung itu guna menormalisasi kembali. Tetapi upaya normalisasi ini memutuhkan baya yan tidak sedikit,”kata Marthen.
Adapun upaya yang dilakukan Pabrik Gula untuk mencegah erosi yakni menanami pohon karet di lahan HGU (Hak Guna Usha) milik PT PG Gorontalo yang mencapai dua ribu hektar lebih. “Ya, itupun pohon karet yang sudah ditanam selalu diganggu dan dirusak oleh orang-orang atau oknum yang tidak bertanggung jawab,”ungkapnya.

Marthen berharap pemerintah daerah maupun Aparat Penegak Hukum(APH) dalam hal ini kepolisian bertindak cepat untuk menertibkan pembalakan hutan secara liar dan alih fungsi lahan dengan penananam jagung.
“Semoga pemerintah bisa memberikan solusi yang terbaik akibat permasalahan banjir yang kerap tejadi di Kabupaten Boalemo khususnnya Wonosari ini. Dan kami berharap kepada pihak-pihak tertentu untuk tidak selalu menyalahkan perusahaan ketika terjadi banjir, Sebab justru perusahaan yang telah banyak memberikan kontribusi untuk daerah dalam hal pencegahan banjir dengan melakukan reboisasi atau penghijauan hutan dengan menanam pohon karet serta membangun embung hingga berkontribusi dalam memperbaiki jalan dan jembatan yang putus akibat banjir,”tutup Marthen. (adv/roy)










Discussion about this post